MEMPERKUAT KETAHANAN NASIONAL DAN REGIONAL

MEMPERKUAT KETAHANAN NASIONAL DAN REGIONAL

Pertemuan tidak resmi antara Presiden Soeharto dan Perdana Menteri Datuk Hussein Onn di Labuan sudah berakhir. Diberitakan bahwa pertemuan itu telah mencapai hasil-hasil yang diharapkan dengan adanya kesamaan pandangan dan sikap antara Indonesia dan Malaysia terhadap masalah-masalah bilateral, regional dan internasional.

Hasilnyajelas positif bagi peningkatan kerjasama perdagangan dan pembangunan antara kedua negara khususnya, ASEAN umumnya. Juga penting efeknya bagi pembinaan ketahanan nasional dan regional, yang menjadi syarat mutlak buat melaksanakan gagasan ASEAN, yaitu zona damai, bebas dan netral di Asia Tenggara.

Walaupun sesudah KTT ASEAN I dan II sudah tercapai kemajuan dalam memperkuat perdamaian di wilayah ini, kenyataan sekarang menunjukkan masih adanya ancaman, baik yang berada di luar ASEAN maupun didalam ASEAN sendiri.

Masalah ini rupanya mendapat perhatian dan dibicarakan di Labuan, dan diambil sikap bersama.

Dalam masalah kerjasama bilateral Presiden Soeharto dan Datuk Hussein Onn telah sepakat untuk melanjutkan operasi laut bersama antara Angkatan Laut Diraja Malaysia dan TNI-AL untuk memerangi penyelundupan dan bajak laut.

Menurut hemat kita dengan ditingkatkannya patroli bersama antara angkatan laut kedua negara disamping penting untuk memberantas penyelundupan dan pembajakan, bermanfaat pula untuk mencegah infiltrasi dan subversi yang agaknya ada kaitannya dengan penyelundupan-penyelundupan itu.

Presiden Soeharto dan Datuk Hussein Onn juga membicarakan perkembangan di Indocina. Keduanya disamping lega karena bertambahnya pengertian dan berkurangnya kecurigaan Vietnam kepada ASEAN yang menginginkan persahabatan dengan negara-negara Indocina, juga memprihatinkan berlarut -larutnya sengketa Vietnam – Kamboja. Keduanya sependapat bahwa pertikaian kedua negara itu perlu segera diselesaikan secara damai, supaya jangan sampai merembet-rembet keluar dan mengganggu perdamaian dan stabilitas di Asia Tenggara.

Pergolakan di Filipina Selatan, dinilai oleh kedua pemimpin selain tidak menguntungkan bagi keutuhan nasional Filipina sendiri, juga dapat membahayakan perdamaian di Asia Tenggara. Karena itu sesuai dengan keputusan Konferensi Islam di Dakar awal bulan ini, Presiden Soeharto dan Perdana Menteri Datuk Hussein Onn berharap supaya pemimpin-pemimpin Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF) dan pemerintah Filipina yang kiniterlibat dalam bentrokan bersenjata, menghentikan tindakan kekerasan itu, dan melanjutkan kembali perundingan. Indonesia dan Malaysia berharap, lewat perundingan itu dapat dicapai kesepakatan untuk memberikan hak otonomi kepada suku Moro, tanpa menggunakan kekerasan.

Indonesia dan Malaysia tetap berpendapat bahwa pergolakan di Filipina Selatan adalah masalah dalam negeri Filipina, tetapi mengingat berlarut-larutnya pergolakan itu dapat pula membahayakan perdamaian di Asia Tenggara, maka seruan Presiden Soeharto dan P.M. Datuk Hussein Onn yang dikemukakan secara jujur itu, adalah pada tempatnya.

Mudah-mudahan dapat menggugah hati kecil dan menimbulkan kesadaran kedua pihak yang bersengketa, dan diadakan gencatan senjata untuk melakukan perundingan damai dengan kesediaan memberi dan menerima pada kedua pihak.

Kita harapkan semangat setiakawan yang terpancar dari Labuan itu benar-benar dapat meratakan jalan kepada perundingan damai yang memberikan otonomi kepada suku Moro dalam rangka kesatuan nasional Filipina. Ini penting bagi ketahanan nasional Filipina sendiri dan ketahanan regional Asia Tenggara. (DTS)

Jakarta, Angkatan Bersenjata

SUMBER: ANGKATAN BERSENJATA (20/05/1978)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku IV (1976-1978), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 783-784.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.