Blitar, Oktober 1998
Kepada
Yth. Bapak Haji Muhammad Soeharto
Presiden RI ke- II
di Jakarta
KEBAIKAN TELAH MENUTUP DOSA[1]
Assalamu’alaikum wr. wb.
Mudah-mudahan Bapak Soeharto berkenan menerima perkenalan keluarga kami. Dari lubuk hati sanubari kami yang paling dalam, kami berdoa dan berharap Bapak Soeharto sekeluarga diberi kesehatan dan dilindungi oleh Allah SWT, amin, amin, amin.
Mencermati keadaan negara sekarang ini, kami merasa sedih karena banyak orang merasa pintar dan bisa mengatur negara sehingga yang muncul ke permukaan mengarah kepada perbedaan pendapat, menjurus ke pertikaian dan perpecahan negara kesatuan RI, demi memenangkan ambisi pribadi dan kelompoknya.
Bapak Soeharto, kami sangat menghormati Bapak sebagai figur pemersatu bangsa. Demi Allah, kami mencintai dan amat berterima kasih kepada Bapak atas segala jerih payah dan usahanya demi kemajuan dan pembangunan negeri ini. Jasa Bapak akan kami kenang sampai anak cucu. Kami mohon Bapak tabah dan ikhlas menerima cobaan, sebagaimana Nabi Muhammad Saw tabah menerima cobaan. Manusia memang tidak luput dari dosa dan kesalahan namun di mata dan di hati kami, kebaikan Bapak bagi negeri dan bangsa ini telah menutup dosa yang ada. Kami bermohon kepada Allah mudah-mudahan negeri ini segera kembali damai, aman, sejahtera sehat rukun. (DTS)
Wassalamu’alaikum wr. wb.
Herman Widodo & Isteri
Blitar, Jawa Timur
NB:
Mohon dido’akan bisa umroh (haji kecil). Agar di Baitullah (Ka’bah) doa bisa lebih didengar oleh Allah. Terima kasih
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 410. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.