MEMPUNYAI ARTI HISTORIS DAN SIMBOLIS
Kunjungan Presiden Soeharto ke Timor Timur tidak hanya sekedar kunjungan rutin ke salah satu di antara ke 27 propinsi-propinsi Republik Indonesia saja.
Kunjungan tsb mempunyai arti historis dan simbolis. Historis oleh karena daerah itu yang selama 400 tahun penjajahan asing belum pernah dikunjungi oleh seorang kepala negara, sekarang telah dijenguk oleh Presiden sendiri.
Simbolis, oleh karena dengan kunjungan Kepala Negara itu dinyatakan kepada rakyat di Timor Timur kepada rakyat Indonesia dan juga kepada dunia bahwa seluruh bangsa Indonesia mempertaruhkan segala sesuatu yang ada padanya untuk mensukseskan pembangunan Timor Timur dan untuk melawan tiap usaha dari manapun juga yang mau mempersoalkan integrasi Timor Timur ke wilayah Republik Indonesia.
Dalam pidatonya di depan sidang DPRD Timor Timur, Presiden Soeharto terutama menekankan kepada pembangunan untuk membuka masa depan yang lebih baik bagi rakyat Timor Timur. Sedangkan dalam pidatonya didepan rakyat Maliana, Kepala Negara menegaskan bahwa tidak ada kekuatan apapun yang dapat membatalkan integrasi Timor Timur ke dalam Republik Indonesia.
Ini berarti bahwa setelah kunjungan Presiden Soeharto itu maka kita justru harus lebih giat menangani dua segi dalam tugas nasional kita berhubung dengan Timor Timur yaitu tugas ke dalam dan tugas keluar.
MASA dua tahun yang lalu danjuga bulan-bulan sebelum itu dapat kita lihat sebagai kurun waktu perjuangan. Pertama – tama untuk mencapai integrasi Timor Timur dan sesudah itu untuk mengkonsolidasikan integrasi itu.
Kurun waktu perjuangan seperti itu selalu penuh dengan prakarsa, ketekunan, kepahlawanan dan sukses. Tetapi kurun waktu demikian juga tidak pemah bebas dari kekurangan-kekurangan, kesalahan-kesalahan bahkan kegagalan-kegagalan.
Sebagai bangsa yang telah mencapai dan mengkonsolidasikan kemerdekaannya melalui pergolakan dan pertentangan-pertentangan dalam kurun waktu kurang lebih 20 tahun, maka kita tidak usah merasa heran berhubung hal-hal seperti itu.
Dengan kunjungan Presiden, dinyatakan bahwa kurun waktu perjuangan dan konsolidasi itu telah dilalui dengan selamat dan sukses. Itu tidak berarti bahwa segala sesuatu telah beres. Di bagian-bagian yang lain dari Republik kita inipun belum segalasesuatu beres setelah kita hidup sebagai negara dan bangsa yang merdeka selama 33 tahun. Yang hendak dinyatakan dengan kunjungan Presiden itu ialah bahwa kondisi yang ada telah memungkinkan untuk memasuki fase yang baru.
Dalam rangka tugas ke dalam, maka Presiden Soeharto menyebut pemulihan keamanan sebagai masalah yang mendesak. Rakyat harus dibebaskan dari teror. Selama sejarah kita, maka kita telah mempunyai cukup pengalaman dalam usaha membebaskan rakyat dari teror seperti itu diberbagai daerah tanah air kita. Berdasarkan pengalaman itu dapat diharapkan bahwa dalam waktu yang tidak terlalu lama rakyat Timor Timur akan seluruhnya bebas dari teror.
Selanjutnya, Presiden Soeharto menyebut pula rencana untuk membuka hubungan Timor Timur dengan bagian-bagian yang lain dari Indonesia. Perkataan hubungan dipergunakan oleh Presiden dalam arti yang luas, yang tidak hanya meliputi lalu lintas dan angkutan, tetapi juga mencakup hubungan bathin. Dengan perkataan lain yang dimaksud juga masalah pendidikan dst.
Dalam bidang pembangunan ekonomi perhatian dipusatkan kepada kebutuhan yang paling pokok, yaitu pangan, sandang dan papan.
Dalam meningkatkan tugas kedalam ini dalam waktu yang akan datang maka masalahnya tidak terletak pada kekurangan dana. Dana yang disediakan cukup. Masalahnya ialah menggunakan dana itu sebaik-baiknya. Ini berarti pada satu pihak meningkatkan efisiensi dan dedikasi aparatur sipil dan militer sambil menghindarkan birokrasi dan korupsi dan pada pihak lain meningkatkan daya serap, ketrampilan dan partisipasi dari pengalaman kita di Irian Jaya.
MENGENAl tugas keluar, maka setelah kunjungan Presiden ke Timor Timur agaknya perlu disusun dan dilaksanakan dalam bidang informasi dan diplomasi.
Memang benar bahwa posisi internasional kita berhubung dengan masalah Timor Timur telah membaik dibandingkan dengan situasi pada Sidang Umum PBB yang terakhir.
Dalam hubungan ini kita catat umpamanya sikap Australia. Justru oleh karena itulah, momentum sekarang ini harus kita manfaatkan sebaik-baiknya untuk memperbaiki posisi itu secara maksimal.
Dalam regional banyak negara dapat memahami argumentasi bahwa sebaiknyalah masalah Timor Timur itu dilihat dalam rangka tanggungjawab utama dari negara-negara di Asia Tenggara untuk menjamin stabilisasi, perdamaian dan keamanan dikawasan itu.
RRC, Vietnam dan Uni Sovyet yang sedang berusaha merebut hati negara-negara ASEAN tidak akan dapat menutup diri mereka terhadap penjelasan seperti itu.
Dan sesuai dengan keterangan Presiden Soeharto di Maliana, maka dalam rangka kegiatan-kegiatan informasi dan diplomasi tadi kepada dunia kita tegaskan bahwa Indonesia akan konsekwen menolak tiap campur tangan dari siapapun juga dalam masalah Timor Timur yang telah menjadi bagian yang integral dari Republik Indonesia. (DTS)
…
Jakarta, Sinar Harapan
Sumber: SINAR HARAPAN (18/07/1978)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IV (1976-1978), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 692-694.