Pres. Soeharto Didepan Peserta Pekan Pers Nasional:
KITA TIDAK AKAN TUMBUHKAN KEBEBASAN HANYA UNTUK KEBEBASAN [1]
Jakarta, Angkatan Bersenjata
RESIDEN SOEHARTO mengajak pers untuk memikirkan bagaimana mem-Pancasilakan pers nasional kita, tidak hanya dibidang idiilnya saja tetapi juga di bidang pengusahaannya.
Presiden mengucapkan hal itu Sabtu kemarin di Istana Negara ketika menerima 148 orang peserta Pekan Pers Nasional, termasuk diantaranya 12 orang utusan dari penerbit2 ASEAN, Muangthai, Pillipina, Malaysia dan Singapura.
Mengamalkan Pancasila hendaknya dilakukan dalam segala kehidupan pribadi dan kemasyarakatan kita, tidak terkecuali dalam kehidupan pers nasional. Sebab hanya pers nasional yang menghayati Pancasila dan melaksanakan Pancasila akan dapat memberi obor penerangan kepada masyarakat yang ber-Pancasila, kata Kepala Negara.
Kebebasan
Mengenai kebebasan pers Presiden berkata, bahwa untuk mempertahankan dan untuk memeliharanya haruslah dihayati dan dilakukan oleh kalangan pers sendiri.
Menurut Presiden, persoalan pokoknya haruslah memberikan jawaban: kebebasan yang perlu kita kembangkan dan ke arah mana kebebasan itu kita tujukan.
Dan menurut Kepala Negara seterusnya jawabannya pun sudah kita temukan.
Yaitu: kebebasan untuk mendorong munculnya kreativitas dengan tujuan untuk menjamin kelancaran pembangunan dan keselamatan bangsa.
“Kita tidak akan menumbuhkan kebebasan hanya untuk kebebasan”, kata Presiden menegaskan.
Kebebasan yang mendorong lahirnya kreativitas hams senantiasa diiringi dengan rasa tanggungjawab demi keselamatan dan keutuhan bangsa, demi kelancaran pembangunan, demi terpeliharanya nilai2 luhur Pancasila yang akan menjamin kebahagiaan yang utuh bagi bangsa.
Berkata Presiden lebih lanjut: “terang bahwa dalam kebebasan demikian itu terkandung pula kebebasan untuk memberikan kritik yang sehat dan membangun”.
Kritik yang membangun dan sehat itu tetap diperlukan oleh Pemerintah sebagai alat kontrol yang positif terhadap Pemerintah dan aparatnya. Tetapi sebaliknya, penggunaan yangsalah dari hak kebebasan dan melempar kritik “asal kritik” saja tidak boleh terjadi. Hal demikian berlawanan dengan arah dan jiwa Pancasila dan dapat mengganggu jalannya pembangunan.
“Tanpa kebebasan maka kreativitas tidak akan berani muncul; dan tanpa kreativitas pembangunan akan mandeg dan masyarakat akan macet” kata Presiden.
Kekuatan
Unsur idealisme dalam kehidupan pers nasional kita harus tetap kita pelihara, kata Presiden, malahan harus kita pupuk agar tumbuh subur. Dalam perkembangannya sebagai dunia usaha pers juga harus menumbuhkan dirinya dengan hati-hati, jangan sampai terpeleset meninggalkan watak idealismenya dan hanya menampilkan wajah sebagai kegiatan usaha yang hanya mengejar keuntungan semata-mata.
Pers yang hanya mengejar keuntungan belaka dapat beralih perhatiannya sehingga hanya menyiarkan berita2 penuh sesuai atau tulisan dan gambaryang mempermainkan selera rendah dari masyarakat.
Pers kita pemah kehilangan idealismenya sebagai penyalur pendapat masyarakat dan terpelanting menjadi suara golongan saja yang hanya ingin menghantam golongan lain. “Perkembangan seperti itu bukan merupakan pers yang kita idam-idamkan” kata Presiden.
Kekuatan pers yang sebenamya terletak pada perannya untuk membeberkan kebenaran, menjunjung tinggi keadilan memberi obor penerangan kepada masyarakat dan menjadi penyalur yang dapat dipercaya dari perasaan2 masyarakat. “Karena itu pers juga harus berdiri diatas segala macam golongan “, kata Presiden menegaskan.
Umpan balik
Sementara itu Ketua SPS Djamal Ali SH dalam laporannya kepada Presiden menyatakan bahwa pekan Pers nasional ini telah melakukan diskusi2 dengan tokoh2 Pemerintah, mendapatkan ceramah2 dari berbagai kalangan.
Dilaporkan bahwa kegiatan dalam lingkungan ASEAN telah dicapai kata sepakat untuk mendirikan federasi organisasi Penerbit Pers di negara2 ASEAN. Untuk itu akan dilakukan sidang kedua di Kuala Lumpur. Sedangkan kepada Pilipina ditugaskan untuk menyusun konsep konstitusinya beserta program kerjanya.
Tugas pers menurut Djamal Ali adalah untuk memberikan penerangan kepada lapisan masyarakat seluas mungkin dan seobyektif mungkin disatu pihak dan dilain pihak merupakan saluran pendapat masyarakat yang konstruktif Bila kedua fungsi ini berhasil dilaksanakan, maka menjelmalah arus komunikasi timbal balik yang kita mimpikan.
Untuk itu SPS sedang mencari kemungkinan untuk dapat diciptakannya prasarana pers yang memadai. Secara relatif dapat seimbang dengan yang terdapat di Ibukota. agar arus informasi tidak hanya dapat diciptakan dari Jakarta ke daerah2 saja, melainkan juga dari daerah ke pusat dalam upaya terlaksananya informasi yang berumpan balik. (DTS)
Sumber: ANGKATAN BERSENJATA (14/06/1976)
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IV (1976-1978), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 221-223.