KEMUNGKINAN AGENDA PERTEMUAN CLINTON­ SOEHARTO DI SEATTLE

KEMUNGKINAN AGENDA PERTEMUAN CLINTON­ SOEHARTO DI SEATTLE[1]

 

Washington DC, Suara Pembaruan,

Asisten Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Bidang Asia Timur dan Pasifik, Winston Lord, membenarkan kemungkinan pertemuan khusus antara Presiden Soeharto dan Presiden Bill Clinton di Seattle. Namun, ia tak bersedia merinci agenda pertemuan kedua Presiden. “Saya tak ingin mengoogkapkan terlebih dahulu perincian mengenai kemungkinan pembicaraan mereka,”ujarnya Rabu petang.

Wartawan Pembaruan, Albert Kuhon melaporkan, Lord mengemukakan hal itu dalam penjelasan resmi kepada para wartawan di Foreign Press Center Washington (DC). la didampingi oleh Undersecretary (setingkat Ditjen di Indonesia) di lingkungan Deplu AS yang membidangi masalah ekonomi dan pertanian, Joan Spera Pertemuan itu dipandu oleh Phil Brown, Direktur FPC Washington (DC).

Pertemuan kedua Presiden itu akan berlangsung di sela-sela penyelenggaraan Sidang Tahunan Kerja sama Ekonomi Asia Pasifik atau APEC (Asia Pacific Economic Cooperation) mendatang. Sidang APEC tersebut diselenggarakan pertengahan November ini di Seattle, negara bagian Washington, di Amerika Serikat. Presiden Clinton secara khusus mengundang para kepala negara dan kepala pemerintahan anggota-anggota APEC guna bertemu secara informal di Seattle.

Pertemuan formal APEC, akan berlangsung pada tingkat menteri dan dipimpin oleh Menlu AS Warren Christopher yang didampingi oleh Menteri Perdagangan AS Ron Brown dan Kepala Petwakilan Perdagangan AS atau USTR (United States Trade Representative) Mike Kantor. Diharapkan, dalam sidang tahunan kali iniakan dicapai deklarasi perdagangan dan penanaman modal bagi kawasan Asia Pasifik.

Selain itu, secara terpisah akan diselenggarakan pula pertemuan multilateral para kepala negara dan kepa la pemerintahan selama dua hari. Pertemuan itu diselenggarakan secara berkelompok dan dipimpinoleh Presiden Clinton. Tapi, akan dilaksanakan juga pertemuan khusus antara Presiden Clinton dengan sejumlah kepala negara atau kepala pemerintahan dari lingkungan APEC.

Lord membenarkan dewasa ini sedang disusun formulasi pertemuan khusus Presiden Clinton dengan sejumlah kepala negara atau kepala pemerintahan dari lingkungan APEC. Sampai Rabu petang yang telah hampir pasti adalah pertemuan Clinton dengan kepala pemerintahan dari Jepang dan Cina.

Peranan Indonesia

Menjawab pertanyaan, Lord mengungkapkan sebagian masalah yang mungkin akan dibicarakan oleh Clinton dengan Presiden Soeharto di Seattle. Ia menyatakan, Indonesia pantas mendapat penghargaan atas peranan dalam diplomasi internasional pada penyelesaian masalah Kamboja, Pulau Spratley, kepemimpinan di lingkungan negara-negara Asia Tenggara atau ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) .

Dikatakannya, isu mengenai hak azasi manusia bukan satu-satunya masalah yang mungkin akan dibahas. “Tapi juga keeratan hubungan ekonomi, pentingnya keeratan dalam hubungan mengenai keamanan dan penghargaan bagi usaha-usaha diplomatik Indonesia dalam berbagai bidang,”ujar Lord lagi.

Lord menjelaskan pula, tahun mendatang kepemimpinan APEC akan dipegang oleh Indonesia dan karenanya pertemuan tahunan berikutnya akan berlangsung di Indonesia. “Jadi, setelah pertemuan di Seattle, kita akan menyerahkan kepemimpinan kepada Presiden Soeharto. Saya yakin hal itu juga akan menjadi topik pembicaraan kedua kepala negara, “kata Lord.

Lord sempat pula menyayangkan penolakan PM Malaysia, Datuk Mahathir, guna menghadiri pertemuan informal itu. “Kami pandang PM Mahathir adalah seorang pemimpin yang penting. Karenanya, kita akan kehilangan dia dan saya kira dia pun akan merasa kehilangan jika tak hadir dalam pertemuan (informal) tersebut,”ujarnya.

Menurut Lord, sebetulnya Mahathir bisa menggunakan peluang pertemuan informal itu guna mengemukakan pandangan-pandangannya mengenai masa depan kawasan Asia Pasiflk Terutama mengenai bagaimana sebaiknya (pengembangan) bidang ekonomi,”ujar Lord.

Penolakan PM Mahathir hadir dalam pertemuan itu, sebetulnya merupakan aksi protes pihak Malaysia. Semula, Malaysia menginginkan pembentukan Kerjasama Ekonomi Asia Timur atau EAEC (East Asia Economic Cooperation). Anggotanya hanya meliputi negara-negara di kawasan Asia Timur saja. Ide Mahathir itu pada awalnya didukung oleh Jepang. Namun, belakangan dukungan Jepang surut karena AS (yang ketika itu dipimpin oleh Presiden George Bush) secara tegas menentang pembentukan EAEC.

AS mengatakan tak ingin terbatasi ruangnya dalam organisasi seperti EAEC, yang hanya boleh  dianggotai oleh negara-negara di Asia Timur. Penentangan AS itu kemudian menghasilkan organisasi kompromistik yang dinamakan APEC, yang memungkinkan AS sebagai anggota. Kini, tercatat ada tiga negara di luar Asia Timur yang sangat berhasrat menjadi  anggota APEC, yakni Chile, Papua Nugini dan Meksiko. Selain itu, negara-negara seperti India, Pakistan, Ekuador, Sri Lanka, Rusia, Peru, Mongolia dan kawasan Macao juga menaruh minat.

Satu Cina

Salah satu batu sandungan dalam pertemuan para kepala negara dan kepala pemerintahan, adalah politik luar negeri AS terhadap tiga negara atau kawasan yang bisa disebut sebagai Cina. Ketika pihak tersebut adalah Republik Cina (Taiwan), Republik Rakyat Cina dan Hong Kong yang masing berstatus koloni Inggris.

Pihak RRC tadinya menyatakan tak bersedia hadir jika AS juga mengundang Kepala Negara Taiwan. Dipersoalkan pula pejabat yang layak mewakili kepala pemerintahan Hong Kong, yang sebetulnya masih merupakan wilayah jajahan atau koloni Inggris. Sejumlah kepala negara dan kepala pemerintahan merasa pejabat dari Hong Kong secara protokol, tak layak disejajarkan dengan mereka.

Suratkabar Washington Post edisi Minggu (7I 11) melaporkan, bahwa Presiden Clinton mengirimkan pesan diplomatik kepada Presiden Jiang Zemin. Karenanya. dipertanyakan kemungkinan peranan Presiden Clinton dalam upaya mendamaikan Taiwan dan RRC yang sampai kini tetap berseteru. Sejauh ini, AS secara protokoler hanya mengakui Republik Rakyat Cina, walaupun AS terlibat dalam hubungan dagang dengan pihak Taiwan. Bahkan, dalam berbagai masalah kedinasan, Pemerintah AS selalu menggunakan istilah Provinsi Taiwan sebagai pengganti istilah Republik Cina yang sebelumnya menjadi sebutan bagi Taiwan.

Lord menegaskan, pihak AS sejak dulu berpegang teguh pada politik luar negeri yang hanya mengakui satu Cina saja. Mengelak menjawab pertanyaan mengenai pesan diplomatik Clinton, Lord menegaskan tak ada tanda-tanda bahwa sikap AS mengenai hubungan terhadap Taiwan dan Cina akan berubah. “Semuanya terserah kepada kedua pihak guna menyelesaikan perbedaan (pendapat) mereka,” ujar Lord yang pemah berjabatan sebagai Dubes AS untuk RRC itu.

Dikatakan, pihak AS hanya menggariskan agar proses penyelesaian masalah antara kedua Cina itu berlangsung secara damai. Namun AS sendiri tak ingin mencampuri urusan itu. “Semuanya terserah, mereka dan karni selalu menyambut baik apa pun keputusan yang mereka capai secara damai,” kata Lord lagi, terserah sepenuhnya kepada mereka guna berbicara dan berunding bukan kepada AS.”

Joan Spero yang menangani masalah ekonomi dan pertanian di lingkungan Deplu AS menambahkan, pertemuan di Seattle memang diharapkan menghasilkan deklarasi mengenai perdagangan dan penanaman modal. Ketidakhadiran PM Malaysia, serta tak terwakilkannya kepala negara atau kepala pemerintahan Taiwan dan Hong Kong, tak akan menghambat pencetusan deklarasi tersebut.

Anggota Baru

Sebagaimana dikemukakan, APEC sebetulnya suatu wadah kerja sama ekonomi. Pembentukannya dipelopori oleh negara-negara Asia Tenggara (ASEAN). APEC tumbuh pesat dan dewasa ini beranggota 19 negara atau kawasan di Asia dan Pasifik: maupun yang bersinggungan dengan Lautan Pasifik. Amerika dan Jepang termasuk dalam kerja sama itu.

Pertemuan tahunan ketiga yang berlangsung 17-20 November di Seattle, negara bagian Washington, merupakan ajang pertemuan para kepala negara APEC buat yang pertama kalinya. Setidaknya ada tiga agenda utama dalam pertemuan para kepala negara atau kepala pemerintahan APEC di Seattle.

Pertama, pembicaraan mengenai arah kecenderungan atau trend ekonomi regional Asia Pasifik secara umum. Kedua, penentuan mengenai prioritas bagi pembangunan dan kerja sama ekonomi di kawasan Asia Pasifik. Dan yang terakhir, pembahasan mengenai langkah-langkah strategis maupun taktis yang perlu diambil bagi pencapaian prioritas itu.

Selain itu, akan dibahas juga masalah keanggotaan dan prosedur penerimaan anggota baru APEC dalam pertemuan di Seattle mendatang. Terutama yang menyangkut Chile, Papua Nugini dan Meksiko.

APEC yang didirikan tahun 1989, memang merupakan satuan yang memiliki kegiatan ekonorni yang amat besar di dunia. Para anggota APEC bertanggung jawab atas sekitar 60 persen dari seluruh produk domestik bruto dunia, serta 40 persen dari seluruh perdagangan dunia***

Sumber : SUARA PEMBARUAN( l 7/ ll/1993)

_______________________________________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XV (1993), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 295-299.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.