KOMENTAR BERBAGAI KALANGAN TENTANG PRESIDEN SOEHARTO: SEORANG MANAJER, ORGANISATOR DAN STRATEGI YANG BAlK[1]
Jakarta, Pelita
Presiden Soeharto dinilai sebagai seorang manajer, organisator, dan penyusun strategi (strategi) yang baik. Pola pemikirannya juga dinilai tertib dan jelas arahnya. Kecuali itu ia juga dianggap sebagai orang yang selalu awas dan waspada.
Demikian rangkuman pendapat yang dihimpun Pelita mengenai kepemimpinan Presiden Soeharto, sehubungan dengan ulang tahunnya yang ke-71, 8 Juni 1992. Mereka yang dimintai pendapatnya adalah mantan Ketua DPR/MPR H. Amir machmud, Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Hasan Basri, Ketua PBNU Drs. H. Asnawi Latif, dan Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Dr. M Din Syamsuddin.
H. Amir machmud menyatakan, Pak Harto mempunyai pola pikir yang teratur, tertib, jelas ke mana arahnya, jelas pula apa yang diprogramkan, dan jelas pengontrolannya. Jadi tidak lepas begitu saja.
“Beliau itu adalah manajer yang baik, organisator yang baik, dan penyusun strategi yang baik pula. Selalu awas dan waspada, ” kata mantan mendagri itu.
Ia mengatakan, penilaiannya itu tidak terlalu berlebihan. Karena sudah cukup lama mengenal Pak Harto, lebih dari 20 tahun, baik selama sama-sama aktif di militer maupun dalam pemerintahan, sehingga mengetahui pola pikir, watak berpikir, sistem berpikir, dan sikap Pak Harto berhadapan dengan sesuatu permasalahan.
Dikatakannya, kemanajeran Pak Harto telah dipraktikkan dalam memimpin negara dengan sukses. “Kita jangan munafik bahwa sukses yang dicapai bangsa Indonesia di bawah kepemimpinan Pak Harto besar sekali, itu harus diakui. Bahwa masih ada kekurangan di sana sini, itu jelas dan selalu diakui secara jujur oleh Pak Harto dalam banyak kesempatan, ” ujar Amir machmud.
Sekarang yang perlu kita pikirkan sebagai bangsa, kata Amir machmud, bagaimana menghadapi pembangunan jangka panjang tahap (PJPT) II nanti setelah usai Pemilu, bukan mencari kekurangan. Untuk itu, kita harus melakukan introspeksi.
“Saya yakin betul bahwa kekurangan yang dirasakan oleh rakyat banyak juga dirasakan oleh Pak Harto. Dan saya pun yakin, apabila beliau terpilih lagi nanti sebagai Presiden RI untuk memimpin bangsa Ini, ada perubahan dalam segala hal terutama dalam keberhasilan pembangunan, ” kata Amir Machmud.
Karena, katanya, apabila pembangunan tidak berhasil apa yang harus diratakan kepada rakyat, justru itu pembangunan harus berhasil mencapai tujuannya agar bisa meratakan hasil pembangunan itu kepada seluruh bangsa Indonesia.
Menurut Amir machmud, pak Harto juga mengetahui adanya korupsi dan bentuk penyelewengan lainnya. “Saya pun yakin bahwa beliau akan melakukan tindakan tegas. Pak Harto akan lebih kongkret melakukan tindakan atas koruptor dan penyeleweng. Itu saya yakin betul.”
Akan halnya kehidupan Demokrasi Pancasila, kata Amir machmud, tentu seluruh bangsa Indonesia diajak untuk menginventarisir apa-apa yang dianggap kaku dalam penerapannya.
“Semua kekakuan yang selama ini disebut-sebut oleh sebagian anggota masyatakat mari kita musyawarahkan dalam sidang MPR mendatang. Pokok-pokok Demokrasi Pancasila itu harus jelas. “
Amir machmud mengajak masyarakat mendoakan Pak Harto agar Allah SWT lebih menjernihkan hati, pikiran, dan tindakannya dalam membina negara sesuai dengan ajaran Islam. “Dengan iman Islam yang dimiliki Pak Harto, kita harus yakin beliau dalam memimpin Republik Indonesia akan lebih cerah lagi, ” katanya, sembari menyitir surat Al Kahfi ayat 7, yang artinya:
“Sesungguhnya kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya agar kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya.
KH Hasan Basri: Kongkret
Ketua Umum MUI KH Hasan Basri menilai kepemimpinan Presiden Soehatro sangat kongkret. Hal ini terasa sekali setelah Pak Harto menunaikan ibadah haji tahun 1991, langkah-langkahnya bertambah kongkret. Apalagi dengan terwujudnya Bank Muamalat Indonesia (BMI).
“Kalau tidak digerakkan beliau BMI mungkin belum terwujud. Ini betul-betul tangan beliau sendiri. Beliau mempertaruhkan nama, mengumpulkan uang, memberikan jalan ke luar, ” kata KH Hasan Basri, seraya menambahkan bahwa MUI sangat mendukung adanya kesinambungan kepemimpinan nasional. Ia lalu mengutip hadits Nabi; “Tinggalkan yang meragukan kamu kepada yang tidak meragukan kamu.”
Selama orde baru, menurut KH Hasan Basri, rakyat Indonesia khususnya umat Islam telah merasakan nikmatnya dalam melaksanakan ibadah. Dalam sejarah perhajian di Indonesia, misalnya, pada 1992 ini merupakan hal yang luar biasa dengan terwujudnya jumlah jamaah terbesar 105.935 orang. Bahkan di dunia, Indonesia menempati urutan kedua setelah Iran.
Hal itu menunjukkan kesadaran beragama Umat sudah bagus, iklimnya baik, serta kehidupan ekonomi rakyat bertambah baik. “Jadi serasi, pembangunan mental spiritual dan fisik material bertemu,” ujar KH Hasan Basri.
Meski demikian, KH Hasan Basri mengakui, tentu ada kekurangan namanya manusia pasti ada kekurangan, tidak ada manusia yang sempurna. Menjadi peminlpin yang baik itu tidak sekaligus. seperti “sim salabim” atau “kun fayakun”. Jadi. mana yang kurang perlu disempurnakan. “Sempurnakan yang sudah ada, itu merupakan syukur nikmat.”
Ia juga mendoakan Pak Harto sehat dan panjang umur, sehingga dapat melanjutkan kepemimpinannya.
H. Asnawi Latif : Pribadi yang baik
Ketua PBNU Drs. H. Asnawi Latif menilai pribadi Pak Harto itu sangat baik, beliau benar-benar bekerja untuk bangsa dan negara . Perhatiannya terhadap perkembangan Islam sangat besar ini bisa dilihat dari didirikannya Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila yang diketuainya dan berhasil membangun ratusan masjid di seluruh Indonesia.
Lebih dari itu beliau juga membentuk yayasan-yayasan lain untuk kegiatan sosial dan pendidikan seperti Yayasan Supersemar yang telah banyak memberikan manfaat bagi mereka yang menerima bea-siswa. Perhatiannya pada pertanian dan meningkatkan pendapatan petani sangat besar. kata Asnawi menambahkan. Oleh karena itu lanjutnya, jika Pak Harto masih bersedia dipilih kembali untuk memimpin bangsa dan negara ini pada sidang umum MPR tahun depan, warga NU akan mendukungnya. “Kalau beliau masih bersedia, tidak ada alasan bagi NU untuk tidak mendukungnya” tambah Asnawi.
Yang menarik bagi Asnawi sikap pribadi Pak Harto yang sangat anti komunis ini telah dibuktikan dengan membubarkan PKI dan antek-anteknya begitu beliau menerima surat perintah 11 Maret. Membubarkan PKI itu sungguh jasa Pak Harto yang tidak ternilai bagi bangsa dan negara kata eksponen Angkatan 66 itu.
Asnawi menyatakan hasil pembangunan yang sudah banyak dinikmati masyarakat sekarang dan perlu disyukuri itu adalah berkat kepemimpinan Pak Harto. Meskipun demikian Pak Harto tentunya tidak lepas dari kekurangan dan beliau dengan kearifan pribadinya tentu akan memperbaiki kekurangan tersebut demikian Asnawi Latif yang atas nama warga NU mengucapkan selamat ulang tahun kepada Pak Barto diiringi doa agar Pak Harto panjang umur, “bertambah ketakwaan kepada Allah, SWT dalam memimpin bangsa dan negara ini.
Din Syamsuddin: Bapak Bangsa
Sementara itu, Ketua Umum PP Pemuda Muharnmadiyah Dr. M. Din Syamsuddin berpendapat, umat Islam sekarang masih membutuhkan figur pemimpin seperti Pak Harto untuk masa yang akan datang. Perhatian Presiden Soeharto kepada kemaslahatan umat Islam cukup proporsional.
“Menurut saya, karena perkembangan dakwah Islam akhir-akhir ini begitu baik dan semarak. wajar-wajar saja jika hubungan umat Islam dengan pemerintah menjadi harmonis. Hal Itu berjalan secara alamiah, tak ada rekayasa-rekayasaan. ” ujar dosen pasca sarjana lAIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu.
Ia menyatakan setuju bila Pak Harto disebut sebagai Bapak Bangsa. “Karena beliau figur pemimpin yang akrab berbincang-bincang dengan rakyat. Hasil dialog itu betul-betul sesuatu yang sudah disikapi beliau Seperti dialog di Tapos, Pak Harto berusaha meyakinkan tentang akhlak kepada orang lain, “ujar Din.
Ia Juga mendukung pernyataan, PP Muhammadiyah yang mencalonkan Pak Harto sebagai presiden untuk periode mendatang, karena pemerintahan orde baru telah teruji di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto. Kepemimpinan Soeharto membangun bangsa Ini menunjukkan keberhasilan yang relatif, tanpa menafikan kenyataan masih banyaknya ketimpangan dalam proses pembangunan.
Din Syamsuddin merinci keterujian Presiden Soeharto, misalnya bisa dilihat pada komitmennya yang tinggi kepada persatuan dan kesatuan nasional yang memiliki dimensi kritis. Hal itu tampak, tambahnya, pada prakarsa Pak Harto yang menganjurkan para konglomerat supaya mengalihkan saham mereka kepada koperasi untuk mempersempit kesenjangan sosial-ekonomi.
Indikasi lain, kata Din Syamsuddin, tampak pada keputusan yang diambil dalam memecahkan gejala disintegrasi bangsa seperti kasus Dili. (chl/dik/fh/bai)
Sumber: Pelita (8/06/ 1992)
_______________________________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIV (1992), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 697-701.