LANGKAH PENTING BIDANG EKONOMI DEMI KESEJAHTERAAN RAKYAT
Presiden Soeharto menegaskan adalah keliru jika ada yang beranggapan serangkaian langkah penting Pemerintah di bidang ekonomi hanyalah untuk memberi peluang bagi berkembangnya kegiatan dunia usaha yang besar saja.
“Anggapan seperti itu sangat keliru”, tegas Presiden hari Kamis di Istana Negara Jakarta dalam pidatonya ketika melantik tiga Duta besar RI yang baru, masing-masing Sukardi untuk Republik Federasi Jerman, M. Romly untuk Kerajaan Belanda dan Sularto untuk Republik Zimbabwe.
Presiden menjelaskan, segala kebijaksanaan dan langkah-langkah di bidang ekonomi itu mempunyai tujuan akhir untuk menyelamatkan pembangunan nasional demi kemajuan dan kesejahteraan rakyat.
“Segala kebijaksanaan dan langkah tadi justru diarahkan agar roda-roda perekonomian kita dapat terus berputar, agar kesempatan kerja tetap terbuka dan agar kesejahteraan rakyat dapat tetap diperbaiki”, demikian Kepala Negara.
Pemerintah Indonesia sejak tahun 1983 telah melakukan langkah dan kebijaksanaan di bidang ekonomi antara lain penjadwalan kembali proyek besar yang memerlukan devisa banyak, menyehatkan kehidupan perbankan, memperbaharui sistem perpajakan, memperlancar arus lalulintas barang, melakukan devaluasi, mendorong ekspor non-migas, penyederhanaan prosedur dan menciptakan iklim penanaman modal lebih baik.
“Dalam rangka menjaga kelanjutan pembangunan nasional secara khusus saya minta agar para Duta besar kita menaruh perhatian kepada usaha membuka pasaran ekspor non-migas di luar negeri, menarik lebih banyak penanam modal ke sini dan menarik arus wisatawan”, ujar Presiden.
Perlu Semangat Pejuang
Untuk itu, Presiden berpendapat, diperlukan semangat pejuang yang disebut sebagai pelaksanaan dari diplomasi perjuangan dalam arti seluas-luasnya.
“Karena itu jabatan Duta besar bukanlah jabatan ringan dan sama sekali bukan rutin belaka”, tegas Presiden.
Kepala Negara menekankan lagi agar para Dubes beserta seluruh tenaga kedutaan besar RI berjuang sekuat tenaga memasarkan barang-barang ekspor non-migas Indonesia, yang dewasa ini sudah banyak dihasilkan dengan mutu yang bertambah baik.
Mereka juga diminta sebanyak mungkin menarik minat investor asing untuk menanam modal di Indonesia, karena pemerintah terus mengusahakan iklim yang merangsang investasi. Para Dubes juga diminta terus berusaha merangsang wisatawan asing untuk datang ke Indonesia.
Presiden memberi petunjuk, para Dutabesar harus menghindarkan diri dari sifat rutin dalam melaksanakan tugasnya di luar negeri, “sebab kita hidup dalam zaman yang penuh perubahan cepat dan penuh tantangan, lebih-lebih dewasa ini merupakan tahun-tahun yang penuh ujian berat”, demikian Presiden.
Marsekal TNI Sukardi pernah menjabat Kepala Staf Angkatan Udara, dan menggantikan Ashadi Tjahjadi, sedang Laksamana TNI M. Romly pernah menjabat Kepala Staf Angkatan Laut dan menggantikan Walujo Sugito, sementara Sularto adalah Duta besar RI yang pertama ditempatkan di Zimbabwe, salah satu negara yang baru merdeka di kawasan Afrika bagian Selatan. (RA)
…
Jakarta, Antara
Sumber : ANTARA (06/11/1986)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku VIII (1985-1986), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 524-526.