MENGIKUTI KUNJUNGAN PRESIDEN KE AS (3-HABIS) DEG-DEGAN MASUK GEDUNG PUTIH

MENGIKUTI KUNJUNGAN PRESIDEN KE AS (3-HABIS) DEG-DEGAN MASUK GEDUNG PUTIH

 

 

Jakarta, Pelita

KABUT tipis masih menyelimuti Pangkalan Udara Andrews diWashington, ketika Presiden Soeharto dan rombongan tiba di tempat itu, setelah menempuh penerbangan sekitar 52 menit dari New York.

Didampingi Ibu Tien Soeharto, Dubes RI untuk AS, AR Ramly dan nyonya, Presiden Soeharto dengan berkendaraan mobil menuju Wisma Indonesia di Washington, untuk melakukan pertemuan dengan masyarakat Indonesia di kota itu.

Di tempat itu pula Kepala Negara menerima kunjungan kehormatan Wakil Presiden AS, Dan Quayle.

Kendati sama-sama di Amerika Serikat, kondisi-kota Washington tampak lebih apik, dibandingkan dengan New York. Suasana jalan-jalan yang bersih, gedung-gedung, dan juga kendaraan yang ada tampak lebih mencerminkan suasana yang enak dipandang mata.

Di Wisma Indonesia, Presiden Soeharto dan Wapres AS, Dan Quayle, melakukan pembicaraan singkat yang menurut Mensesneg, Moerdiono, berkisar mengenai keberhasilan pelaksanaan program KB pada khususnya dan pembangunan ekonomi pada umumnya di Indonesia.

Selain itu,juga menyinggung masalah Kamboja dan masalah yang terjadi di RRC.

Wapres menyampaikan penghargaan mengenai langkah-langkah yang diambil Pemerintah Indonesia dalam masalah program KB itu.

Usai melakukan pembicaraan dengan Dan Ouayle, Presiden Soeharto yang didampingi Mensesneg Moerdiono, Menlu Ali Alatas, dan Dubes RI untuk AS, AR Ramly, menuju ke Gedung Putih untuk melakukan pembicaraan dengan Presiden AS, George Bush.

 

Khawatir

Dari seluruh wartawan yang mengikuti peijalanan ke Amerika Serikat, temyata tidak semuanya bisa mengikuti Kepala Negara ke Gedung Putih.

Tapi beruntung, dari beberapa orang wartawan yang dicantumkan namanya, dalam daftar tercantum pula nama Pelita sehingga terasa hati ini berbunga. Siapa yang bisa memasuki Gedung Putih, jika tidak karena beruntung.

Namun rasa khawatirpun muncul kembali, karena pihak Gedung Putih menginginkan harus adanya paspor bagi wartawan yang akan masuk ke Gedung Putih. Padahal untuk rombongan yang mempergunakan paspor dinas tidak satu pun yang memegang paspor.

Dengan “sepak terjang” dari seorang pejabat di KBRI Washington yang mau bertanggungjawab atas wartawan Indonesia, akhirnya dengan berkendaraan mobil mendahului rombongan melaju ke gedung tempat Presiden AS itu melaksanakan tugasnya sehari-hari.

Masalah demi masalah masih pula membuntuti, karena setiba di depan pintu gerbang Gedung Putih masih harus berhadapan dengan petugas keamanan.

Setelah mendapat penjelasan dari pihak KBRI, para petugas itu mulai mengerti dan memahami tidak dipegangnya paspor oleh para wartawan.

Bagi wartawan yang biasa bertugas di Setneg dan memiliki pas untuk masuk Istana, mereka menunjukkan tanda pengenal itu. Sedangkan Pelita terpaksa menunjukkan kartu pers dari Pelita dan setelah petugas itu mencocokkan nama, foto dan muka kartu itu,barulah diizinkan masuk semacam pos keamanan.

Di tempat itu, petugas keamanan lainnya mencocokkan lagi nama yang tertera dengan tanda masuk yang diberikan dan dilakukan pemeriksaan fisik dengan detektor.

Segala macam isi kantung yang terbuat dari logam harus dikeluarkan dan setelah dinyatakan steril barulah bisa masuk.

 

Wartawan Kaliber Dunia

Sambil menunggu kedatangan Presiden Soeharto, kami menunggu di ruang wartawan, di mana tempat itu biasa dipergunakan untuk memberikan keterangan oleh para pejabat yang datang ke Gedung Putih.

Berbagai peralatan kamera yang dilengkapi dengan alat-alat monitor berada di dalam ruangan itu. Para wartawan yang biasa meliput kegiatan di Gedung Putih itu tampak biasa-biasa saja.Karena berkaos, berjaket atau berjeans.

Sebagian di antara mereka sedang menyaksikan layar monitor televisi.”Inilah tempat wartawan kaliber dunia,” kata seorang wartawan Indonesia yang berada di Washington dan sering meliput kegiatan di tempat itu.

Kendati para wartawan asing itu kelihatannya seronok dengan pakaiannya, tapi mereka sangat memegang disiplin.Setelah Presiden Soeharto tiba, mereka segera mengabdikan kedatan gan itu.

Ketika para wartawan diizinkan masuk ke dalam Oval Room, tempat kedua Kepala Negara melakukan pertemuan, mereka berbaris rapi dan antre sambil menunggu diizinkan masuk.

Ketika ada seorang rekan dari Indonesia mencoba menyelinap dan mendahului antrean, seorang rekan wartawan Indonesia mengingatkan agar hal itu tidak dilakukan.

“Mereka bisa marah. Antre sajalah juga kebagian,” nasihatnya. Dan memang betul, setelah mereka diizinkan masuk untuk mengabadikan pertemuan itu, wartawan Indonesia pun mendapat giliran untuk masuk ke dalam ruang pertemuan itu.

 

Berpacu Dengan Waktu

Sebelum berakhirnya pertemuan tersebut sesuai dengan anjuran panitia maka rombongan wartawan Indonesia harus segera kembali ke Pangkalan Udara Andrews dalam keadaan hujan deras. Karena keadaan hujan yangjuga terjadi di New York, maka Kapten Pilot F.H.Sumolang yang mengemudikan pesawat terbang itu menunda keberangkatan pesawat hingga 1 jam lamanya.

Menurut hasil hubungan dengan Bandara John F. Kennedy, karena hujan deras itu terpaksa ada 12 pesawat terbang yang haru s terus berputar di atas lapangan itu untuk melakukan pendaratan dengan aman.

Berpacu dengan waktu pun terjadi setiba di Bandara John F. Kennedy, karena harus kembali ke hotel yang memakan waktu 1jam dan kernbali lagi kebandara untuk rneneruskan penerbangan ke Jenewa, malam itu juga. Ternyata, di hotel pun masih terjadi masalah, karena kamar-kamar hotel itu sudah di masuki, terjadi sedikit keributan dengan tamu baru itu.

Dalam keadaan hujan lebat, karena waktu yang mepet, maka segera berpacu lagi dengan kendaraan yang disiapkan menuju ke bandara John F. Kennedy.

Dengan pesawat DC-10 Garuda Indonesia malam itu terbang kembali ke Jenewa, selama 8 jam lebih untuk meneruskan perjalanan pulang ke tanah air, setelah terlebih dulu singgah di Abu Dhabi, seperti ketika waktu berangkat. Terasa hati ini plong setibanya kembali di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta. Apalagi mengingat perjalanan Presiden Soeharto beserta rombongan memperoleh sukses. (Habis). (SA)

 

 

Sumber : PELITA(17/06/1989)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XI (1989), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 247-251.

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.