MEMERANGI KEMISKINAN [1]
Djakarta, Berita Yudha
Rapat Komando Angkatan Darat telah ditutup harapan dan instruksi Pd. Pangad supaja tugas2 konsolidasi dan integrasi intern dan tugas2 pemulihan dan pemeliharaan keamanan diintegrasikan dan dimanfaatkan pula untuk memerangi kemiskinan chususnja untuk membantu di dalam usaha2 meningkatkan pengadaan pangan dalam rangka mengatasi persoalan kekurangan beras sekarang ini.
Segera sesudah selesainja Rapat Komando itu Pd. Presiden Djenderal Soeharto sendiri memanggil pula chusus para Gubernur dan Panglima se-Djawa untuk meminta perhatian dan memberikan instruksi jang sama. Dalam amanat tertulisnja kepada Rapat Komando Angkatan Darat itu sendiri Pd. Presiden telah menjampaikan pesan untuk menghilangkan hambatan2 bagi terlaksananja program2 untuk mentjukupi kebutuhan pokok rakjat chususnja untuk mensukseskan tugas2 pokok Kabinet Ampera umumnja.
Memang soal kompleks jang menjangkut tuntutan hati nurani rakjat ini harus kita approach dari dua sudut, jaitu dari sudut jang bersifat materinja dan dari sudut jang menjangkut segi spirituilnja. Sebab kalau kita mau betul2 realistis kita harus melihat soal rasionil dan irasionil dari bahagian terbesar dari umat manusia dari segi materiil dan segi spirituil ini. Supaja djangan lekas dihinggapi oleh putus asa, apatisme dan pesimisme didalam menghadapi persoalan tuntutan hati nurani atas amanat penderitaan rakjat jang sangat kompleks itu, terutama supaja para pedjuang dan pelaksana jang beritikad baik dan bersemangat patriotik sendiri tidak lekas hilang kesabaran dan ketabahan oleh kebiasaan darah tinggi.
Kita tidak boleh lari dari kenjataan bahwa bahagian terbesar dari umat manusia menilai buruk atau baiknja sesuatu itu, menilai benar atau salahnja sesuatu itu, melalui apa jang terasa oleh perutnja, sedangkan sedikit dan selektif sekali manusia jang bisa gigih bertahan untuk menilai buruk atau baik sesuatu itu hanja melalui falsafah dan logika djalan pikiran sadja.
Kita tidak bisa dan tidak boleh memungkiri kenjataan, bahwa bagi bahagian terbesar dari umat manusia logika itu masih bersumber pada (setidak-tidaknja dipengaruhi oleh) apa jang dirasakan oleh perut. Karena pragmatis djuga berarti bahwa benar atau salahnja suatu teori baru bisa mendapat pengakuan dari umat manusia biasa setelah ada pembuktiannja didalam kenistaan.
Maka kita tidaklah dapat menamakan diri rasionil, realistis dan pragmatis, kalau kita memungkiri bahwa untuk bahagian terbesar dari umat manusia tata kehidupan spirituil itu harus ditanamkan melalui atau seiring dengan pembuktiannja di dalam pendjukupan kebutuhan hidup materiilnja.
Begitu pula untuk menanamkan kehidupan spirituil Pantjasila ini harus pula kita lakukan melalui dan seiring dgn usaha pembuktiannja didalam menijukupi kebutuhan2 pokok bagi kehidupan materiilnja, chususnja jang menjangkut kebutuhan pangan, sandang dan papan (perumahan).
Kami mengakui bahwa djusteru karena keadaan mental, akibat kekaijauan kehidupan spirituil dan kehidupan materiil jang telah terdjadi selama ini, sudah tidak mudah membawakan orang berinisiatif dan bekerdja pasip untuk mentjukupi kebutuhan pokok itu, tetapi kita tidak pula boleh menutup mata untuk melihat, bahwa masih banjak potensi jang hanja menunggu pengorganisasian dan pengkoordinasian untuk segera dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan produksi bagi kebutuhan pokok kehidupan materiil itu, setiap usaha jang sulit memerlukan perintis, djuga untuk membuktikan manfaatnja penggunaan tenaga, waktu dan alat untuk memenuhi kebutuhan pokok dibidang kehidupan materiil ini guna menarik minat dan untuk membangkitkan kepertjajaan kembali bahwa dengan berinisiatip dan dengan bergotong-rojong kebutuhan pokok itu masih bisa didapatkan dengan pekerdjaan jang halal dan terhormat, memerlukan kerja2 perintis.
Dan jang tidak kurang pentingnja adalah, bahwa perintis2 ini sekaligus akan dapat membungkamkan suara dan pendapat jang hendak mempolitikkan segala2nja djusteru untuk mentjegah Pantjasila berhasil memberi bukti2nja di dalam mentjukupi kebutuhan2 pokok didalam kehidupan materiil ini.
Menarik perhatian kami berita “Antara” mengenai tjontoh di bidang perinstisan ini jang dikemukakan oleh Pangdam IV Sriwidjaja Djenderal Ishak Djuarsa tentang Pradjurit produsen jang dengan tjara dan alat primitip dalam satu malam sadja dapat menghasilkan ikan sekian ton. Djelaslah bahwa dengan pengorganisasian dan pengkoordinasian idle capacity (tenaga dan alat) jang ada, kita bisa berbuat banjak didalam perintisan menanggulangi pentjukupan kebutuhan pokok ini.
Tentu tidak kurang pentingnja koordinasi dan pengorganisasian untuk menghilangkan hambatan2 berupa birokrasi dan otoritas didalam pemanfaatan idle capacity ini.
Kita selalu mengatakan bahwa sumber kehidupan dan sumber ekonomi kita berada di desa. Tetapi mengapa keadaan sosial ekonomi sekarang ini djusteru mendesak rakjat kita untuk mentjari penghidupan di kota dan meninggalkan desa jang merupakan sumber produksi itu.
Maka djelaslah bahwa perlu ada perintisan untuk mengalihkan pentjukupan kebutuhan pokok itu kembali kedesa. Dan potensi pertama jang tersedia untuk perintisan itu, terutama di daerah-daerah jang sudah aman, adalah ABRI dengan organisasi disiplin dan alat2nja.
Kami sambut andjuran dan instruksi Pak Panggabean kepada para Panglima untuk mengintegrasikan tugas2 konsolidasi intern dan pemeliharaan keamanan dengan karya2 untuk memerangi kemiskinan dan kekurangan pangan sebagai perintisan untuk kembali membuat desa sebagai unit ekonomi dan unit keamanan jang betul2 dapat mendjalankan funsinja sebagai landasan kehidupan nasional baik di bidang materiilnja ataupun di bidang spirituiilnja. (DTS)
Sumber: BERITA YUDHA (05/02/1968)
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku II (1968-1971), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 12-14.