Memecahkan Persoalan Papan

Memecahkan Persoalan Papan [1]

 Saya menyadari, rumah tinggal merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan-kebutuhan dasar lainnya seperti pangan, sandang, kesehatan, lapangan kerja dan pendidikan. Tanpa rumah tinggal yang layak dan memenuhi syarat, sulit mewujudkan keluarga yang bahagia dan sejahtera.

Sebelum Orde Baru, masalah perumahan ditangani oleh Departemen Sosial. Dalam masa Orde Baru, setelah melihat perumahan punya kaitan erat dengan segi ekonomi, pembangunan perumahan saya masukkan ke lingkungan ekonomi, keuangan dan industri (Ekuin). Kemudian saya berkesimpulan, mesti ada lembaga yang menangani soal perumahan ini dengan sungguh-sungguh. Saya angkat Cosmas Batubara, eksponen ’66, menjadi Menteri Perumahan Rakyat.

Saya menaruh perhatian besar kepada usaha memenuhi kebutuhan rumah tinggal bagi masyarakat itu. Tetapi usaha untuk menyediakan perumahan bagi rakyat yang jumlahnya lebih dari 170 juta jiwa dan tersebar di wilayah kepulauan kita yang demikian luasnya bukanlah pekerjaan  yang mudah.

Usaha swasta di bidang ini ternyata berkembang juga, malahan pesat, memenuhi kebutuhan. Tahun 1972 mulai berkembang perusahaan pembangunan rumah yang kini bergabung dalani Real Estate Indonesia (REI). Tahun 1974 dibentuk Perusahaan Omum Perumnas yang bernaung di bawah Departemen PU. Pada tahun itu pula Bank Tabungan Negara diizinkan untuk memberikan kredit pemilikan rumah kepada masyarakat golongan rendah, sedang, dan menengah.

Pada Repelita III, kita berhasil membangun hampir 200.000 unit rumah, melebihi target 150.000 yang diprogramkan pada .masa itu. Target pada Repelita IV ditetapkan 200.000 unit lagi, dan ternyata dapat mencapai 300.000 unit lebih.

Tetapi terus terang, dalam hal ini kelompok bawah belum banyak tersentuh. Pendapatan mereka yang rendah yang menjadi penyebabnya. Maka selangkah demi selangkah dilaksanakan pembangunan rumah-rumah tinggal yang murah, tetapi bisa dipertanggungjawabkan dari segi kesehatan. Dalam perjalanan usaha ini, bentuk rumahnya pun mendapatkan perubahan ke arah yang lebih menyenangkan. Dan dalam kesulitan mendapatkan serta menghemat tanah karena juga memperhitungkan tempat untuk bertani dan untuk pembangunan industri serta pemeliharaan lingkungan, maka kita tetapkan bentuk yang tepat untuk wilayah perkotaan adalah rumah susun.

Pembangunan rumah susun di kota tak bisa dihindarkan. Dari waktu ke waktu kita menghadapi sukarnya mencari tanah di kota. Dengan rumah susun kita bisa menghemat lahan di satu pihak, dan di pihak lain dengan tinggal di rumah susun, para penghuni akan lebih mudah bepergian ke mana-mana. Alhasil dengan membangun rumah susun, kita dapat mendayagunakan sebaik-baiknya bidang-bidang tanah di kota-kota bagi kesejahteraan rakyat banyak. Dan saya bertekad untuk terus membangun rumah-rumah susun untuk membantu masyarakat agar dapat hidup tenteram sejahtera dalam lingkungan perumahan yang lebih sehat, tertib dan teratur.

Dalam pada itu, saya memberi petunjuk kepada penghuni rumah susun bahwa mereka harus memiliki rasa kebersamaan yang lebih tebal untuk menciptakan  suasana tenteram dan rukun.

Ternyata usaha ini·merupakan usaha besar yang kompleks, yang sungguh tidak mungkin hanya dilakukan oleh pemerintah saja. Karena itu, dalam usaha menyediakan perumahan bagi rakyat, kecuali melaksanakan pembangunan perumahan melalui Perum Perumnas, pemerintah juga berusaha keras untuk menyediakan bahan-bahan bangunan rumah dalam jumlah yang cukup dan dengan harga yang terjangkau oleh daya beli masyarakat. ltulah sebabnya, di samping membangun perumahan rakyat, pemerintah juga berusaha keras mendorong pembangunan industri bahan bangunan rumah, seperti pabrik-pabrik semen, kayu, besi, dan lain-latnnya.

Melalui Perum Perumnas kita berhasil membangun perumahan rakyat di mana-mana, baik di kota-kota besar, di kota-kota sedang, maupun di kota-kota kecil.

Dalam memberi petunjuk kepada Cosmas, saya selalu menekankan bahwa kita harus mengutamakan pembangunan rumah-rumah itu bagi mereka yang berpenghasilan rendah. Merekalah yang harus kita dahulukan. Salah satu tujuan utama pembangunan yang kita lakukan memang untuk meningkatkan mutu kehidupan orang-orang kecil.

***



[1]        Penuturan Presiden Soeharto, dikutip dari buku “Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya” yang ditulis G. Dwipayana dan Ramadhan KH,  diterbitkan PT Citra Kharisma Bunda Jakarta tahun 1982, hlm 366-368.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.