KETERBUKAAN TANPA BATAS BUAT RI KEHILANGAN JATI DIRI

KETERBUKAAN TANPA BATAS BUAT RI KEHILANGAN JATI DIRI[1]

 

Jakarta, Bisnis Indonesia

Presiden Soeharto mengatakan sikap keterbukaan tanpa batas bukan saja akan menyebabkan bangsa Indonesia kehilangan jati diri, tetapi juga akan kehilangan pegangan dan arah dalam dunia yang makin rumit ini.

“Tidak ada bangsa yang demikian terbuka, sehingga menerima apa saja yang berasal dari luar.” ujar Presiden Soeharto.

Kepala Negara berbicara pada acara Pameran Candi Bahasa dalam rangka Tradisi Tulis Indonesia di Perpustakaan Nasional RI, Jakarta, kemarin.

Menurut Presiden, setiap bangsa perlu mempunyai kerangka dasar kebudayaannya sendiri yang dapat diperkaya secara selektif dan kreatif oleh masukan dari luar.

“Sebagai bagian dari keseluruhan umat manusia, kita dapat dan boleh mengambil manfaat dari kebudayaan lainnya.”

Kebudayaan daerah Indonesia ternyata tidak seluruhnya merupakan hasil karya sendiri.

“Sejarah menunjukkan bahwa kebudayaan daerah secara selektif dan kreatif telah menerima pengaruh dari berbagai kebudayaan negeri lain.”

Pertemuan antara kebudayaan sendiri dengan kebudayaan negeri lain itulah yang menjadikan kebudayaan kita berkembang sehingga menjadi demikian kaya dan unik, katanya. Dari pertemuan dengan berbagai budaya itu pula berasal wawasan kemanusiaan Indonesia yang tercantum demikian indah dalam sila pertama dan sila kedua Pancasila : Ketuhanan Yang Maha Esa dan Kemanusiaan yang adil dan beradab.

Menurut Kepala Negara, menjadi kewajiban bersama untuk membantu mempersiapkan masyarakat yang majemuk ini secara terencana dan terkendali untuk memasuki dunia masa datang.

Sementara itu, Kepala Perpustakaan Nasional Mastini Hardjoprakoso mengatakan melalui kerja sama dengan Fakultas Sastra UI dan Yayasan Lontar, lembaga itu mengadakan Pameran Naskah Kuno Nusantara, simposium internasional pernaskahan dan peluncurun buku : Ruminations : The Writing Traditions of Indonesia.

Sumber : BISNIS INDONESIA (13/06/1996)

_______________________________________________________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVIII (1996), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal 74-75.

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.