KOMENTAR2 ATAS SEMINAR ANGKATAN DARAT: KESATUAN DOKTRIN DAN AKSI (8 habis)

KOMENTAR2 ATAS SEMINAR ANGKATAN DARAT: KESATUAN DOKTRIN DAN AKSI (8 habis) Oleh:WIDYA[1]

 

Djakarta, Angkatan Bersendjata

Rangkaian komentar2 ini saja, sudahi dengan sebuah sadjak dalam buku klassik WEDATAMA, jang bunjinja sbb:

Dewa itu,

Terwudjudjnja dengan perbuatan;

Mulai dari chan;

Artinja chan menjetarakan Bulatnja tekad untuk menindas angkara murka”.

 

Bagi sdr. pembatja jang gemar kepada literatur Barat, saja ambilkan uctjapan ROMBIN ROLLAND: “Aksi adalah achir daripada ide, Semua ide jang tidak menudju kepada aksi adalah suatu miskram dan suatu pengchianatan. Kalau kita mengabdi kepada suatu gagasan, karena pada kita mengabdi kepada perbuatan”.

SEMINAR telah mentjapai sukses luar biasa dalam merumuskan ide2 buat memberi BENTUK, ISI dan ARAH kepada Orde Baru. Berkat kesungguhannja dalam menerima tanggung djawab atas pelaksanaan AMPERA. Kita sekalian patut mengutjapkan penghargaan setinggi2nja kepada para Seminaris dan Pimpinannja.

Ide2 jang telah dirumuskan dalam Doktrin TRI UBAYA CAKTI itu hanja bisa terwudjud dengan aksi jang tepat itu hanja bisa terwudjud dengan aksi jang tepat. Dimulai dengan mengadakan pembersihan diri dalam tubuhABRI.

Unsur2 jang njata2 sudah djemu dan telah dalam perdjoangan dan hanya bisa bekerdja setjara routine sadja, harus memberikan tempatnja kepada unsur2 jang konsepsionil, jang kreatif. Unsur2 jang njata2 lebih mengedjar kepentingan materi atau mengedjar promosi buat diri sendiri daripada memperhatikan kesedjahteraan anak buah, harus rela menjingkir buat unsur2 jang “sepi ing pamrih rame ing gawe”.

Ini semua adalah pelaksanaan azas PEWARIS, azas kesembilan dari azas2 leadership jang dirnmuskan oleh SEMINAR. Pembersihan diri ini adalah sjarat mutlak bagi organisasi pelopor, organisasi pegawai Revolusi seperti ABRI. Ingat kepada peribahasa: permulaan jang baik adalah separoh dari pekerdjaan. Apabila aksi permulaan ini tidak didjalankan atau dilakukan dengan setengah2, maka Doktrin Tri Ubaya Cakti akan mendjadi rniskram, seperti diutjapkan oleh Romein Rolland diatas. Lantas buku Tri Ubaya Cakti fungsinja hanja buat penghias lemari buku sadja untuk parneran bagi tamu2. Atau kalau mau rnemakai istilah sekarang, Tri Ubaya Cakti hanya diketjapkan sadja.

Doktrin dan aksi harus satu. Seperti ADJARAN BUNG KARNO: “Salah satu tjiri dari pada orang jang betul2 revolusioner, salah satunja kata dengan perbuatan, satunja mulai dgn tindakan”.

Kesatuan doktrin dan akal ini dilukiskan dengan indah oleh KI DALANG dengan kata2 sbb:

“AI kisah Sang Hjang Wisnu menitis mendjadi dua Kresna dan Ardjuna. Ibarat bunga dan sarinja, seperti api dan njalanja. Bunganja Kresna, sarinja Ardjuna, apinja Kurawa (=Kresna), njalanja Djanaka (=Ardjuna). Ibarat sirih, muka dan belakangnja kelihatan berbeda wamanja, tapi kalau digigit sama rasanja.”

la, kesatuan doktrin dan aksi, Pak Kjai Hadji lebih mengenalnja dengan kesatuan iman dan amal. Seperti antara lain dinjatakan dalarn ajat 117 jang termasjhur dari SURAT AL-BAQARAH sbb:

“Bukanlah kebadjikan itu kamu memalingkan rnuka2 kamu ke fihak Timur dan Barat, tetapi kebadjikan itu ialah sikap orangjang beriman kepada Allah dan hari kemudian dan malaikat dan kitab dan nabi2 dan mendermakan harta jang sedang ia tjinta itu kepada keluarga jang hampir dan anak2 jatim dan orang2 miskin dan orang pelajaran dan orang2 jang meminta dan hamba2, dan mendirikan sembahjang dan mengeluarkan zakat dan menyempurnakan djandji apabila berdjandji dan sabar diwaktu kepajahan dan kesusahan dan diwaktu perang. Mereka itu orang2 jang benar dan mereka itu orang2 jang berbakti”.

Aksi pembersihan diri dIm. ABRI itu membutuhkan KEBERANIAN MORIL. Keberanian seperti jang didemontrasikan di Djepang oleh para DAMYO beserta SAMURAI (pradjurit) mereka, sewaktu mereka menjerahkan segala kehormatan, kekajaan, dan kekuasaan dengan ichlas dan rendah hati, kepada MEIJI TENNO, untuk memungkinkan pembangunan Djepang Baru berdjalan dengan lantjar seirama dengan tuntutan djaman moderen, dan mereka mendjalankan hidup sederhana djauh dari pada kemewahan.

Keberanian jang dimaksud oleh PANDIT JAWAHARLAL NEHRU, seorang pahlawan perdjuangan Kemerdekaan India didalam suratnja kepada putrinja INDIRA pada tahun 1933, sewaktu ia untuk keenam kalinja didjebloskan dalam pendjara. Bunjinja sbb:

“Banjak orang menjingkir diri dari aksi, seringkali, karena mereka itu takut kepada akibat2nja, sebab aksi berarti risiko dan bahaja. Bahaja itu kelihatannja mengerikan dari djauh, tetapi seungguhnja ia tidak begitu buruk kalau dilihat dari dekat. Bahkan seringkali bahaja itu mendjadi kawanjang menjenangkan dan menambah kenikmatan hidup. Kadang kala keadaan hidup jang kita alami sehari2 itu membosankan, tetapi alangkah besarnja penghargaan kita kepada soal2 jang bisa dan remeh itu, setelah kita sekian lamanja hidup tanpa jang biasa itu. Banjak orang mendaki gunung2 tinggi dgn merisikokan njawa dan badan mereka, melulu untuk kegemaran sport mendaki gunung dan untuk kegembiraanjang datang setelah bisa mengatasi sesuatu kesulitan atas bahaja. Karena selalu diantjam oleh bahaja dari kiri dan kanan, makin tadjamlah kewaspadaan mereka dan makin mendalamlah kesenangan hidup mereka. Kita semuanja harus memilih: atau hidup dilembah bawah jang diliputi oleh embun dan halimun jang tidak sehat tetapi memberi keamanan djasmaniah atau hidup mendaki gunung tinggi ditemani oleh risiko2 dan bahaja2 tetapi bisa menghirup udara bersih diatas dan bergembira bisa melihat pemandangan djauh dan menjambut fadjar menjingsing”.

Sekian nasehat NEHRU kepada mereka jang ragu2 dan chawatir. Atau keberanian courage, seperti jang dirumuskan oleh JOHN F. KENNEDY didalam bukunja “PROFILES IN COURAGE” sbb:

“Keberanian untuk berbuat sesuatu jang dianggapnja benar untuk ditindakkan dengan segala konsekwensi mengenai pribadi”.

Keberanian moril jang diuraikan dengan matjam2 tjara diatas itulah jang disebutAZORIN: “Forces of the soul are the sense of beauty, the sentiment of justice, the disdain of worldly trivialities”. Kekuatan2 djiwa adalah rasa keindahan, rasa keadilan, pandangan rendah terhadap perbuatan dan barang sehari2jang ketjil dan remeh2.

ABRI sebagai pelopor pengawal, pengaman dan pengamal revolusi wadjib memupuk dan membina kekuatan moril itu.

Achirnja untuk mensukseskan aksi pelaksanaan Doktrin Ubaya Cakti saja sitir wedjangan KRESNA kepada ARDJUNA di medan perang Kurusetra:

“Selenggarakan setiap akal dengan memusatkan hatimu kepada TUHAN JME. Djanganlah terikat kepada hasilnja. Tetaplah teguh didalam sukses dan kegagalan. Kegiatan adalah lebih baik dari pada kemalasan. Bersaksilah tetapi dengan SELF KONTROL”. Nah, rekan2 pradjurit TNI utama, saja doakan sukses. (DTS)

Sumber: ANGKATAN BERSENDJATA (24/09/1966)

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku I (1965-1967), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 392-395.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.