KETUA GNB: POLA PENDEKATAN KERJA SAMA UTARA SELATAN BERUBAH[1]
Jakarta, Antara
Presiden Soeharto sebagai Ketua GNB menegaskan bahwa pada saat ini ada perubahan pola pendekatan kerja sama Utara-Selatan, tampak pada saat ini kerja sama Utara-Selatan itu lebih didasarkan atas pola barn yaitu kemitraan.
Ketua GNB dalam penjelasannya ketika menerima para Menlu,menteri negara serta wakil 21 negara anggota GNB Istana Merdeka, Jakarta, Kamis mengatakan bahwa kerja sama Utara-Selatan itu harus atas dasar kepentingan, tanggungjawab bersama dan interdependensi bukan konfrontasi. Menlu Ali Alatas mengutip Ketua GNB mengatakan bahwa Presiden dalam pertemuan itu juga menjelaskan pertemuannya dengan Ketua G-7 di Tokyo, belum lama ini.
Dengan demikian, kata Ketua GNB seperti dikutip Alatas, hasil dan resolusi KTT GNB di Jakarta menyangkut bidang manajemen utang, kependudukan, pangan dan lain sebagainya itu, sudah dilaksanakan. Selain itu, Ketua GNB juga mengharapkan agar ketja sama Selatan-Selatan lebih ditingkatkan dengan memanfaatkan secara optimal sumber daya yang ada di Selatan itu sendiri.
Ketua GNB mengatakan, banyak proyek yang dapat dan mampu dilaksanakan oleh negara Selatan itu sendiri. Hasil proyek dapat dilaksanakan Selatan itu sama, padahal biayanya lebih murah.
Oleh karena itu, kerja sama antar Selatan dan antara Dunia Ketiga perlu diperluas secara menyeluruh, kata Ketua GNB. Namun, Ketua GNB Presiden Soeharto mengingatkan pula bahwa kerja sama antara Selatan itu memerlukan pula dukungan Utara terutama dari segi pendanaannya.
Indonesia, kata Ketua GNB, misalnya memberikan peluang bagi petani Afrika untuk tinggal di rumah petani Indonesia. Namun, pembiayaan untuk itu bersumber dari negara Utara.
Pada saat ini, kata Ketua GNB, banyak negara Utara yang menanggapi secara positif gagasan tersebut. Presiden Soeharto juga menyinggung mengenai masalah Bosnia dan mendukung sepenuhnya agar konferensi intemasional mengenai Bosnia diwujudkan. Untuk itu, Ketua GNB akan memberikan masukan kepada Biro Koordinasi di New York untuk menindaklanjuti masalah konferensi internasional soal Bosnia itu.
Utang
Ketua GNB Presiden Soeharto, kata Ali Alatas, menyinggung masalah utang dengan beban berat yang menimpa 50 negara dan 18 diantaranya merupakan negara dengan pendapatan paling rendah di dunia.
Ketua GNB menegaskan , masalah utang itu disampaikan pula dalam pertemuannya dengan para Kepala Negara G-7 seperti Presiden AS Bill Clinton. Para pemimpin G-7 itu juga kemudian mengakui peran penting GNB dalam mengupayakan masalah utang ini.
GNB, kata Presiden Soeharto, jelas berupaya memusatkan perhatiannya terhadap masalah ekonomi itu. Indonesia sendiri, kata Kepala Negara, siap untuk memberikan pengalamannya dalam menangani utang itu.
Menlu Ali Alatas menjelaskan bahwa Indonesia dalam kedud ukannya sebagai Ketua GNB tidak akan memanfaatkan forum itu untuk kepentingannya sendiri termasuk dalam hal utang itu.
“Kita berupaya agar beban negara yang rendah pendapatannya itu tidak makin berat. Upa ya itu bisa saja penjadwalan kembali,” kata Alatas.
Menlu sendiri menjawab pertanyaan mengenai pengiriman pasukan ke Bosnia mengatakan, ia memahami jika banyak kelompok yang frustrasi dengan kondisi di Bosnia yang terus menambah korban.
Namun, pengiriman pasukan j uga tidak akan memecahkan masalah dan hanya akan memperluas peperangan. Kuncinya pemecahan masa lah Bosnia adalah melaksanakan hukum internasional dan keputusan PBB terutama bagi negara yang berdekatan dengan eks-Yugoslavia dan agresi dihentikan. Penghentian agresi itu, kata Menlu, kalau perlu dengan senjata namun PBB yang mengambil prakarsa. (T/eu03/PU01/10/02/9414 :40/RU1!15:20
Sumber: ANTARA(l0/02/1994)
______________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVI (1994), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 12-13.