Membenci Atau Mencintai Harus Berdasarkan Fakta

………1998

Kepada

Yth. Bapak. H.M. Soeharto

di Jakarta

MEMBENCI ATAU MENCINTAI HARUS BERDASAR FAKTA [1]

Assalamu’alaikum wr. wb.

Setelah Bapak mengundurkan diri (berhenti) dari jabatan Presiden RI, 21 Mei 1998, baru kemarin TV menyiarkan kegiatan Bapak. Bapak telah 32 tahun memimpin negara ini dengan sukses. Walaupun masih ada kekurangan – kekurangan yang hams diperjuangkan.

Menurut pengamatan kami, sukses-sukses yang Bapak capai selama ini yang tidak dapat kami lupakan antara lain:

  1. Selama + 32 tahun rakyat Indonesia merasakan hasil positif dari pembangunan ekonomi Indonesia.
  2. Bapak termasuk negarawan yang taat melaksanakan perintah agama.
  3. Mengembang suburkan pendidikan agama dan membantu sarana-sarana peribadahan.
  4. Mampu menggalang kesatuan dan persatuan umat beragama.
  5. Tidak sedikit pun bersimpati kepada Israel (Yahudi) walaupun Amerika Serikat sendiri termasuk yang sangat mencintai Yahudi.

Dari hasil pemantauan dan pengamatan kami dapat kami simpulkan bahwa Bapak adalah seorang negarawan yang berani, teguh pendirian, tangguh serta berwibawa baik di dalam negeri sendiri maupun di dunia internasional.

Tentang krisis moneter, kami tidak menyalahkan siapapun, karena hal ini tidak hanya Indonesia saja yang mengalaminya. Apalagi Bapak dihujat baik oleh perorangan maupun kelompok, maka rakyat terutama arus bawah tidak banyak tahu terhadap materi hujatan itu. Jika materi-­materi hujatan itu memang terjadi pada diri Bapak maupun keluarga, kami masih berpegang pada asas praduga tak bersalah dan berpegang teguh pada ajaran Islam, yakni “Allah tidak melarang seseorang mencintai maupun membenci asal berdasarkan fakta positif dan akurat, dan Allah tidak menyukai sesuatu yang berlebihan dari keduanya”.

Kesimpulan-kesimpulan di atas telah kami presentasikan kepada Kyai dan Ustadz pengasuh Majelis Ta’lim yang tergabung dalam Fo­rum Silaturrahmi ini, dan ternyata semuanya membenarkan dan dapat merasakannya.

Kami akan berdoa untuk keselamatan Bapak sekeluarga dunia dan akhirat. Semoga Allah mengampuni dosa-dosa Bapak dan selalu mendapat ridho-Nya serta termasuk kepada ayat Allah sebagai berikut:

“Yaa ayyuhannafsul mutmain-nah ‘irji’i ilaa robbika roodiayam mardiyah, fadhul fii ibadih wadhuli janaati.” Artinya: “Wahai jiwa-­jiwa yang tenang (tenteram) kembalilah kepada Tuhanmu dengan penuh kegembiraan dan diridhoi. Masuklah kepada golongan hamba-hamba­Ku yang baik, masuklah ke surga-Ku.”

Mudah-mudahan Bapak juga termasuk firman Allah: “Kuntum khoiro ummatin uhrijad linnas, ta’muruuna bil ma’ruf watan hauna ‘anil munkar”. Artinya: “Kamu sekalian adalah sebaik-baik umat yang diangkat ke permukaan, manusia yang mengajak melakukan kebaikan dan menjauhi larangan-Nya.” Amiin.

Sekian surat dari kami, mohon maaf jika ada tutur kata yang tak berkenan di hati Bapak. (DTS)

Wassalam,

H. Ahmad Syaiful Mustika

Pasuruan – Jawa Timur

[1]     Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 59-60. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat  yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.