Mahathir Mohamad: Kita Memiliki Kekhasan Demokrasi Sendiri

Kita Memiliki Kekhasan Demokrasi Sendiri

 Pidato Tun Dr. Mahathir Mohamad[1]

 Tun Dr. Mahathir Mohamad berkunjung ke Jakarta dalam rangka program Mahathir Bicara pada hari Kamis, 8 November 2012 di Universitas Mercu Buana. Acara tersebut merupakan kerjasama Yayasan Harapan Kita dengan Jabatan Hal Ehwal Khas (Jasa) Malaysia. Kehadiran Perdana Menteri Malaysia pada periode 1983-2003 tersebut didampingi Ibu Tun Dr. Siti Hasmah. Ada pun tema ceramah yang dibawakan Tun Dr. Mahathir Mohamad adalah Refleksi Hubungan RI-Malaysia Membangun Kemakmuran dan Kejayaan Berbasis Budaya Lokal di ASEAN Serta Peran Strategis di Dunia Internasional. Berikut ini pidato Tun Dr. Mahathir Mohaman dalam acara yang diikuti tidak kurang dari 2000 peserta, yang terdiri dari mahasiswa, guru, dosen, politisi, pengamat politik,dan lain sebagainya :

Sesungguhnya tajuk ini memerlukan kepakaran dalam bidang pembangunan dan kebudayaan. Saya kurang yakin, yang saya dapat memenuhi harapan terhadap saya bekenaan tajuk, namun demikian saya  akan coba.

Malaysia dan Indonesia adalah sebagian pulau di Nusantara, tetapi karena aliran sejarah, maka hari ini kita terpisah menjadi dua buah negara, tetapi karena usul-asal dan sejarah kita adalah sama, maka bahasa dan budaya kita umpamanya mempunyai banyak persamaan.

Kita akui ada kelainan yang ketara (visible), tetapi ini boleh diketepikan jika kita ingin mencapai kejayaan pembangunan bersama. Malaysia jauh lebih kecil dari Indonesia dari segi keluasan dan jumlah penduduknya, oleh karena itu memerintah dan membangun Malaysia lebih mudah sebaliknya Indonesia memiliki 17.000 pulau, 230 juta penduduk dan jumlah suku kaum yang amat banyak. Sudah tentu ini saja menjadi, menyukarkan pemerintahan dan pembangunan. Disebaliknya kita tahu ada negara-negara yang menjauh lebih besar dan lebih ramai penduduk yang berjaya, diperintah dengan baik dan berjaya dibangunkan dengan pesat. Oleh itu tidak ada sebab kenapa Indonesia tidak dapat dibangunkan seperti negara-negara besar dan maju ini. Yang utama untuk dalam membangunkan negara ialah jenis pemerintahan.

Hari ini hampir semua negara yang telah menerima sistem demokrasi. Sistem ini bukanlah mudah untuk diamalkan–kuasa dalam sistem ini terbagi kepada sekurang-kurangnya 3 yaitu : petanbir (administrasi), kehakiman, dan kepemimpinan pemerintahan yang dipilih oleh rakyat. Sebenarnya kita masih kurang faham bakenaan demokrasi, bagi ramai daripade penduduk yang diutamakan dalam demokrasi ialah kebebasan (freedom), yaitu kebebasan memilih pemerintah, kebebasan bersuara, kebebasan akhbar dan kebebasan berdemontrasi. Bagi negara yang sudah dewasa dalam demokrasi,  mereka sadar akan setakat (sejarah) mana kebebasan ini boleh dipraktekkan, kebebasan apapun tidak boleh diamalkan tanpa hak, oleh karena mereka tidak melebihi hak sehingga menjadi mudarat (tak bermanfaat), maka demokrasi mereka berjalan denngan baik menjadi negara merdeka lebih stabil.

Dalam keadaan stabil, maka ekonomi dapat dibangunkan dan kekayaan dilipat gandakan. Rakyat pula dapat peluang bekerja, rakyat yang dapat hidup sempurna, karena bekerja akan menyumbang kestabilan negara yang akan meningkatkan lagi pembangunan ekonomi dan pembangunan negara. Yang jelas ialah jika kita ingin mendapat manfaat dari amalan demokrasi kita, rakyat perlu faham bahwa kebebasan demokrasi ada batasannya. Batasan ini akan menentukan kestabilan dan pertumbuhsn ekonomi yang sudah tentu akan membawa kemakmuran dan kejayaan. Inilah yang saya faham dari pengalamen saya, untuk menyakinkan kita lagi akan batasan yang perlu dihormati,  lihatlah pengalaman United Kingdom ataupun British.  Satu dari hak rakyat dari hak demokrasi ialah hak untuk mengadakan mogok, memang benar dahulu majikan menindas bekerja, untuk menentukan penindasan tidak berlaku pekerja menumbuhkan kesatuan sekerja yang boleh mengadakan mogok pekerja. Tindakan mogok ialah satu jenis kuasa, padahal kekuasaan merupakan power tends to courupt and absolute power courupt absolutely, menyadari bahwa kesatuan sekerja mempunyai kuasa melalui mogok, maka kuasa ini digunakan bukan lagi untuk memberantas penindakan pekerja, tetapi untuk menaikkan upah sepanjang masa.

Apakah ada perniagaan dan perusahaan, untung ataupun rugi tuntutan kenaikan upah dibuat dengan ugutan (intimidasi) untuk mogok jika tidak dilayani. Akhirnya cost keluaran barangan menjadi begitu tinggi sehingga tidak dapat bersaing dalam pasaran dunia, setelah perusahaan dan perniagaan rugi, maka terpaksa perniagaan dihentikan, pekerjapun hilang kerja dan menjadi penganggur.

Pemerintah Eropa menangani masalah pengangguran dengan membayar  kepada yang menganggur, masalahnya ialah semasa ekonomi berkembang maju dan pemerintah kutip cukai banyak jumlah penganggur berkurangan, tetapi semasa ekonomi meleset dan pendapatan pemerintah menurun dimasa itulah jumlah pengangguran bertambah dan jumlah uang untuk membayar  menjadi tinggi, maka betambahlah masalah keuangan. Hari ini ekonomi dan barangan Eropa meleset, tetapi pekerja masih menuntut dibayar upah yang tinggi, pendapatan negare berkurangan karena berjatuhan nilai mata uang, sebab itulah pemulihan krisis ekonomi berkepanjangan.

Dalam keadaan ini rakyat sering mengadakan demonstrasi dan mogok menjejaskan (merusak) lagi kestabilan negara dan menakutkan pelabur/investor/pengusaha, untuk melabur/investasi maka ekonomi sukar dipulih. Demokrasi memang sistem yang terbaik, karena membolehkan penukaran pemerintah tanpa keganasan dan perang saudara. Tetapi dianya juga boleh mengancam kestabilan negara dan menghalang kestabilan ekonomi. Malaysia dan Indonesia menerima dan mengamalkan sistem demokrasi tetapi umumnya kita belum matang dalam sistem ini, justru itu kita perlu bertukar-tukar maklumat berkenaan dengan pengalaman kita dalam pelaksanaan demokrasi. Dianya bukan budaya asli kita, nilai-nilai hidup kita perlu diubah dan diganti dengan nilai yang secocok dengan demokrasi.

Budaya dan nilai hidup memainkan peranan yang amat besar dalam menentukan jaya atau tidaknya seseorang sesuatu kaum atau sesuatu negara. Kita lihat bagaimana Jepang dan Korea dapat dijadikan negara maju, ianya banyak bergantung kepada budaya dan nilai hidup rakyat yang mengutamakan bekerja keras, rajin, beramanah, dan displin. Jepang juga pula mempunyai peranan perasaan malu yang amat sangat sehingga mereka gagal membuat sesuatu mereka merasa begitu malu sehingga membunuh diri (harakiri). Oleh karena takut malu mereka berusaha bersungguh-sungguh supaya hasil kerje mereka tidak memalukan mereka, dengan ini hasil kerje mereka dapat mengalahkan barangan Eropa.

Kita di Malaysia dan Indonesia karena mudah mendapatkan makanan daripada laut dan darat, kita tidak perlu bekerja kuat dan cita-cita kita agak taat. Kita tidak memberi nilai yang tinggi terhadap kehormatan kita terhadap orang lain, pendek kata kita kurang merasa malu apabila prestasi kita kurang cemerlang. Dahulu kita dijajah dan dihina sekarang kita sudah bebas tetapi kemajuan kita agak taat dan ramai, pihak lain memandang rendah terhadap kita. Sebaliknya kebolehan kita tidak kurang dari orang lain, jika kita gugurkan sebagian dari pada budaya dan nilai hidup kita yang menghalang kemajuan. Saya yakin kita boleh menuju ketahap maju, pengguguran nilai hidup yang menyekat kemajuan kita tidak akan menjadikan kita bangsa Malaysia maupun bangsa Indonesia. Sudah tentu proses memaju dan menjayekan kemakmuran negara kite menjadi lebih mudah jika kita sedia untuk bekerja sama, pengalaman dan semula jadi kita boleh menyumbang kepada kejayaan kita bersama. Dimasa yang sama penggadingan kita dapat memperkukuhkan ASEAN dan menjadikannya satu pakatan yang berpengaruh dalam dunia antar bangsa Internasional. Hari ini juge kita dapati negara-negara ASEAN  terselamat dari pada bencana keuangan yang melanda dunia.

Negara-negara ASEAN masih boleh tumbuh walaupun mungkin tidak setinggi dahulu tetapi berbanding dengan negara Eropa seperti Inggris dan Spanyol,  pertumbuhan kita masih boleh dibanggakan, sebaliknye kita tidak boleh terjerumus dengan krisis keuangan yang melanda Amerika dan Eropa ialah kerena kita agak konservatif dan sangat berhati-hati dengan pendekatan-pendekatan yang baru. Sebenarnya negara barat setelah ditewas oleh pasaran bagi barangan buatan mereka, memasuki pasaran atau bidang finance atau pengurusan keuangan. Mereka mencipta berbagai produk finance untuk meraih kekayaan, mereka menjadi begitu tamak sehingga sanggup menyalahguna sistem perbankan dan keuangan mereka. Akhirnya perdagangan yang bersifat judi ini telah menyebabkan kerugian bank-bank dengan begitu banyak sehingga tidak dapat dipulih. Baik mereka menjadi dan terpaksa diselamatkan oleh negara mereka dengan mencetak berbillion-billion dolar dan poundsterling, namun mereka gagal memulihkan keuangan mereka, kita di ASEAN tidak begitu tamak, dimasa krisis keuangan 1997-1998 kita sanggup menjadi kurang kaya dengan mengamal cara-cara orang yang tidak lagi kaya.

Kita bergantung kepada dagangan barangan dan hikmat walaupun aktiviti ini tidak memberi pulangan yang tinggi dan pantas seperti pasar keuangan.  Inilah budaya ASEAN walaupun terpengaruh dengan cara-cara barat adakalanya kita lebih berhati-hati, pepatah “berkata biar lambat, asalkan selamat” budaya dan nilai hidup inilah yang diamal kita sebab itu kita lebih selamat. Indonesia dan Malaysia boleh memainkan peranan yang lebih besar dalam ASEAN, pertumbuhan ekonomi atau GDP Indonesia sekarang lebih tinggi dari pada Malaysia demikian juga Philipina dan Thailand, jika kita kekal dengan cara kita yang lebih utamakan dengan kestabilan. Saya yakin kita akan terus maju. Strategi yang kita guna berdasarkan dengan budaya kita bersedia menerima cara-cara sistem barat dimana sesuai, saya yakin kita boleh bangunkan negara kita, supaya kita tidak lama lagi kita dapat diikhtiraf sebagai negara maju, INSYA ALLAH. Terima Kasih

Tanya Jawab Pada Acara Mahathir Bicara

Riyani Adela (Mahasiswa Manajemen UMB):

Globalisasi sangat kuat mempengaruhi Indonesia dan Malaysia, di bidang politik, ekonomi dan budaya. Bagaimana pengalaman Tun Dr. Mahathir dalam menyikapi dan menghadapi pengaruh negatif dari globalisasi tersebut?

 

Jawaban Tun Dr. Mahathir :

Sebenarnya globalisasi ini adalah ciptaan daripada orang sudah tentu apabila mereka mencipta sesuatu dasar ataupun ideologi mereka berharap mendapat keuntungan bagi mereka bukan bagi orang lain sebab itu kita harus menyelidik dan bertanya tentang bentuk globalisasi ini saya dapati bahwa kebanyakannya adalah untuk membolehkan mereka masuk kemana-mana negara-negara tanpa sepadan katanya dan bergerak dalam bidang ekonomi tanpa sekatan, kalau mereka dengan kekayaan capital yang ada kepada mereka yang kurang maju berbanding dengan mereka, maka mereka akan mengusasi ekonomi, sebaliknya kita mempunyai rancangan bagaimana untuk memajukan negara kita mereka tidak hirau akan rancangan kita, mereka hanya nampak keuntungan. Sebab itu kita harus berhati-hati apabila mereka membuat cadangan globalisasi ataupun apa-apa cadangan supaya kita memeriksa betul-betul tentang kesan daripada idea-idea yang datang daripada mereka, kalau kita berhati-hati memilih dan meletakkan syarat kepada mereka, maka kita akan beruntung tapi kalau kita mengikuti apa yang dikehendaki oleh mereka maka sudah tentu kita akan rugi.

Joshua (Mahasiswa Fikom Broadcasting UMB) :

Hubungan kebangsaan antara Indonesia dengan Malaysia sangat dinamis dalam bentuk politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan. Menurut Tun Dr. Mahathir kenapa sering terjadi pergesekan dan konflik dantara semua Itu?

 

Jawaban Tun Dr. Mahathir :

Sebenarnya diantara Jiran sudah tentu ada masalah kalo kita tidak berdekat dengan negara yang berada di selatan Amerika mereka tidak ada masalah tidak ada tuntutan yang bertindih karena jauh. Malaysia sebenarnya sepadan dengan lima buah negara dan dengan kelima-limanya Malaysia mempunyai masalah dan kita harus atasi masalah ini dengan cara secara baik, secara aman bukan menggunakan keganasan umpamanya ada tuntutan atas lautan antara Thailand dengan Malaysia, kita boleh berperang tetapi itu bukanlah suatu jalan yang baik. Sebab itu kita runding dengan Thailand dan kita setuju hasil daripada kawasan ini akan dibagi sama-sama antara Thailand dengan Malaysia 50-50 persen. Dengan Singapura juga kita mempunyai perpindahan tuntutan ke atas sebuah pulau Batu ini pun boleh menyebabkan kita berperang, tetapi kita memilih untuk pergi ke Mahkamah antara bangsa. Dan mereka menentukan karena mereka bijak dan mereka memutuskan bahwa pulau ini adalah miliki Singapuru. Kita juga ada masalah dengan Indonesia, pulau Sipadan dan Ligitan dan Mahkamah menghadiahkan kepada Malaysia. Alhamdulilah. Dengan Brunei juga kita ada masalah tapi kita berunding dan selesai. Jadi masalah antar Jiran adalah perkara yang biasa dan kami berpendapat bahwa unjuk perasaan, demonstrasi tidak mencerminkan pemikiran ataupun sikap 230 juta rakyat Indonesia, jadi kita tak boleh besar- besarkan perkara ini.

Sepatutnya kita tidak pergi ke Mahkamah, kita harus runding dan selesaikan perkara ini bersama-sama tetapi kita telah runding bertahun-tahun tidak juga ada hasilnya, akhirnya maka kedua-dua pihak mesti bersetuju untuk pergi ke Mahkamah, jika tidak kita tak boleh kemukakan hal kepada  Mahkamah, kedua-dua pihak bersetuju oleh karena kita berunding bertahun-tahun tidak ada penyelesaian, maka kita minta Mahkamah ini menentukan siapa yang memiliki pulau-pulau ini dan kita juga berjanji kalau kita merujuk kepada mahkamah ini apa saja keputusan yang dibuat mesti diterima bagi kita berdua. Jadi dalam case ini masing-masing diberi peluang untuk presentations casenya, akhirnya hakim hakim yang ada di Mahkamah ini membuat keputusan. Sama juga dalam negara kita apabila ada suatu sengketa antara dua pihak kita rujuk kepada Mahkamah, kalau kita boleh selesaikan sendiri memang baik tapi kalau tidak dapat diselesaikan kita perlu pergi ke Mahkamah.

Ada tiga cara untuk menyelesaikan masalah, satu memalui rundingan antara dua pihak, dua merujuk kepada abitration orang yang tidak ada interes perkara itu kita rujuk pada abitratiol, dia memutuskan jika itu tidak boleh diselesaikan barulah kita pergi kepada mahkamah yang mana satu yang kita bersetuju bersama ini yang dilakukan bukan yang dibuat tidakh berusaha untuk runding dan sebagainya, tetapi kita telah bersetuju bersama setelah bertahun-tahun perkara ini menjadi macam duri dalam daging antara Indonesia Malaysia. Sama juga dengan negara lain kalau bersetuju, seperti di Thailand kita separuh-separuh bagian Malaysia 50% dan bagian Thailand 50% ini persetujuan kalau kita coba runding tapi tidak ada penyelesaian kita tak ada jalan lain, penyelasaian yang ketiga adalah berperang, apakah kita ingin berperang antara Indonesia dan Malaysia?

Kita dari pada satu rumpun orang yang sama, orang di Malaysia datang dari Indonesia tapi sekarang ini dipanggil melayu bukan Indonesian lagi. Jadi kita tak mau berperang kalau kita beperang kita bunuh-membunuh dan mengeluarkan uang yang banyak untuk mendapatkan kemenangan, kalaupun kita menang hasil dari pada yang kita dapat pulau-pulau itu jauh lebih rendah dari pada cost peperangan. Jadi saya bagi nasehat kepada Jepang dan China, please adakan rundingan–if you fight, cost peperangan itu akan lebih tinggi dari yang mungkin ada di pulau-pulau yang jadi masalah ini.

Jadi sebab itu, kita bukan serta-merta membuat keputusan untuk pergi ke Mahkamah tetapi kedua-dua pihak mesti bersetuju jika tidak bersetuju, kita tidak bisa selesaikan masalah dengan rundingan.

Ibu Muthia (Kepala Sekolah SMA Al Chasanah Jakarta Barat):

Bagaimana Tun Dr Mahathir menilai bahwa dinamika hubungan antara negara – negara ASEAB setelah beberapa pemimpin seniornya tidak lagi memimpin dan dilanjutkan oleh generasi penerusnya?

 

Jawaban Tun Dr. Mahathir :

Macan Asia adalah suatu ciptaan satu generasi yang wakili oleh Pak Harto, Bung Hatta, beberapa tokoh di Filipina, Thailand dan di Singapura, generasi itu sudah tidak ada lagi, kita harus terima generation gap antara yang muda dengan yang tua, yang muda memang idealis, mereka percaya bahwa segala-galanya boleh jadi baik tetapi dunia manusia tidak begitu. Manusia suka timbul masalah, jadi apa yang dilakukan dahulu tidak begitu dipahami oleh generasi yang ada sekarang yang memimpin negara-negara ASEAN. Sebab itu tekanan tidak diberi hubungan yang rapat antara negara-negara ASEAN. Sebenarnya negara-negara ASEAN adalah negara yang baik dari pada negara-negara di tempat lainnya.

 Fadli Zon (Wakil Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya):

Apabila Tun Dr. Mahathir hari Ini menjadi Presiden RI, apa yang akan dilakukan untuk memajukan ekonomi Indonesia, agar Indonesia menjadi kekuatan ekonomi yang terkuat di wilayah Asia?

 

Jawaban Tun Dr. Mahathir :

Saya pernah ditanya, apabila sekali lagi dipilih menjadi Perdana Menteri Malaysia, jawaban saya mudah saja, saya akan letak jawatan. Jadi kalau saya dipilih menjadi Presiden Indonesia, saya akan berbangga tetapi umur saya sisa sedikit, lebih baik kalau generasi muda dipilih menjadi Presiden Indonesia. Dan berkenaan dengan pembangunan, saya telah jelaskan tadi dalam ucapan saya, yaitu tiap seorang pemimpin akan meninggalkan kesan kepemimpinannya, ada kesan yang lebih diingat yang oleh rakyat dari pada membangunkan negara, dan untuk membangunkan negara bukan pemimpin saja yang perku bertindak tetapi rakyat perlu paham, kalau rakyat sering bersengketa dengan sesama sendiri, presiden yang terbaik dalam dunia pun tak boleh bangunkan negaranya. Justru itu kita perlu kepada kepahaman, sebab itu saya sebut kita perlu paham demokrasi yang memberi kebebasan kepada kita, tetapi kebebasan itu mempunyai batasan ada cutnya tidak boleh lebih dari apa itu.

Kalau kita paham itu, kita berdemonstrasi tapi kita berdemonstrasi secara baik dan kita minta supaya kita  dilalukan itu dan ini dan pemimpin yang akan bangunkan negara akan mendengar, dan menimbang sama ada tuntutan itu baik atau tidak, dan membuat keputusan yang bijak untuk semua bukan untuk kebaikan orang yang mendesak saja. Jadi saya yakin generasi muda yang akan memimpin negara Indonesia yang akan menjadi Presiden, dia akan sadar bahwa menjadi pemimpin bukan untuk kesenangannya. Dia dipilih menjadi pemimpin supaya yang dipimpin di belakang itu mendapat hasil dari pada pemerintahannya.

 

Joko Utomo (LSM):

Apakah sestabilan politik di Malaysia, kemakmuran dan sesejahteraan itu karena undangundang keamanan/Internal Security Act?

 

Jawaban Tun Dr. Mahathir :

Berkenaan dengan kestabilan kita mewarisi internal Security Act (ISA) ini dari pihak British. Dulu kalau kita timbul masalah, kita akan tangkap dan simpan buat sementara. Oleh karena kestabilan di Malaysia dulu ketika mencapai kemerdekaan diancam oleh pengganas komunis, maka kita terpaksa mengadakan ISA ini untuk menahan mereka, dan memasukan mereka ke dalam tahanan. Selesai dengan komunis, kita menghadapi pula masalah pertempuran antar kaum, siapa yang sengaja mengapi-apikan perasaan perkauman akan mencetuskan huru-hara dalam negara, kerusuhan dalam negara siapa yang berbuat demikian maka mereka mungkin dimasukkan ke dalam tahanan entah berapa lama.

Ini cara lama kita untuk mengurangkan gangguan terhadap kestabilan negara tetapi bukan itu saja, kita juga mengadakan psikologi ff war untuk winning the heart and mind the people untuk mendapat supaya mereka menerima dengan baik segala desakan dari pada pihak pemerintah, karena itu ramai yang berpendapat bahwa tidak ada penyelesaian melalui rusuhan komunis, dengan itu rakyat yang mirip untuk menyebelahi komunis sebaliknya telah menyebelahi pihak pemerintah, dan dengan itu negara menjadi stabil. Ada lagi faktor-faktor lain seperti mewujudkan peluang pekerjaan yang banyak di Malaysia agar rakyat semua tidak menganggur, kalau ada orang yang tidak bekerja dia selalu memikir tentang benda yang tak baik.

Dan akhirnya akan diadakan demonstrasi dan sebagainya, tetapi kalau kita beri kerja kepadanya pendapatan hidup yang tenang dan sejahtera, saya tak pikir orang dapat nikmat dari pada masyarakat dari pada negara dari pada pemerintah akan menimbulkan rusuhan yang mengancam kestabilan,  jadi bukan ISA saja. Sebenarnya hal ini demikianlah berjayanya ISA ini– Amerika dan Afrika sudah tiru. Mereka sekarang ini tangkap orang Islam. Sepuluh tahun lebih tidak pernah dibicara tidak pernah dituduhkan apa-apa, tetapi mereka tidak pernah ada undang-undang yang membenarkan mereka memasukan kedalam tahanan tanpa bicara ini mungkin mereka tiru daripada kita.

 

Rini Suharyadi (Wartawan TVRI):

Bagaimana aara Tun Dr. Mahathir pada saat masih menjabat sebagai Perdana Menteri memberantas korupsi di Malaysia?

 

Jawaban Tun Dr. Mahathir:

Kita tidak dapat hapuskan sama sekali korupsi. Terpaksa kita terima tetapi korupsi ada dua peringkat di satu peringkat dianya masih di bawah meja, yang mana orang yang gerak itu menerima dengan mengetahui, bahwa ini adalah jenayak sebab itu dia sembunyi, tetapi korupsi juga menjadi satu amalan suatu budaya yang dari pada budaya yang tidak lagi dicbawah meja, tetapi di atas meja untuk ini bayarannya ini, untuk itu bayaranya itu, bila sampai ke tahap itu agak sukar bagi kita untuk memetras, terutama kalau orang atasan juga begitu. Jadi sebelum sampai ke tahap itu, bisalah kita usaha supaya kurangkan korupsi. Di Malaysia memang ada korupsi,  saya mengaku, tetapi kita boleh bendung sehingga tidak menjejaskan pembangunan negara. Terima kasih.



[1] Perdana Menteri Malaysia 1983-2003

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.