KUNDJUNGAN KERDJA PRESIDEN KE WILAJAH DCI SEHARI PENUH RENTJANA PEMEKARAN DCI DJAYA DISETUDJUI
Diusulkan Supaja Dilakukan Tahun 1985, Perbaiki Mental Petugas Dan Wadjib Padjak [1]
Djakarta, Kompas
Presiden Soeharto setjara tidak langsung menjetudjui rentjana pemekaran wilajah DCI Djakarta Raya, jang akan mentjakup beberapa daerah wilajah Djawa Barat. Ia berpendapat, pemekaran itu memang diperlukan mengingat kebutuhan2 DCI sebagai Ibukota Pemerintahan. Perentjanaan pembangunannja tidak boleh dipikirkan hanja untuk djangka satu-dua Repelita sadja.
Jang masih tinggal di kampung2, ia menjerukan agar ini ditingkatkan lagi karena rakjat ketjil terutama jang tinggal diluar kota diseluruh Indonesia adalah jang membiajai perdjuangan dan telah menderita lama sekali. Maka setiap ada kesempatan balaslah djasa2 mereka, kata Presiden.
Menjinggung pembiajaan jang serba terbatas seperti jang dialami DCI djuga Kepala Negara dengan tegas mengetjam praktek2 penjelewengan, baik oleh petugas2 padjak. “Sudah bukan rahasia lagi bahwa uang jang seharusnja masuk ke kas negara ternjata masuk ke kantong petugas2 padjak sendiri itu bukan kesalahan mereka sadja, tapi djuga karena mental wadjib padjak.”
Presiden menundjukkan misalnja wadjib padjak 1 djuta rupiah. Kemudian diadakan “damai” dengan petugas, uang jang masuk Kas Negara hanja 300 ribu rupiah dan sipetugas mendapat 200 ribu. Sehingga si wadjib padjak hanja membayar setengah djuta dari satu djuta rupiah. Mental jang demikian dari kedua pihak harus dihilangkan dengan rasa tanggung djawab pada Negara, demikian Presiden mengingatkan.
Tempat2 jang Dikundjungi
Sebelum Presiden dan rombongan berkeliling di Balai kota dan diruang operasi DCI, Gubernur Ali Sadikin dan staff nja memberi pendjelasan2 termasuk putaran film mengenai keadaan kampong2 jang masih djorok dan telah di perbaiki. Tapi pendjelasan di Operation Room tertutup untuk pers karena menjangkut “soal2 sensitif” jang tak dapat disiarkan.
Misalnja mengenai rentjana pemekaran DCI soal keserasian hidup beragama, masalah2 pendatang baru, rentjana pembangunan pabrik condom untuk keluarga berentjana dsb. Mengenai hidup beragama diantaranja soal pembangunan gereja2/klenteng kini tidak lagi didasarkan pada persetudjuan penduduk setempat2, melainkan berdasarkan planologi DCI. Tentang pertambahan penduduk didjelaskan, bahwa lebih dari 50 pCt ternjata pendatang2 dari Sumatera, sedang sisanja dari daerah2 lain, termasuk daerah Djawa sendiri.
Penindjauan mula sekali ke Kampung Menteng Wadas. Gang2 jang dulunja sempit dan betjek kini beraspal dan dapat dimasuki mobil, sementara saluran2 air dibuat untuk mentjegah bandjir dan demi kesehatan. Tahun 1969-74 DCI menjediakan 4,6 miljar rupiah untuk perbaikan 70 kampung jang berarti meningkatkan kehidupan sekitar satu djuta penduduk.
Tempat selandjutnya adalah desa Tjondet jang membangun djalan desa beraspal berdasar Inpres. Dari desa itu Presiden mentjoba hubungan telepon ke Pulau seribu dengan pesawat2 radio buatan ITB jang akan dipakai untuk semua kelurahan2 DCI.
Projek Industrial Estate
Seterusnja penindjauan ke Gelanggang Remadja Djakarta Timur termasuk kolam renang jang baru. Tempat ini salah satu dari empat gelanggang serupa di DCI jang dimaksud untuk pembinaan para remadja. Terachir ditindjau projek Industrial Estate Pulo gadung dan mampir kepabrik peleburan besi & badja.
Projek Industrial Estate ini diresmikan tahun lalu meliputi luas 576 Ha jang masih dapat ditambah 3.000 Ha lagi. Sampai saat ini 14 perusahaan PMA dan PMDN telah membangun pabriknja dengan tenaga kerdja 2.531 orang. Enam pabrik lainnja sedang dibangun, dan diharapkan tahun depan bertambah 40-60 pabrik lagi. Harga tanah untuk industri itu Rp.4000 /m2 dapat dibayar dalam 4 tahun.
Dalam kesempatan itu pemimpin projek antara lain minta bantuan Pemerintah Pusat untuk memberi pindjaman modal dengan sjarat2 ringan, seperti jang telah diberikan pada Pabrik Semen Gresik dan PUSRI.
“Jakinilah Pak”
Gubernur Ali Sadikin setelah mendengar pendapat2 Presiden mengemukakan bahwa DCI dalam hal padjak berprinsif: “memeras sikaja dan membantu simiskin”. Mengenai pengebutan pembangunan dengan “tjara2 inkonvensionil,” ia berusaha mejakinkan Presiden, “Jakinilah Pak usaha2 itu adalah untuk maksud2 baik untuk memperbaiki hidup rakjat,” katanja.
Ia menegaskan bahwa DCI tak pernah mengeluarkan satu sen pun untuk membangun chusus buat “the haves”dan menjatakan selama ia djadi Gubernur, ia tidak akan mau membangun perumahan bagi karjawan DCI. “Karena uang rakjat harus kami kembalikan pada rakjat. Kalau kami buatkan perumahan pegawai akibatnja hanja timbul penjakit iri, dengki dan achirnja perkara,” demikian Ali Sadikin. (DTS)
Sumber: KOMPAS (20/06/1972)
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku III (1972-1975), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 19-20.