KEKOSONGAN ROHANI JERUMUSKAN PADA KEKERASAN DAN KEKASARAN
Presiden pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Pemerintah Tak Akan Campuri Intern Keagamaan
Presiden Soeharto mengatakan, kekosongan rohani tidak kalah berbahayanya daripada pengotoran dan perusakan lingkungan hidup alam kita
Dalam sambutannya pada peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW di Istana Negara, Selasa malam, Presiden mengatakan, dalam pembangunan Indonesia kita menginginkan lahirnya dan terbinanya manusia-manusia Indonesia yang tidak hanya sehat jasmani melainkan juga sehat rohaninya.
Manusia yang tidak hanya cerdas dan berpengetahuan luas melainkan juga mempunyai watak dan akhlak. Manusia lndonesia yang tidak hanya berkemampuan tinggi melainkan juga beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Dengan menguraikan kehidupan dan perjuangan Nabi Muhammad SAW pada awal pidatonya, yang, disebut-sebut sebagai sumber ilham yang tidak habis-habisnya. Presiden Soeharto mengatakan, kita harus bangga dengan bangsa kita yang religius.
"Sesungguhnya kita harus berbesar hati sebab sikap kita yang memberikan perhatian dan tempat yang sewajarnya pada aspek keagamaan dalam kehidupan dan pembangunan, bangsa adalah sikap yang tepat dan benar. Bukan karena itu sesuai dengan keyakinan dan budaya bangsa kita, melainkan juga hal itu diperkuat oleh pengalaman bangsa-bangsa lain yang dikatakan sudah maju," kata Presiden menjelaskan.
Ditandaskan, mengabaikan aspek-aspek mental keagamaan telah menyebabkan kekosongan rohani, yang menjerumuskan kehidupan, manusia kepada kekerasan dan kekasaran. Kekosongan rohani itu tidaklah kalah berbahayanya daripada pengotoran dan perusakan lingkungan hidup alami kita, katanya.
Pemerintah dan Pembangunan Agama
Dengan uraiannya itu, Presiden mengatakan, karenanya Pemerintah sangat berkepentingan dengan pembangunan kehidupan agama. Tetapi diingatkan, hal ini bukan berarti bahwa Pemerintah akan mencampuri masalah-masalah intern keagamaan, baik yang menyangkut keyakinan, pemahaman maupun yang menyangkut ajaran-ajaran agama itu.
"Dalam hal ini Pemerintah hanya ingin memberikan pelayanan dan bantuan agar supaya pelaksanaan ibadah pemeluk-pemeluknya dapat terjamin dengan aman dan tenteram. Dan kegiatan keagamaan itu pada dasarnya adalah kegiatan umat beragama sendiri," kata Kepala Negara menandaskan.
Seterusnya pada kesempatan itu, Kepala Negara menyatakan kegembiraannya atas kegiatan keagamaan di Indonesia yang cukup besar dan banyak, baik jumlah maupun jenisnya.
Swakarsa dan Swadaya umat inidikatakan harus dipupuk terus dan diarahkan untuk lebih memperkuat tegaknya dan terlaksananya cita-cita menyatukan Pancasila yang bersifat realistis-religius. Demikian, Presiden Soeharto. (DTS)
…
Jakarta, Suara Karya
Sumber: SUARA KARYA (31/01/1980)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku V (1979-1980), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 879-880.