KESATUAN DAN PERSATUAN NEGERI WAJIB DIHARGAI
Yogyakarta, Antara
Warga Negara Indonesia wajib menghargai kesatuan dan persatuan negerinya, bukan sebaliknya malah mundur seperti sebelum negeri ini tercipta/terwujudkan, kata Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Prof. Dr.Ir. MochamadAdnan kepada ANTARA di Yogyakarta, Kamis.
Menanggapi pidato akhir tahun 1991 dan menyambut tahun 1992 yang disampaikan Presiden Soeharto di Jakarta belum lama ini, ia mengatakan, sebagai generasi lama, pasti tahu betapa sukanya mendirikan negara persatuan-kesatuan Indonesia dari tangan penjajah.
“Waktu itu berapa juta jiwa bangsa Indonesia melayang guna mendirikan negeri ini demi menciptakan negara kesatuan-persatuan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Maka setelah kita berhasil mendirikannya sudah Iayak dan pantas untuk pantas untuk mempertahankannya,” katanya.
Jadi, apa yang diungkapkan oleh Presiden itu memang benar bahwa persatuanĀ kesatuan jangan dianggap sebagai barangjadi. Apalagi pada zaman globalisasi seperti sekarang yang ditandai berbagai perubahan politik, maka rasa kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia tidak boleh mudah luntur, tegas Adnan.
Mengenai kasus Dili yang lebih dikenal dengan istilah “Insiden 12 November”, Rektor mengatakan, berbagai pertemuan tim Komisi Penyelidik Nasional (KPN) dapat dipercaya dan perlu ditindaklanjuti dengan baik.
Tentang himbauan Presiden pada Pemilu 1992 agar dicegah jangan sampai timbul fanatisme golongan dalam bentuk apapun juga, patut mendapat perhatian semua pihak, sebab fanatisme yang “membabi-buta”hanya akan merugikan bangsa dan negara Indonesia, bahkan dapat memecah-belah persatuan dan kesatuan bangsa.
Untuk mencegah hal tersebut, bangsa Indonesia harus meningkatkan kedewasaannya dalam melaksanakan demokrasi sesuai dengan Pancasila serta UUD 1945, sehingga dapat memperteguh kesatuan-persatuan bangsa, demikian Mochamad Adnan.
Sumber : SUARA KARYA (04/01/1992)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIV (1992), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 34-35.