KUNJUNGAN PRESIDEN TUNJUKKAN SOLIDARITAS DAN KEBERPIHAKAN RAKYAT INDONESIA TERHADAP RAKYAT BOSNIA

KUNJUNGAN PRESIDEN TUNJUKKAN SOLIDARITAS DAN KEBERPIHAKAN RAKYAT INDONESIA TERHADAP RAKYAT BOSNIA[1]

 

 

Jakarta, Suara Karya

Kunjungan Presiden Soeharto ke Bosnia Herzegovina menunjukkan satu kepemimpinan dan keberanian yang punya arti penting bagi rakyat di Bosnia dalam penyelesaian konflik dan sekaligus pengakuan kedaulatan rakyat Bosnia Herzegovina.

Anggota Komisi I DPR, Theo Sambuaga mengatakan hal itu di DPR, Rabu, menanggapi kunjungan Presiden Soeharto ke Bosnia Herzegovina.

Menurut Theo,dua hal penting yang bisa dilihat dari kunjungan Presiden Soeharto ke Bosnia Herzegovina. Pertama, arti kunjungan itu sendiri di mana Presiden sebagai Kepala Negara RI dan sebagai Ketua GNB di mana beliau justru berkunjung  di kawasan yang sedang bergolak .Ini menunjukkan suatu kepemmpinan dan keberanian yang punya artipenting bagi rakyat Bosnia Herzegovina, yaitu menunjukkan solidaritas dan keberpihakan rakyat Indonesia dan negara-negara Non Blok terhadap rakyat Bosnia,yang selama ini mendapatkan teror dari pihak Serbia.

Kedua, ujar Theo Sambuaga, kunjungan itu menunjukkan komitmen tegas dan konsistensi Presiden Soeharto sebagai Ketua GNB bagi penyelesaian kemelut Bosnia Herzegovina dengan menghormati kedaulatan Bosnia Herzegovina dan integritas wilayahnya.

Aspek lain yang lebih substansial, demikian Theo, adalah usulan Presiden Soeharto bagi penyelesaian menyeluruh, langsung dan tuntas terhadap kemelut di wilayah itu, di mana Presiden menawarkan mekanisme baru, yang bersifat mendasar.

Mekanisme baru ini yang sifatnya perundingan langsung antara pihak-pihak yang bertikai yaitu Serbia, Bosnia dan Kroasia dinilai Theo sebagai strategi ampuh untuk langkah peace- making yang lebih tuntas, di mana mereka akan diajak duduk bersama untuk mengemukakan masing-masing keinginannya.

Theo yakin pendekatan Pak Harto ini akan menjamin adanya hidup berdarnpingan secara damai di wilayah tersebut. fudonesia, kata Theo, telah mendapatkan pengalaman yang banyak dalam konflik Kamboja, di mana pihak- pihak yang bertikai diajak langsung berbicara untuk mengutarakan keinginan-keinginan mereka.

Mekanisme yang dijalankan selama ini terbukti kurang ampuh dalam penyelesaian konflik itu, misalnya pertemuan London, Jenewa dan sebagainya. Kegagalan itu, menurut Theo, disebabkan oleh kekerasan pihak Serbia yang menonjolkan ambisi wilayahnya, yaitu antara lain klaim wilayah yang lebih besar, dengan melancarkan aksi terror dan tindak pemaksaan lainnya. Kegagalan itu juga ditunjang oleh ambivalensi negara-negara Eropa dan AS dalam penyelesaian konflik Bosnia Herzegovina, sehingga penyelesaiannya tidak pernah tuntas dan langgeng.

Theo menilai tawaran Presiden Soeharto perlu dipertimbangkan oleh pihak­ pihak yang bertikai dan perlu didukung oleh pihak-pihak lain yang punya kaitan dengan Bosnia baik sebagai negara Non Blok maupun lainnya.(B-3)

Sumber: SUARAKARYA(l6/03/ 1995)

_______________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 181-182.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.