Kenapa Memusuhi Bapak

Banjarbaru, 17 Juni 1998

Yang Mulia

Bapak Haji Muhammad Soeharto

Bapak Pembangunan Bangsa Indonesia

 

KENAPA MEMUSUHI BAPAK? [1]

 

Assalamu’alaikum wr. wb.,

Pertama-tama kami sekeluarga menghaturkan Ucapan Selamat Hari Ulang Tahun Bapak yang ke-77, walaupun ucapan ini kami sampaikan tidak tepat pada tanggal Hari Ulang Tahun Bapak, namun saat ini kita masih berada di bulan Juni 1998 yang merupakan bulan kelahiran Bapak yang kami cintai, Bapak Pembangunan Bangsa Indonesia yang sangat kami kagumi, sejak dimulainya masa perjuangan Orde Baru hingga detik ini, pada saat bangsa Indonesia telah kehilangan figur kepemimpinan nasional yang tangguh, berwibawa serta memiliki jiwa dan semangat yang besar, dalam memperjuangkan cita-cita dan nasib bangsanya.

Walaupun kini, Bapak tidak menjadi presiden Republik Indonesia lagi, diakibatkan oleh adanya gerakan reformasi yang sangat emosional dan tidak terkontrol, bahkan cenderung dilakukan secara in-konstitusional, oleh pihak-pihak yang ingin menangguk di air keruh serta memanfaatkan situasi dan kondisi yang sangat rawan saat ini, untuk kepentingan pribadi dan golongan-golongan yang ekstrem terhadap keberhasilan pembangunan oleh Orde Baru, selama tiga puluh dua tahun, yang nota bene secara sadar atau tidak sadar, juga mereka rasakan dan nikmati. Kami akan senantiasa tetap mendukung, mengagumi, dan bersimpati terhadap pribadi Bapak serta kepemimpinan Bapak selama ini.

Rentetan dan runtutan hujatan dan fitnah selalu dilayangkan dan dituduhkan kepada Bapak sekeluarga, setelah Bapak menyatakan berhenti sebagai Presiden Republik Indonesia, pada hari Kamis, tanggal 21 Mei 1998 yang lalu. Hal ini sangat menyakitkan dan menyedihkan perasaan kami pribadi serta perasaan seluruh rakyat Indonesia yang masih banyak bersimpati dan menginginkan kepemimpinan Bapak (khususnya di daerah kami, di Kalimantan Selatan ini, masih banyak rakyat mendukung, mengagumi, dan bangga atas kepemimpinan Bapak dengan seluruh keberhasilannya). Mereka yang menghujat dan memfitnah tersebut, seakan-akan melupakan jasa-jasa yang telah Bapak berikan dan sumbangkan kepada nusa dan bangsa ini, mereka tidak ingat lagi bagaimana bangsa dan negara ini akan segera hancur-lebur oleh kekuatan Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan pemberontakan G 30 S-nya pada tahun 1965.

Namun Insya Allah kami yakin seyakin-yakinnya bahwa Allah Maha Kuasa akan tetap melindungi dan melimpahkan kekuatan dan berkahNya kepada Bapak sekeluarga. Allah Maha Besar akan menunjukkan jalan yang benar, dan akan diperlihatkan-Nya bahwa perbuatan menghujat serta memfitnah adalah jalan yang salah dan tidak memperoleh ridhoNya. Biarlah bagi mereka yang telah memperoleh kesempatan apa saja (baik jabatan ataupun fasilitas dll) sewaktu Bapak masih menjadi kepala negara, namun saat ini justru berbalik menjauhi dan memusuhi Bapak, akan menerima akibatnya nanti. Saat inilah baru terlihat yang namanya musang berbulu ayam, dan sebaliknya bagaimanapun yang namanya emas atau mutiara, walau di dalam lumpur sekali pun akan tetap murni dan tidak berubah menjadi loyang. Kami sekeluarga senantiasa berdoa kepada Allah swt semoga Bapak selalu dilimpahkan kesehatan yang prima dan usia yang panjang, sehingga masih dapat menyumbangkan apa saja yang terbaik bagi bangsa Indonesia yang dilanda krisis ini, Amin ya Rabbal’alamin.

Demikianlah ucapan selamat ulang tahun dari kami sekeluarga, semoga dapat memberikan dorongan moril bagi Bapak sekeluarga dalam menghadapi situasi yang sangat memprihatinkan saat ini.

Sembah sungkem dari kami rakyat kecil, yang sangat bersimpati kepada Bapak sekeluarga. (DTS)

Wassalam kami,

Drs. A. Roezhary Fadlan

Kalimantan Selatan

[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 28-29. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat  yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.