KITA SEMUA TERIKAT OLEH KETETAPAN MPRS [1]
Djakarta, Berita Yudha
Dalam sambutan tertulisnja pada resepsi ulang tahun ke-XVI Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) di Hotel Duta Indonesia Minggu Malam, Djenderal Nasution mengatakan, bahwa “adalah keharusan Orde Baru untuk terus membina Konsensus Nasional dalam mentjiptakan stabilitas nasional jang djadi landasan mutlak bagi pembangunan”.
Dikatakan bahwa keadaan tjukup kritik dan gawat telah meliputi sidang umum ke-4 MPRS, sidang istimewanja dan sidang umum ke-V jg baru berachir. “Meskipun hal itu sudah wadjar dalam dinamika masjarakat kita,” tetapi dikatakannja, “hal itu harus lebih djadi perhatian”, karena sidang umum ke-V MPRS, tidak bisa menghasilkan penjelesaian beberapa soal penting, antara lain perintjian hak2 asasi manusia, pendjelasan pelengkap UUD 1945 serta Garis2 Besar Haluan Negara jang sudah sekian lama djadi setjara kita.
Djenderal Nasution mengatakan, bahwa tidak selesainja sidang itu adalah karena materinja memang berat dan waktunja terbatas, serta situasi dan kondisi adalah chusus, meskipun daja upaja dalam hikmat kebijaksanaan/permusjawaratan/perwakilan telah diusahakan setjara maximal dalam waktu amat terbatas dan komposisi MPRS jang sudah diperharui dan diperbesar, antara kekuatan2 Orde Baru dalam Sidang Umum ke-V MPRS mengenai persoalan2 jang pokok itu, mau tidak mau, akan mengarus pula ke masjarakat.
Sambutan Sultan Mewakili Presiden
Menteri Negara Urusan Ekonomi dan Keuangan (EKUIN), Sri Sultan Hamengku Buwono IX, jang mewakili presiden Soeharto, dalam sambutan tertulisnja menjatakan harapannja agar GMNI sesuai dengan tudjuannja dapat setjara konsekwen membantu pemerintah dan presiden Soeharto mensukseskan programnja seperti jang telah ditetapkan oleh MPRS untuk mendjalankan pembangunan sesuai dengan kehendak rakjat menudju stabilisasi dan pembangunan nasional.
Setelah menguraikan 5 tugas pokok Kabinet Pembangunan jg akan dibentuk sebelum tanggal 5 Djuli 1968, sebagai kelandjutan jang telah ditetapkan dalam Sidang Umum ke-V MPRS baru2 ini, Sri Sultan menyatakan bahwa MPRS sebagai lembaga tertinggi telah menetapkan apa jang harus ditudju dalam mengisi kemerdekaan dan Pantjasila dan ketetapan2 jg mengikat kita semua dan bagi seluruh Pantjasilais tiada pilihan lain selain dari taat melaksanakan seluruh keputusan, ketetapan itu.
“Karena itu dari sekarang dan selandjutnja fikiran kita tiada lain selain bekerdja keras atas dasar konsepsi pemerintah dan di bawah satu pimpinan, jaitu kepemimpinan Presiden Soeharto,” katanja.
Ia mengajak warga GMNI meninggalkan semua sisa fikiran lama untuk mempersiapkan diri bekerdjasama dan lagi2 bekerdja menjusul semua ketinggalan kita, mengisi dan menertibkan semuanja, demikian kata Sri Sultan.
Resepsi ulang tahun itu dihadiri pula oleh Menteri Penerangan BM. Diah jang djuga telah memberikan sambutanja. (DTS)
Sumber: BERITA YUDHA (03/04/1968)
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku II (1968-1971), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 29-30.