KOMITMEN PRESIDEN SOEHARTO

KOMITMEN PRESIDEN SOEHARTO

Kepada para petani di Sulawesi Selatan, Presiden Soeharto menganjurkan agar juga menanam padi dengan sistem gogo rancah, "gora". Petani diajak memanfaatkan "berkat Tuhan, yaitu hujan".

Anjuran itu disampaikan, ketika Kepala Negara bertemu wicara dengan para petani setelah upacara panen besar di pesawahan Paccing, Awangpone, Sulawesi Selatan.

Pemerintah dalam upaya meningkatkan produksi petani, juga membangun irigasi. Oleh berbagai keterbatasan, pembangunan irigasi belum seluruhnya. Maka petani diajak memanfaatkan sistem gogo rancah dengan memanfaatkan hujan.

Pada kesempatan itu, para petani juga diajak menggunakan Koperasi Unit Desa: "Koperasi Unit Desa itu wadah bapak-bapak dalam rangka meningkatkan produksi dan pemasarannya. Berhasil tidaknya KUD, berada di tangan para anggota. KUD juga merupakan pelindung petani dari cengkeraman tengkulak".

Oleh wartawan Kompas yang melaporkan peristiwa tersebut, para petani dilukiskan sebagai ”mendengarkan dengan penuh perhatian”.

Memang demikian. Apabila bicara langsung tanpa naskah, apalagi jika menyangkut pertanian dan koperasi, Presiden memikat perhatian dan meyakinkan. Setiap kali tercermin ketulusan dan komitmennya yang sungguh-sungguh.

Ketulusan dan keteguhan komitmen juga terasa kuat, apabila ia bicara langsung mengenai koperasi. Memang dilaksanakan bertahap, memang dengan tetap mengakui peranan ekonomi oleh negara dan oleh swasta, tetapi koperasi pada akhirnya menjadi sentral.

Orang masih dapat beradu argumen mengenai cara-cara melaksanakannya dan mengutarakan pertanyaan, bagaimana berbagai kepentingan itu pada waktunya dapat ditundukkan pada koperasi, namun ketulusan dan keteguhannya tidak tersangsikan.

Adalah tanggung jawab dan kewajiban para pembantu Kepala Negara dan seluruh masyarakat untuk menjabarkan sikap dasar dan orientasi teguh tersebut secara bertahap, konsisten dan selalu terbuka untuk kritik dan koreksi.

Dalam usaha pembangunan yang bertujuan mengangkat, martabat rakyat Indonesia, masih terdapat banyak masalah dan kekurangan. Namun juga tercapai banyak kemajuan yang secara langsung memperbaiki taraf hidup rakyat banyak. Diantaranya, produksi pertanian merupakan hasil yang meyakinkan.

Kita sebut misalnya kenaikan produksi beras. Dalam tahun 1980 tercapai produksi 20,2 juta ton. Sepuluh tahun yang lalu, pada tahun 1970, produksi baru 13,1 juta ton. Berarti kenaikan lebih dari 50 prosen.

Kenaikan produksi beras yang besar itu berkat kerjasama pemerintah dan masyarakat petani. Intensifikasi melalui berbagai upaya, pemberantasan hama, penggunaan pupuk, bibit unggul, cara bertani baru. Juga usaha perluasan areal sawah, ekstensifikasi.

Masalah yang berkaitan dengan tanah tidak disindir. Dalam pidato kenegaraan 15 Agustus yang lalu, Presiden secarajelas menjelaskan masalah tanah. Dikutipnya hasil sensus 1980. Lebih dari 11 juta rumah tangga masing-masing mengusahakan tanah yang lebih kecil dari ½ hektar. Bahkan dari jumlah itu, 6 juta rumah tangga mengusahakan tanah pertanian yang lebih kecil dari ¼ ha.

Tanah sempit itu sebagian milik sendiri, sebagian milikorang lain. Sehingga dalam kasus kedua, mereka menjadi buruh tani. Padahal mengerjakan tanah kurang dari ½ ha tidaklah ekonomis, tidak mencukupi kebutuhan pemilik apalagi penggarapnya.

Menurut Presiden, sumber pokok masalah tanah ialah bertambahnya jumlah penduduk di pedesaan dan kebiasaan membagi tanah kepada ahli waris. Ia menunjukkan transmigrasi sebagaijalan ke luar. Transmigrasi harus ditangani secara lebih efektif.

Kecuali melalui transmigrasi, jalan lain untuk mengatasi masalah tanah ialah melaksanakan Undang-Undang Pokok Agraria berikut landreform.

Di samping itu juga membantu tumbuhnya berbagai industri dan kerajinan rakyat yang sekaligus harus dijamin mutu dan pemasarannya.

Pesan yang disampaikan oleh Presiden Soeharto dari Desa Paccing, Sulawesi selatan cukup jelas. Pesan itu juga disertai suatu komitmen yang tulus dan teguh. Maka sekalipun masih terbentang banyak persoalan, terutama yang juga bersumber pada kelemahan aparatur sendiri, namun orientasi sasaran dan program cukup jelas.

Sikap teguh itu akan lebih cepat terlaksana apabila mendapat dukungan penuh dan efektif dari semua aparatur serta kerja sama dari masyarakat. Tidak disangsikan lagi yang rnenjadi sasaran pokok ialah meningkatkan martabat hidup seluruh rakyat. (DTS)

Ujungpandang, Kompas

Sumber: KOMPAS (28/08/1981)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VI (1981-1982), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 416-418.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.