KITA TAK INGINKAN MANUSIA INDONESIA YANG HANYA MILIKI KECERDASAN

KITA TAK INGINKAN MANUSIA INDONESIA YANG HANYA MILIKI KECERDASAN

Presiden Soeharto

Presiden Soeharto mengatakan, hanya bangsa yang terdidik dengan baik yang akan dapat membangun masa depannya dan bangsa yang terdidik hanya akan tumbuh dari bangsa yang berhasil mendidik anak-anak bangsanya sendiri. Karena itu, tidak dapat lain, tekad kita untuk terus membangun bangsa Indonesia harus berarti tekad yang sama besarnya dalam mengembangkan pendidikan dalam arti seluas2nya.

Presiden menyatakan hal itu dalam sambutannya pada pembukaan Temu Karya Taman Siswa tanggal 7 Mei di Istana Negara, Kamis pagi.

Kepala Negara mengatakan, Taman Siswa sebagai wadah pendidikan sejak berdirinya sudah membentuk kader2 bangsa yang berjiwa merdeka, bersemangat kebangsaan, berjiwa pengabdian dan tidak mengejar kemewahan.

Di depan lebih kurang 350 peserta Temu Karya Taman Siswa itu. Presiden mengatakan, pendidikan nasional yang ingin dibangun itu tidak dapat lain harus berdasarkan Pancasila.

Dia mengatakan, pendidikan suatu bangsa akan menentukan citra dan corak bangsa itu di masa depan. Sebab, pendidikan adalah sarana dan wahana pembentukan generasi bangsa Indonesia yang sedang tumbuh, generasi bangsa yang sedang dalam proses pembentukan kepribadiannya.

"Dalam dan lewat pendidikan itulah kita harus menanamkan cita-cita nasional bangsa kita agar benar2 mendarah-daging dalam hidup dan kehidupan mereka".

Presiden mengatakan, "Kita tidak hanya menginginkan manusia Indonesia yang memiliki kecerdasan pikiran dan ketrampilan kerja belaka".

Yang diinginkan adalah manusia yang memiliki keluhuran budi. Masyarakat Pancasila yang diidam-idamkan yang diusahakan bersama bukan sekadar masyarakat yang berkeadilan dan berkemakmuran saja, melainkan juga masyarakat yang berakhlak, kata Kepala Negara.

Tantangan besar yang dihadapi adalah bagaimana mewujudkan Pancasila sebagai falsafah dan dasar pendidikan nasional bangsa Indonesia, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat luas.

Ia menekankan agar sistem pendidikan nasional mesti mampu melahirkan generasi baru yang tangguh pribadinya sebagai manusia Pancasila.

Sistem pendidikan nasional itu juga harus melahirkan anak-anak bangsa yang tanggap terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perkembangan kemajuan dunia yang cepat.

Presiden mengharapkan, Taman Siswa dapat menjadi pelopor dalam turut memasyarakatkan dan membudayakan Pancasila dalam kehidupan nyata sehari­hari.

Ia mengingatkan bahwa bahaya terhadap Pancasila bukan saja datang dari luar, atau datang dari mereka yang menginginkan dasar negara lain, tetapi juga akan datang bila "kita sendiri tidak melaksanakan Pancasila itu".

Untuk itu, kata Presiden, sebagai salah satu perguruan milik nasional yang mempunyai dasar2 kebangsaan yang kuat, Taman Siswa diharapkan dapat menjadi, salah satu wadah pendidikan anak-anak didik kita sehingga menumbuhkan anak-anak bangsa yang kokoh keyakinannya terhadap Pancasila.

Ia, melalui lembaga2 yang dimiliki karena hanya guru yang baiklah melahirkan anak didik yang baik, guru yang baik harus disiapkan yang memiliki kepribadian, budi­pekerti yang tinggi guna memberi isi bagi pendidikan nasional.

Pada pembukaan Temu Karya dihadiri pula oleh ketua Panitia Temu Karya Taman Siswa Sultan Hamengkubuwono, Ki Sarina dan Probosutejo dari Panitia Temu Karya serta Menteri P dan K Daoed Joesoef, Menteri Agama Alamsyah. Temu Karya akan berlangsung hingga Sabtu. (DTS)

Jakarta, Pelita

Sumber: PELITA (06/05/1981)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VI (1981-1982), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 603-605.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.