KOMISI EKONOMI RI-BANGLADESH PERLU SEGERA DIBENTUK[1]
Jakarta, Antara
Dubes Bangladesh untuk Indonesia AKM Farooq berharap pembentukan komisi ekonomi RI dan Bangladesh dapat diwujudkan dalam waktu dekat. Komisi ekonomi bersama diperlukan untuk meningkatkan kerja sama ekonomi kedua negara, kata Farooq kepada ANTARA dalam wawancara di Jakarta, Jumat, berkaitan dengan hari kemerdekaan Bangladesh ke-23 yang jatuh Sabtu, 26 Maret. Dengan adanya komisi bersama semacam itu, ia berharap kalangan bisnis kedua negara dapat bertukar pikiran dalam mencari dan menentukan cara-cara jitu dalam mengisi kerja sama perdagangan yang telah mengalami kemajuan berarti dalam beberapa tahun terakhir.
Ia memberi contoh selama tiga tahun bertugasdi Indonesia, neraca perdagangan kedua negara menunjukkan peningkatan mengesankan. Nilai total neraca perdagangan kedua negara tahun 1990 tercatat sebesar 62,97 juta dolar AS, dan Indonesia mengalami surplus perdagangan karena ekspornya 61,99 juta dolar AS, sedangkan Bangladesh hanya tercatat 980.000 dolar AS. Dalam tiga tahun nilai perdagangan kedua negara meningkat menjadi 108,18 juta dolar AS, dimana nilai perdagangan Bangladesh melonjak jadi 15,21 juta dolar AS, sementara Indonesia mencapai 93,06 juta dolar AS. Indonesia antara lain mengimpor jute, kulit, bahan pembuat tekstil dan fiber buatan tangan dari Bangladesh. Sedangkan Bangladesh mengimpor semen, bahan baku tekstil, kapas dan pupuk dari Indonesia. Pada kesempatan itu Farooqjuga mengundang pengusaha Indonesia untuk memanfaatkan peluang-peluang bisnis di negaranya yang masih terbuka Iebar.
“Bangladesh baru-baru inimemberlakukan kebijaksanaan di bidang investasi yang lebih liberal dan terbuka, bebas dari segala macam proteksi,” katanya.
Ia menambahkan lokasi negaranya dinilai menguntungkan bagi Indonesia untuk menjadikannya sebagai “jembatan penghubung “dalam menembus pasar Eropa dan Timur Tengah.
Angin Perubahan
Dalam kesempatan yang sama, Dubes Farooq memuji kepemimpin Presiden Soeharto dalam Gerakan Non-Blok (GNB). Menurut ia, dengan kepemimpinannya yang dinamis Presiden Soeharto telah menghasilkan langkah-langkah nyata dalam penyelesaian sejumlah masalah negara berkembang serta berusaha menghidupkan kern bali dialog antara Utara dan Selatan.
Ia juga menilai Presiden Soeharto telah membawa angin perubahan di dalam organisasi yang beranggotakan 108 negara berkembang itu.
“Tidak saja menjadikan organisasi ini relevan, tetapi juga menjadikan keberadaannya sangat penting bagi negara dunia ketiga,” katanya.
Ayah satu putri dan dua putra itu melontarkan kebanggaannya karena Bangladesh menjadi salah satu negara anggota yang sejak kesempatan pertama mengusulkan Presiden Soeharto menjadi Ketua GNB. (T/HN09/HN08/25/03/9417:07/EU02/RE1)
Sumber :ANTARA(25/03/ 1994)
___________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVI (1994), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 235-236.