MEDALI EMAS DARI PBB
Jakarta, Kompas
HADIAH Medali yang akan diterima Presiden Soeharto terbuat dari emas 18 karat, dengan lambang yang sama seperti lambang yang digunakan untuk Tahun Kependudukan tahun 1974. Gambar enam orang di tengah bola melambangkan penduduk dunia.
Presiden Soeharto pada hari Kamis mendatang di New York akan menerima medali emas dari PBB untuk jasa-jasanya di bidang kependudukan.
Penghargaan Kependudukan PBB setiap tahun diberikan kepada orang atau organisasi yang dianggap telah berjasa meningkatkan kesadaran mengenai masalah masalah kependudukan serta pemecahannya.
Untuk Tahun 1989 penghargaan dimenangkan oleh Presiden Soeharto dari Indonesia serta badan keluarga berencana nasional dari Togo (Afrika Barat), “Programme National de Bienetre Familial”.Kecuali menerima medali emas, kedua pemenang masing-masing akan menerima sebuah diploma dan uang tunai sebanyak 12.500 dollar AS (sekitar Rp 22,5 juta).
Presiden Soeharto dipilih karena telah “memberikan dukungan besar selama 20 tahun untuk program keluarga berencana nasional di Indonesia”. “Selama masa kepemimpinan Presiden Soeharto, kelahiran, kesuburan dan tingkat kematian anak balita telah merosot secara dramatis dan tingkat penggunaan kontraseptif hampir mencapai 50 persen dari pasangan yang memenuhi syarat,”kata panitia yang memilih para pemenang.
Ketua panitia Mario Maya-Palencia, yang sekarang menjabat Duta besar Meksiko untuk Jepang, mengatakan bahwa penghargaan yang diberikan “mengakui pekerjaan penting serta pengaruh internasional dari Presiden Soeharto dalam kependudukan.”
Penghargaan Kependudukan PBB pertama kali diberikan dalam tahun 1983, dengan PM Indira Gandhi dari India dan Menteri Urusan Keluarga Berencana Qian Xinzhong dari RRC sebagai pemenang bersama. Kecuali Indira Gandhi dan Presiden Soeharto, pemimpin lain yang pernah mendapat penghargaan itu adalah Presiden Hussain Muhammad Ershad dari Bangladesh yang menjadi pemenang untuk tahun 1987.
Tahun lalu, yang terpilih adalah Shidzue Kato, seorang wanita Jepang yang selama 70 tahun membaktikan hidupnya untuk memperbaiki status wanita dan meningkatkan kesadaran untuk memecahkan masalah-masalah kependudukan di Jepang maupun di dunia. Nyonya Kato memenangkan penghargaan bersama dengan Profamilia, sebuah organisasi keluarga berencana di Colombia yang banyak beijasa untuk menumbuhkan pertumbuhan penduduk dari 3,2 persen menjadi 1,75 persen .
Upacara Kamis Malam
Penyerahan medali dan hadiah-hadiah lain kepada Presiden Soeharto akan dilakukan dalam suatu upacara di markas besar PBB New York hari Karnis malam waktu setempat. Secara kebetulan, hari Kamis tangga18 Juni itu adalah hari ulang tahun Presiden Soeharto yang ke-68.
Sekjen PBB Javjer Perez de Cuellar akan menyerahkan “hadiah ulang tahun”itu atas nama badan PBB yang menangani masalah kependudukan, UNFPA. Dan Presiden menurut rencana akan mengucapkan pidato dalam bahasa Indonesia, yang secara simultan akan diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa resmi PBB, seperti bahasa lnggris, Perancis, dan Spanyol.
Setelah upacara resmi, yang akan berlangsung selama kurang lebih satu jam, Sekjen PBB akan menyelenggarakan resepsi untuk menjamu para pemenang. Para undangan akan merupakan campuran dari korps diplomatik di PBB, tokoh-tokoh kependudukan, serta teman-teman Indonesia khususnya yang mengenal Presiden Soeharto secara pribadi.
Sekalipun resepsi akan diselenggarakan oleh PBB, namun Perwakilan Tetap RI di PBB diminta ikut membantu. Ruang resepsi di tingkat empat gedung PBB itu misalnya, akan memperlihatkan beberapa ciri khas Indonesia. Bunga-bunga anggrek yang khusus didatangkan dari Indonesia serta hiasan janur kuning akan menyemarakkan ruangan resepsi. Ibu-ibu dalam pakaian nasional warna-warni akan membagikan tanda mata kecil khas Indonesia kepada para undangan wanita.
Ny. Tien Soeharto sendiri akan berdiri di samping Presiden dan Sekjen PBB Javier Perez de Cuellar serta istri, menerima tamu-tamu yang akan diperkenalkan satu per satu.
Kepala Protokol PBB, Aly Teymour, mengatakan bahwa Presiden Soeharto dapat bergerak bebas di antara para undangan, seperti halnya tamu-tamu lain. Namun kemungkinan besar waktu tidak akan banyak tersisa untuk bergerak di antara para tamu, bercakap-cakap dengan mereka, dan menikmati minuman dan makanan lezat yang disuguhkan.
Presiden hanya akan menghadiri resepsi selama kurang lebih satu jam, karena acara lain masih menunggu malam itu. Antara lain, bertemu dengan masyarakat Indonesia di New York dan sekitarnya, yang akan diselenggarakan di Wisma Indonesia di New Rochelle yang jauhnya lebih dari satu jam perjalanan mobil dari PBB.
Kunjungan Presiden Soeharto ke PBB yang pertama kali ini memang sangat singkat. Total termasuk pertemuan dengan sekjen selama 30 menit hanya kurang lebih tiga jam. Namun dengan medali yang diterimanya, perjalanan beribu-ribu kilometer itu tidak siasia. Karena penghargaan yang diberikan merupakan pengakuan masyarakat internasional mengenai keberhasilan Indonesia dalam satu aspek penting dari pembangunan ekonomi.
Dan bagi Kepala Negara sendiri, mudah-mudahan kunjungan ke PBB itu merupakan hadiah ulang tahun yang terbaik yang pernah diterimanya. Medali Emas dari PBB. (SA)
Sumber: KOMPAS (04/06.1989)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XI (1989), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 827-829.