KEMAJUAN TAK CUMA DITENTUKAN OLEH PENGUASAAN IPTEK[1]
Yogyakarta, Suara Karya
Presiden Soeharto mengatakan, anak-anak sejak dini harus dibekali dengan nilai-nilai keagamaan, kepribadian nasional dan nilai-nilai kebangsaan.
“Kemajuan masa depan suatu bangsa memang ditentukan oleh penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kerja keras dan penguasaan manajemen modern. Tetapi, itu jelas tidak cukup. Keselamatan masa depan suatu bangsa terletak pada kuatnya moral dan akhlak.” kata Kepala Negara, dalam amanatnya pada peringatan Hari Keluarga Nasional II dan Hari Pertasi Kencana Kamis, di Monumen Yogya Kembali , DI Yogyakarta.
Presiden Soeharto juga mencanangkan dimulainya “Gerakan Bangsa Suka Desa” (Membangun Keluarga Modem dalam Suasana Kota di Desa) serta mencanangkan “Gerakan Pengembangan KUD” dan mewisuda 2500 anak balita yang telah menamatkan pendidikan membaca Alquran. Sementara, Ibu Tien Soeharto melakukan pemotongan tumpeng yang merupakan rangkaian dari prosesi “Tumpeng Syukuran Keluarga”. Potongan tumpeng tersebut oleh Ibu Tien kemudian diserahkan kepada seorang anak bernama Triswayana Ike Lestari.
Dalam sambutannya lebih lanjut KepalaNegara mengatakan, tantangan yang dihadapi untuk membangun keluarga sejahtera tidak ringan. Masyarakat Indonesia sedang mengalami perubahan dari masyarakat tradisional pertanian menjadi masyarakat industri modern. Dalam perjalanan itu harus dapat dilakukan penyesuaian yang dinamis, agar Indonesia berhasil dalam berlomba dengan waktu, membangun keluarga masa depan.
“Untuk itu, kita harus memberikan perhatian yang tinggi terhadap pendidikan anak-anak.”
Ekonomi Pedesaan
Pada bagian lain, Kepala Negara juga menyambut baik upaya pengembangan ekonomi pedesaan dengan mengembangkan tanaman yang mempunyai nilai pasar yang tinggi, seperti pohon melinjo dan kelapa.
“Ini memberi petunjuk kepada rakyat bahwa daiam membangun , kita tidak harus merancang proyek-proyek besar saja. Dalam membangun masa depan yang lebih baik, kita dapat mengayunkan langkahlangkah kecil yang kalau dikerjakan dengan tekun akan memberi hasil yang cukup membanggakan.” kata Kepala Negara.
Untuk memperkuat upaya pengembangan ekonomi pedesaan ini, menurut Presiden, pembangunan koperasi mutlak diperlukan. Koperasi Unit Desa (KUD) harus dapat menjadi kekuatan untuk mengembangkan agroindustri dan agribisnis. Untuk itu, berbagai usaha ekonomi dalam kelompok-kelompok masyarakat perlu terus diperkuat dan mendarah daging dalam kehidupan berkoperasi.
Kepala Negara mengajak seluruh masyarakat untuk memperluas ikatan persaudaraan seperti dalam Gebu Minang, Gebyar Yogya, Marsipature Hutanabe, Gerakan masyarakat Banjar, Lima Ratus dan lain-lainnya. Ikatan persaudaraan seperti itu memberi kesempatan kepada mereka yang telah berhasil di tempatnya yang baru untuk tetap ingat, mencintai dan membantu pembangunan desa kelahirannya masing masing.
Sementara itu Menteri Negara Kependudukan/Kepala BKKBN, Haryono Suyono, dalam laporannya mengemukakan, dalam memperingati Harganas II dan Hari Pertasi Kencana VIII, jajaran Departemen Pertanian telah menyediakan paket bantuan dan telah disalurkan kepada keluarga petani di wilayah pantai Selatan di empat propinsi. Bantuan itu antara lain, pengembangan 50.000 habibit padi gogo unggul varitas baru serta sumbangan bibit ikan yang jumlahnya mencapai 1 juta ekor.
Prajurit Keraton
Sebelum acara dimulai dua brigade prajurit keraton Yogyakarta, prajurit Daeng dan Mantrijero, dengan pakaian seragam yang dilengkapi senapan laras panjang, menyambut kehadiran rombongan Presiden Soeharto dengan sikap siap khas keraton Yogyakarta. Di sisi jalan lainnya, berjejer berpasangan pemuda-pemudi berbusana adat dari 27 propinsi. Aneka warna nan indah membuat suasana pagi di halaman Monumen Yogya Kembali marak dan meriah. Presiden Soeharto dan Ibu Tien Soeharto dengan bergairah melambaikan tangan ke arah sekitar 20.000 orang yang memadati halaman Monumen Yogya Kembali. Tampak mendampingi Presiden Soeharto antara lain Menko Kesra Ir Azwar Anas.
Sumber : SUARA KARYA (30/06/1995)
___________________________________________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 733-735.