PRESIDEN:
KITA SEMUA WAJIB MEMPERHATIKAN PERINGATAN ABRI
Jakarta, Antara
Presiden Soeharto dalam amanatnya pada upacara prasetia perwira lulusan AKABRI di Yogyakarta, hari Jum’at, mengatakan bahwa sungguh tepat isi dan peringatan pimpinan ABRI yang dikeluarkan hari Kamis di Jakarta.
“lni adalah peringatan persaudaraan dari ABRI sebagai sesama kekuatan sosial. Ini adalah panggilan tanggungjawab ABRI, baik sebagai kekuatan Hankam maupun sebagai kekuatan sosial, untuk mencegah atau menghindarkan bangsa dan negara dari ancaman perpecahan dan kekalutan dan menghindarkan rakyat dari korban serta penderitaan yang tidak perlu.”
Ia menambahkan,” kita semua tanpa kecuali, wajib memperhatikan peringatan ABRI itu.”
Kritik dan Kebebasan
Presiden mengatakan, bahwa kritik dan kebebasan di negeri ini dijamin. Tetapi kehidupan bersama dan keselamatan bersama menuntut sekaligus penggunaan kritik dan kebebasan yang bertanggungjawab.
Kebebasan tanpa tanggungjawab sama saja dengan mengundang kekacauan dan tanggungjawab tanpa kebebasan sama saja dengan penindasan, kata Presiden.
“Dalam keadaan kacau tidak mungkin kita membangun. Dan tanpa pembangunan tidak mungkin kita mengejar kemajuan dan kesejahteraan.”
Menurut Presiden, akhir2 ini kritik dan kebebasan itu telah mulai memasuki garis yang dapat membahayakan keselamatan bersama dan membahayakan pelaksanaan pembangunan. Keadaan dapat menjadi lebih buruk lagi, karena kritik dan kebebasan telah mulai dibumbui dengan desas-desus, hasutan, pemutar balikkan kenyataan, nistaan dan pemecah-belahan persatuan bangsa.
“Apabila ini tidak dihentikan, apabila ini dibiarkan terus, maka kita dapat tergelincir ke dalam kekacauan,” demikian Presiden.
Sebagai Presiden Republik Indonesia ini yang disumpah untuk menjalankan selurus2nya Undang2 Dasar.
“Saya tegaskan di sini jaminan akan dihormatinya kebebasan yang bertanggungjawab.”
“Saya tegaskan di sini jaminan disalurkannya segala keinginan dan beradu otak. Jangan sekali kali kita beradu otot di lapangan dan dijalan2.”
“Sebagai seorang purnawirawan ABRI saya dapat menegaskan juga bahwa ABRI sama sekali tidak haus kekuasaan. Jika ABRI memang hanya ingin memenuhi rasa haus kekuasaan itu, maka pada tahun 1965 di saat pimpinan negara dalam kehampaan, tidak sulit bagi ABRI untuk menegakkan kekuasaan militer.”
Tetapi ABRI adalah anak rakyat yang berjuang untuk menegakkan cita2 rakyat yang dinyatakan dalam Pancasila dan UUD 45. Kepada para perwira remaja dan kepada seluruh prajurit ABRI, Presiden mengingatkan bahwa mereka adalah perisai yang membela Pancasila.
Pergantian Generasi
Pada awal pidatonya Presiden mengatakan, pelantikan perwira remaja ABRI berarti kesegaran baru dalam tubuh ABRI. Tampilnya tenaga2 muda dalam tanggung jawab yang lebih besar juga penting artinya dalam segala kehidupan masyarakat baik dalam aparatur pemerintahan, dunia usaha, kalangan swasta, pendidikan, kehidupan kebudayaan maupun di bidang pertanian.
“Tetapi pergantian generasi selalu membawa kemungkinan2 baru dan harapan2 baru, “kata Presiden.
Tetapi tiap tahap pergantian generasi juga dapat berarti kerawanan dalam kelanjutan kehidupan bangsa. Generasi baru menghadapi masalah dan pengalaman yang lain dari generasi sebelumnya.
Karena itu acapkali generasi baru mempunyai pandangan yang lain dari generasi sebelumnya.
“Ini sama sekali tidak selalu berarti kesalahan. Dalam banyak hal perubahan2 ini merupakan kekuatan yang justru diperlukan untuk melanjutkan kehidupan hangsa agar menjadi semakin kokoh.”
Pembangunan nasional itulah mahkota kehormatan kita dalam tahap perjuangan sekarang ini. Generasi muda yang sekarang juga mempunyai kesempatan untuk berperan dalam perjuangan besar pembangunan itu.
Presiden menegaskan, perjuangan dalam pembangunan untuk mengisi kemerdekaan, tidak kalah terhormat dari perjuangan bersenjata dalam menegakkan kemerdekaan dulu.
Presiden mengingatkan kembali agar semangat 45 dipegang teguh oleh Tentara Nasional Indonesia dan Polri termasuk oleh para perwira remaja yang dilantik hari ini.
Kepada para perwira remaja yang bam dilantik itu Presiden juga menyerukan agar memegang teguh Sapta Marga.
Sebagai perwira ABRI yang merupakan inti kekuatan ABRI danyang pada waktunya nanti akan menjadi pemimpin2 ABRI diharapkan oleh Presiden agar menjalankan tugas sebaik2nya.
Perwira ABRI harus mempunyai budi daya dan daya cipta yang tinggi agar dapat mengatasi hambatan yang dihadapi dan dapat memecahkan persoalan2 yang timbul dengan baik.
“Abdikanlah diri kalian dengan sepenuh hati kepada rakyat, bangsa dan negara yang kita cintai ini,” demikian Presiden Soeharto. (DTS)
Sumber: ANTARA (16/12/1977)
[1]
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IV (1976-1978), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 513-515.