KEPEMIMPINAN PAK HARTO MEMANG DIBUTUHKAN BANGSA INDONESIA Oleh: Suarif Arifin [1]
Jakarta, Angkatan Bersenjata
BERAKHIRNYA Sidang Umum MPR 1993 yang menghasilkan produk GBHN serta pucuk pimpinan nasional Presiden Soeharto dan Wakil Presiden Try Sutrisno telah memperjelas fenomena politik di Indonesia bahwa bangsa Indonesia memang membutuhkan kepemimpinan Pak Harto dalam memasuki Era Lepas Landas yang akan diawali pada Pelita VI 1 April 1994 . Berakhirnya Sidang Umum MPR 1993 sebagai rangkaian mekanisme kepemimpinan nasional lima tahunan telah memberikan mandat kepada Presiden Soeharto untuk memilih para pembantunya, yang mampu bekerjasama, mampu melakukan koordinasi, dan memenuhi persyaratan lain yang dibutuhkan pada Era Lepas Landas.
Dengan semakin tertata baik perangkat dan mekanisme kerja selama Pembangunan Nasional Jangka Panjang 25 tahun selama tahap pertama, dapatlah kita pahami mengapa pada pidato seusai mengucapkan sumpah dan menerima Tap-Tap MPR, Presiden Soeharto mengatakan dengan segala kerendahan hati memohon dukungan, koreksi dan pengawasan dari Dewan Perwakilan Rakyat. Sepuluh tahun lalu, tatkala kita berada pada saat-saat menentukan menerima kesepakatan Pancasila sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, Pak Harto pun memohon dukungan yang kritis dan kreatif
Tanpa dukungan, sulit kita membangun hal-hal besar sebagaimana diinginkan rakyat Indonesia melalui GBHN sebagai pencerminan Tujuan nasional yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945. Dukungan membuat penyelenggara negara senantiasa berbesar hati dan bersemangat karena sadar bahwa perjuangan membangun kesejahteraan lahir batin ini tidaklah sendirian, senantiasa mendapat apresiasi dan masukan. Dengan kata lain, meskipun secara formal manusia Indonesia yang bernama Soeharto menerima mandat resmi dari MPR, namun beliau sadar bahwa mandat yang seberat itu akan lebih banyak berarti bila dari hari ke hari memperoleh dukungan dari seluruh rakyat. Inilah kebesaran jiwa beliau yang tidak mengandalkan kepada kewenangan saja, tetapi kepada kebersamaan cita-cita seluruh rakyat.
Dalam konteks tersebut terasa bahwa yang diperlukan bukanlah dukungan yang asal dukung, asal menyenangkan hati, asal menyanjung sehingga kita merasa rikuh, tetapi dukungan yang diikuti dengan koreksi dan pengawasan. Dengan demikian, bobot dukungan menjadi lebih bermakna karena dukungan diberikan dengan ikhlas dan hati bersih demi kebaikan kita bersama,demi persatuan kesatuan bangsa, dan demi pencapaian tujuan nasional dalam pembangunan nasional yang berkesinambungan. Predikat Bapak Pembangunan yang dikukuhkan dalam Tap Pertanggungjawaban Presiden pada Sidang Umum MPR 1983 telah terbukti dan terpenuhi secara substansial.
Kita mendoakan agar Presiden Soeharto tidak mengalami kesulitan dalam menyusun Kabinet Pembangunan VI karena pembangunan nasional yang telah berjalan selama 24 tahun ini telah memberikan sumber daya manusia yang tangguh sesuai bakat kemampuan dan pengalaman profesi yang dibutuhkan. Kondisi ini tentu berbeda dengan masa masa lalu. Sebagaimana diamanatkan dalam Penjelasan UUD 1945, para menteri negara adalah para pemimpin negara.
Dengan kata lain, para menteri negara pada hakekatnya adalah negarawan-negarawan yang tangguh, tegar, berprilaku manajerial dan profesional, di samping perlu memenuhi persyaratan-persyaratan yang diperlukan sesuai kekinian tantangan pembangunan.
Dari sudut pandangan inilah harus tergambar konfigurasi kepemimpinan nasional yang mantap, dinamis dan berwibawa yang mampu mengungkapkan kerjasama yang lehih baik lagi antara Pemerintah dengan DPR, komunikasi timbal balik dengan masyarakat yang semakin meningkat, kesadaran politik kehangsaannya, dan kehutuhan pembangunan yang berskala besar dan memerlukan partisipasi yang sebesar-besarnya dari kalangan pengusaha, wartawan, seniman, guru, wanita, pemuda dan mahasiswa, cerdik cendekia serta aparatur keamanan & ketertihan.
Kelebihan kepemimpinan nasional Presiden Soeharto dapat ditunjukkan dengan bagaimana bangsa Indonesia yang menghendaki kemajuan diimbangi dengan tekad untuk tetap memperkokoh persatuan kesatuan hangsa. Fenomena inilah yang membedakan pembangunan nasional kita dengan hanyak negara, yang sering di satu pihak berhasil meraih GNP yang demikian melambung tinggi, namun persatuan kesatuan negaranya berada dalam konflik tanpa kesudahan. Sebaliknya, ada juga negara yang memiliki rencana yang indah sebagai kesepakatan bangsa, namun tidak dapat dengan mulus berjalan karena tidak mampu diterjemahkan secara konkrit di lapangan. Belum lagi ada negara yang masih lahil suasana politik dalamnegeri, sehingga menggalang semangat memhangun teredam oleh isu-isu politik praktis ketimhang isu-isu pembangunan.
Pada kondisi memprihatinkan itulah kita dapat bercermin betapa bangsa Indonesia dengan segala kekurangan dan kelebihannya berada dalam posisi yang baik, diperhitungkan untuk bangkit menjadi negara industri yang didukung oleh pertanian yang kuat, dan mendapat kepercayaan dari bangsa-bangsa lain khususnya negara negara berkembang dan Gerakan Non Blok. Kita menyadari ada ketegangan dalam pembangunan industri yang didukung sektor pertanian yang tangguh. Sejarah telah mengajarkan kepada kita secara bijaksana bahwa hanya bangsa yang bersatu dan kokoh yang mampu melampaui krisis demi krisis. lndustri yang membutuhkan efisiensi dan efektivitas seringkali tidak manusiawi dalam prinsip-prinsip ekonomi. Diferensiasi kerja dalam sektor industri membuat sumber daya manusia harus memiliki keahlian dan ketrampilan. Di samping itu industri pula yang melahirkan persaingan yang diikuti perasaan tidak berdaya bila manusia berjalan sendirian. Untuk itulah persatuan kesatuan hangsa, kerukunan umat, kesetiakawanan sosial harus menjadi pegangan nyata bila kita ingin berhasil, dan siap menghadapi tantangan zaman.
Kita bangga dengan kemerdekaan yang berhasil kita rebut 48 tahun lalu. Kita bangga dengan prestasi pembangunan selama 24 tahun. Namun kilas balik 350 tahun penjajahan seyogyanya membuat kita semakin tunduk dan berterima kasih kepada Tuhan atas segala pemberian, berkat dan karuniaNya bagi bangsa kita. Dengan segala kerendahan hati pula mungkin kita dapat memahami mengapa profil Pak Harto memang pribadi yang tepat dan dibutuhkan kepemimpinannya bagi bangsa dan negara ini. Kita ingin pembangunan berjalan dengan lancar, tertib dan sukses serta aman. Nampaknya Pak Harto adalah jawaban. Kita mengucapkan selamat bekerja. Semoga Tuhan selalu beserta kita.
*) Penulis adalah Dosen MKDU Kewiraan di UnikaAtma Jaya Jakarta .
Sumber: ANGKATAN BERSENJATA (23/03/1993)
_______________________________________________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XV (1993), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 82-85.