Ketua DPRGR SJAICHU
KETUA DPR TIDAK MUSTAHIL ORANG NU [1]
Djakarta, Suara Karya
Ketua DPR akan datang tidak mustahil orang NU, karena NU adalah Partai Politik terbesar. Demikian dikatakan oleh Ketua DPR-GR HA Sjaichu ketika mendjawab pertanjaan pers sehubungan dengan apa jang pernah dikatakan oleh Presiden Soeharto bahwa “sebaiknja ketua DPR dari parpol” tentang siapa orangnja atau siapa jang akan ditjalonkan NU, ia belum bersedia mendjawab siapa figur jang paling tepat untuk menduduki djabatan jang mungkin akan merangkap djuga mendjadi ketua MPR itu.
Setudju Tiga Bendera
Menurut Sjaichu pengelompokan kekuatan sospol bukanlah hal baru, dimasa lampau telah beberapa kali didjalankan seperti liga Demokrasi atau “golongan” dalam rangka pengelompokan golongan Islam, “Golongan nasionalisme” dsb.
Dikatakan bahwa ia setudju dengan idea Presiden Soeharto tentang adanja tiga bendera dalam kehidupan sosial politik di Indonesia, bahkan hal itu sangat baik kalau didjalankan djuga pada pemilu lima tahun jang akan datang. tetapi ia tidak setudju dengan penerimaan “spiritual materiil” dan “materiil spiritual” karena hal itu mudah membuat orang keliru, baik dalam menjebutnja maupun pengertiannja. Lebih baik menggunakan nama jg sudah beberapa bulan dipakai jaitu “Persatuan Pembangunan”.
Tentang kemungkinan bahwa “struktur politik tiga bendera” itu prosesnja dapat menudju kepada sistem Dwi Partai, ia menjatakan bahwa sistem itu atau adanja suatu partai pemerintah dan satu partai oposisi tidak tepat untuk digunakan disini. Sebaiknja semua kekuatan sospol dapat se-waktu2 mendjalankan social support dan sewaktu2 pula mendjalankan social control kepada pemerintah, tergantung persoalannja.
Seperti halnja dengan Dwi Partai, iapun tidak setudju aspek lainnja dari sistim ketatanegaraan Amerika Serikat didjalankan disini seperti Wakil Presiden djuga mendjabat Ketua Senat. Dikatakan bahwa seorang Ketua dari Badan Legislatif sebaiknja merupakan Ketua dari semua anggota Badan itu, tidak hanja Ketua untuk salah satu fraksi dan hendaknja Politik didjalankan sebagai mestinja.
Pertemuan “Pasar Minggu”
Tentang pertemuan antara pemuka2 Islam di Pasar Minggu tgl 10 Oktober jang lalu, jang mana disponsori oleh Organisasi Islam Internasional dimana Sjaichu sendiri mendjadi pimpinannja, dikatakan bahwa pertemuan itu adalah dalam konteks pembangunan. Hal2 jang bersangkut paut dengan politik praktis, sejtara langsung tidak dibitjarakan.
Dikatakan bahwa pertemuan telah dapat mengadakan penjatuan gerak langkah dalam perdjuangan bagi siapapun jang beragama Islam walaupun tidak menggunakan predikat Islam. Terutama untuk mengedjar ketinggalan disegala bidang sehingga ikut sertanja ummat Islam setjara positip dalam pembangunan dapat dilaksanakan dengan njata.
Pada umumnja dalam pertemuan itu tidak terdapat, bahkan kira2 sepuluh hari jang akan datang pertemuan itu akan diperluas setelah steering comite selesai menjusun konsep langkah2 apa jang didjalankan. Demikian Sjaichu. (DTS)
Sumber: SUARA KARYA (12/10/1971)
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku II (1968-1971), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 901-902.