KONSOLIDASI[1]
Jakarta, Republika
Kemelut yang terjadi dalam tubuh organisasi kemasyarakatan dan organisasi sosial politik sepanjang tahun 1994 mengusik perhatian Presiden Soeharto. Pada pidato akhir tahun kemarin, Kepala Negara menyatakan kerisauannya saat menengok rangkaian kegiatan konsolidasi Ormas dan Orsospol itu.
Presiden menegaskan, jika konsolidasi Ormas dan Orsospol terganggu, langsung maupun tidak, itu akan mempengaruhi kelancaran pembangunan nasional. Menurut Kepala Negara, keberhasilan pembangunan nasional sebagian memang dipengaruhi oleh kualitas kekuatan Orsospol dan Onnas sebagai wadah partisipasi warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Kita sepakat, kerisauan yang disampaikan Presiden itu sebenarnya kerisauan kita semua. Itu sebabnya, kita pun sependapat dengan penegasan Kepala Negara bahwa semua pihak berkepentingan agar Orsospol dan Ormas menjadi kukuh, berfungsi, dan berperan dengan baik.
Kita semua berkepentingan agar Ormas dan Orsospol dapat berfungsi menyalurkan aspirasi masyarakat. Kita semua berkepentingan untuk mengukuhkan dan menguatkan mereka agar mampu melaksanakan peran penting dan strategis dalam ikut meningkatkan kualitas pelaksanaan demokrasi.
Semua kita merasakan, kemelut yang melemahkan posisi mereka sendiri untuk melaksanakan fungsi dan peran mereka dengan sebaik-baiknya. Maka adalah saatnya mereka mencermati ajakan Kepala Negara agar mereka melakukan introspeksi.
Kita mengakui, berbagai kemelut itu bolehjadi merupakan bentuk reaksi terhadap tekanan-tekanan yang sejak beberapa dekade ini terasakan dalam kehidupan organisasi di Indonesia. Namun, kita lebih menyarankan, sudah saatnya para penggerak Ormas dan Orsospol berhenti menyalahkan adanya tekanan-tekanan eksternal yang dianggap melemahkan posisi mereka.
Hal ini mengisyaratkan perlunya peningkatan derajat konsolidasi internal, yang dilakukan secara terus-menerus tanpa henti, sehingga mereka menemukan bentuk kemandirian yang tak mudah tergoyahkan. Selain itu, mereka hendaknya juga berlapang dada menerima kritik-kritik membangun yang datang dari kalangan luar.
Misalnya, kritik yang menyebutkan bahwa di kalangan Ormas dan Ospospol kini masih dominan adanya pemutlakan loyalitas kepada kelompok sendiri, disertai penolakan kepada kelompok lain atau kelompok yang lebih luas pengaruhnya dari kelompok sendiri. Akibatnya, bila terjadi dinamika internal suatu Ormas atau Orsospol yang di luar kemampuan pengendalian intern, muncul kecenderungan buruk sangka seolah-olah itu disebabkan oleh pengaruh eksternal.
Juga kritik yang menyebutkan bahwa berbagai kemelut itu justru terjadi karena masing-masing pribadi Ormas dan Orsospol memiliki egoisme terlalu tinggi, tidak mau kalah dengan orang lain. Bahkan mereka merasa memiliki posisi lebih tinggi dari hukum dan peraturan yang mereka buat sendiri pun dilanggar. Ini terlihat antara lain pada fenomena tingginya tingkat kemelut di saat mereka melakukan pergantian kepemimpinan.
Ajakan introspeksi, lalu konsolidasi, hendaknya ditafsirkan sebagai bagian dari kepentingan kita semua untuk lebih memandirikan Ormas dan Orsospol.
Sumber : REPUBLIKA (03/01/1995)
_______________________________________________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 705-706.