KITA TERGOLONG BANGSA YANG BERHASIL MEMBANGUN SEMUANYA TIDAK BISA SEKALI JADI
Presiden Soeharto Resmikan 9 Proyek Di D.I.Aceh
Presiden Soeharto mengatakan, bahwa bangsa Indonesia tergolong bangsa yang berhasil membangun. Karena kita memiliki semangat dan percaya kepada kemampuan kita sendiri. Namun di antara bangsa-bangsa yang telah maju di dunia ini, kita masih tergolong bangsa yang tertinggal.
ltu pula, menurut Presiden, yang mendorong kita untuk bekerja makin keras lagi. Dan memang pembangunan yang kita lakukan tidak akan mengenal henti. Sebab pembangunan, baik bidang jasmaniah maupun rohaniah pada dasarnya adalah usaha memperbaiki dan meningkatkan mutu kehidupan kita yang harus terus menerus dilakukan.
Penegasan ini dikemukakan Kepala Negara dalam pidatonya ketika meresmikan berbagai proyek pembangunan di Daerah Istimewa Aceh, Senin pagi, di Gedung Keuangan Negara yang baru di Banda Aceh.
Tidak Sekali Jadi
Kelangsungan dan kelanjutan kegiatan pembangunan itu, ujar Presiden Soeharto lagi, menjadi penting karena kita tidak mungkin mencapai kesemuanya itu dengan sekali jadi. Apalagi bangsa Indonesia ini adalah bangsa yang besar dan menjemuk serta mendiami wilayah yang luas. Dan untuk mencapai kemajuan serta pemerataan yang dimaksudkan, mutlak diperlukan pengarahan dan pengerahan semua sumber daya yang ada seefektif dan se-efisien mungkin.
Pemerataan pembangunan yang dimaksudkan termasuk mengenai penyebarannya ke seluruh wilayah tanah air ini dari Sabang sampai Merauke. Tidak saja proyek-proyek kecil, tetapi diusahakan pula penyebaran proyek-proyek besar.
Untuk daerah Aceh misalnya, telah ada dan sedang dibangun proyek2 besar serta penting. Di antaranya pengilangan gas alam cair di Arun, pabrik pupuk ASEAN dan dalam waktu tidak terlalu lama lagi akan dimulai pula pembangunan pabrik kertas, pabrik petrokimia olefin, pabrik semen dan lain sebagainya. Dengan adanya proyek-proyek besar itu nantinya, kata Presiden, jelas akan membawa serta kemajuan bagi masyarakat Aceh sendiri pada umumnya.
Tugas Kita Semua
Kepala Negara ketika itu mengingatkan pula, tugas pembangunan bukanlah semata-mata tugas Pemerintah saja. Sebab bagaimana pun kuatnya suatu Pemerintah, pasti tidak akan mampu menangani semua tugas pembangunan itu.
”Karena itu, tugas pembangunan adalah tugas kita semua seluruh rakyat Indonesia ini. Dalam hal ini tugas Pemerintah sendiri adalah menciptakan suasana agar rakyat dapat bekerja dengan penuh perasaan tenteram dan penuh kegairahan".
Proyiek-proyek yang Diresmikan
Proyek-proyek di Daerah Istimewa Aceh yang diresmikan Presiden Soeharto ketika itu diantaranya peningkatan jalan Banda Aceh – Lhok Seumawe sepanjang 223 kilometer. Dulunya jalan ini harus ditempuh selama berhari-hari, tetapi sekarang hanya dalam 5 jam. Biaya perbaikan seluruhnya sekitar Rp 8 miliar lebih.
Peningkatan jalan Banda Aceh – Meulaboh sepanjang 33 km lebih dengan biaya Rp 1 milyar lebih. Peningkatan jalan Krueng Raya – Banda Aceh sepanjang 30 km dengan biaya Rp 1 miliar lebih. Dan peningkatan jalan Banda Aceh Darussalam sepanjang 5 km.
Selain itu, pembangunan Gedung Keuangan Negara Banda Aceh sebesar Rp 1,5 miliar, Central Telepon Otomat dengan biaya Rp 3,5 miliar dan PLTD Banda Aceh.
Proyek-proyek lainnya yang seluruhnya menelan biaya sampai Rp 2,5 miliar adalah Balai Pertemuan Kotamadya Banda Aceh "Anjong Monmata", proyek kebudayaan dan perumahan yang dalam tahap pertama 300 unit. (DTS)
…
Banda Aceh, Angkatan Bersenjata
Sumber: ANGKATAN BERSENJATA (09/06/1981)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VI (1981-1982), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 573-574.