MASYARAKATKAN KETERKAITAN PENGRAJIN DAN SWASTA/BUMN

MASYARAKATKAN KETERKAITAN PENGRAJIN DAN SWASTA/BUMN

Jakarta, Pelita

Presiden Soeharto meminta lebih dimasyarakatkannya hubungan keterkaitan dalam rangka sistem bapak angkat dan anak angkat, antara pengusaha menengah atau besar dengan para perajin. Hubungan demikian sangat sesuai dengan Pasal 33 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa wujud usaha itu merupakan hubungan usaha bersama dan kekeluargaan.

Harapan Kepala Negara itu disampaikan kepada Panitia Pameran Kerajinan Indonesia dan Interior yang berintikan pengurus Yayasan Tiara Indah yang diketuai oleh Ny. Hardijanti Rukmana (Ny. Tutut) yang diterima di Bina Graha, hari Selasa.

Dirjen lndustri Kecil, Ir.Trisura Suhadi yang menyertai panitia dan menjelaskan hal itu pada pers menambahkan, hubungan demikian sudah banyak dirintis oleh para pengusaha swasta dan BUMN dengan para perajin serta merupakan hubungan saling menguntungkan dan saling membutuhkan.

Kepada Presiden, Ny. Hardijanti Rukmana melaporkan rencana penyelenggaraan Pameran hasil Industri Kecil dan Kerajinan se-Indonesia, bertempat di Balai Sidang Jakarta antara tanggal 26 Mei hingga 2 Juni 1988. Pameran itu diselenggarakan dengan kerjasama antara Yayasan Tiara Indah dan Departemen Perindustrian.

Menurut Ny. Hardijanti, sistem hubungan bapak angkat dan anak angkat itu akan menonjol dalam pameran tersebut,kendati hasil industri kecil dan kerajinan yang belum mempunyai keterkaitan dengan bapak angkat juga akan mendapat tempat.

Bentuk Keterkaitan

Ditambahkan Ny. Hardijanti , dalam pameran itu juga akan terlihat adanya hubungan yang harmonis antara sektor yang modem, yakni industri besar selaku bapak angkat dan sektor yang tradisional yakni industri kecil dan kerajinan selaku anak angkat.

Mereka itu dapat bekerjasama dengan baik, hingga mampu mengurangi kesenjangan dari dualisme ekonomi yang mungkin terjadi di antara kedua sektor tersebut, kata Ny. Hardijanti.

Perusahaan swasta dan BUMN lain, diajak Ny. Hardijanti lebih banyak ikut serta dalam program hubungan keterkaitan semacam itu.

Salah satu segi kerjasama dalam hubungan keterkaitan itu, menurut Trisura, adalah dalam bidang permodalan. Industri kecil dan perajin kurang memiliki persyaratan yang diberlakukan oleh bank untuk diberikan kredit, kendati memiliki kemampuan untuk memproduksi barang-barang yang justru potensial untuk diekspor.

Dengan adanya hubungan keterkaitan itu, maka bapak angkat dapat mengusahakan modal yang dibutuhkan. Kerjasama juga bisa dalam hal pemasaran, termasuk informasi disain dan teknologi. Dengan adanya pemasaran yang dilakukan bapak angkat, Trisura yakin akan memungkinkan industri kecil dan perajin untuk berkembang.

"Satu kali pasar ekspor bisa ditembus, maka produksi selanjutnya akan terjamin," kata Trisura.

Bidang pemasaran itu termasuk penting untuk diterkaitkan dan dikerjasamakan, karena produk-produk industri kecil dan kerajinan, umumnya tidak dikenakan kuota ekspor dan harganya juga tidak diatur. Bagi hasil industri kecil dan kerajinan Indonesia, kesempatan pemasarannya masih sangat luas, asal bapak angkat mampu melakukan terobosan di pasaran internasional, tambahnya.

Potensinya

Industri kecil dan kerajinan yang terkordinasi, berada di 6.000 sentra di seluruh Indonesia dengan 1,5 juta orang perajin dan 6 juta orang tenaga kerja yang terlibat di dalamnya. Tahun lalu ekspor hasil industri kecil dan kerajinan mencapai nilai 615 juta dolar AS dengan 74 persen di antaranya hasil kerajinan.

"Mereka relative kecil memperoleh fasilitas, tetapi mampu menghasilkan produk yang menghasilkan devisa cukup besar," kata Trisura.

Pameran yang menurut rencana akan dibuka oleh Presiden Soeharto itu, oleh Presiden diharapkan lebih banyak mengikutsertakan perajin, baik yang sudah ada hubungan keterkaitan dengan bapak angkat, maupun yang belum.

Dalam kesempatan itu, hendaknya perajin yang belum mempunyai bapak angkat dapat pula memperolehnya. Juga diharapkan Presiden, dalam hubungan keterkaitan itu, bapak angkat hendaknya membina perajin-perajin yang mampu untuk mandiri.

Anggota Panitia Pameran yang juga turut dalam pertemuan dengan Presiden itu adalah, Dra. Ediet, Paula Agustina, SE,Ny. Titiek Prabowo, SE, Ny. Fatona, SE dan Dra Ny. Panjaitan. Mereka diantar oleh Menperin Ir. Hartarto dan Menmud Perindustrian lr. T. Ariwibowo.

Jakarta, PELITA

Sumber : PELITA (27/04/1988)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku X (1988), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 298-300.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.