KRITIK TADJAM TERHADAP ABRI BOLEH, ASAL BENAR & BERALASAN

Presiden Didepan Slagorde Kodam II “Bukit Barisan”

KRITIK TADJAM TERHADAP ABRI BOLEH, ASAL BENAR & BERALASAN

Djustru ABRI Pelopori Kebebasan Pers Pantjasila Masih Terantjam [1]

 

Djakarta, Kompas

Presiden Soeharto menegaskan, bahwa sebagai pelopor demokrasi jang sehat, konstitusi jang kuat dan tegaknja hukum, ABRI djuga memelopori kebebasan pers. Djustru karena kebebasan pers inilah masjarakat diberi kebebasan untuk mengeluarkan pendapat dan kritik2 sangat tadjam jang ditudjukan kepada ABRI sendiri.

Kritik2 tadjam ini selama benar dan beralasan serta konstruktif, selalu didjadikan bahan introspeksi dan koreksi bagi ABRI. Demikian Kepala Negara Sabtu jbl. dilapangan “Garuda” Medan pada upatjara peringatan hari djadi Kodam II/Bukit Barisan dan penjerahan “Sam Karya Nugraha” Kepresidenan pada Korps itu.

Bukan Paksaan dan Kekerasan Sendjata

Presiden bersama Nj. Tien Soeharto dan Menteri2 Penerangan Budiardjo, Pertanian Tojib Hadiwidjaja, Keuangan Ali Wardana, Pangad Djenderal Panggabean beserta perwira teras AD dan rombongan tiba di lapangan terbang Polonia, Djumat sore dan kembali ke Ibukota Sabtu petang.

Selandjutnja berkata Presiden “sungguh, ABRI mempunjai tjita2 dan usaha untuk menumbuhkan demokrasi jang sehat sesuai dengan Pantjasila jang bermanfaat bagi perbaikan kehidupan rakjat.

Strategi Nasional ABRI adalah stabilitasi nasional jang tertib dan dinamis jang timbul setjara wadjar, berdasarkan kewibawaan jang diterima oleh masjarakat dan sama sekali bukan berdasarkan kekerasan paksaan atau kekuatan sendjata.

Tiada alasan untuk menjatakan bahwa peranan ABRI seolah-olah diidentikan dengan keadaan atau gedjala militerisme. Demikian misalnja penempatan karyawan ABRI sebagai Kepala Daerah, tetap berdjalan melalui prosedur jang demokratis dan mereka harus tetap menundukan diri pada hukum jang berlaku.

Anasir jang Chilaf

Chusus kepada Korps “Bukit Barisan” Presiden mengemukakan bahwa “Sam Karya Nugraha” itu diberikan pada “Bukit Barisan” karena telah membuktikan djasa2nja pada Nusa dan Bangsa, menurut Presiden, dalam Korps “Bukit Barisan” ini pernah timbul anasir2 jang chilaf (PRRI, red) tapi djustru “Bukit Barisan” sendirilah telah bertindak dan mengoreksi kedalam.

Jang terachir “Bukit Barisan” berhasil menumpas G30S/PKI jang merupakap bahaja paling besar terhadap Pantjasila.

Namun demikian Kepala Negara mengingatkan pada “Bukit Barisan” agar tidak lekas puas karena antjaman terhadap Pantiasila dan UUD 45 masih ada.

Karena Presiden meminta agar korps ini berani mengadakan konsolidasi dan introspeksi, mengoreksi dan menertibkan diri serta meningkatkan kemampuannja dalam melaksanakan tugas. Baik sebagai alat Hankam, maupun sebagai alat sospol.

Sumber: KOMPAS (24/06/1969)

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku II (1968-1971), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 380-381.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.