MENGIKUTI PERDJALANAN PD. PRESIDEN (VI)

MENGIKUTI PERDJALANAN PD. PRESIDEN (VI)

DIBERI HADIAH “PUTERI SULAWESI UTARA”[1]

 

Djakarta, Kompas

Di Mapanget Pak Harto disambut oleh ribuan massa jang telah menantikan Sedjak pagi.

Jang berbeda bila kepala negara kita terdahulu (Soekarno) mengunjungi sesuatu daerah dengan pd presiden Soeharto ialah Pak Harto tidak pernah disambut oleh barisan pagar aju.

Setelah upatjara militer, pengalungan bunga Pd Presiden dan rombongan segera menudju ke Gubuernur setelah berkeliling sebentar.

Dan dari seluruh perdjalanan soeharto, tidaklah berlebih2han dikatakan bahwa penjambutan jang paling meriah adat istiadat adalah di Sultara.

  1. Soeharto penjelamat pantjasila, pak Harto pemimpin Orde Baru”,merupakan tulisan2 jang tertjantum dalam hampir setiap spanduoek jgterpandang sangat banjak di Sultara.
  2. Atjara pertama dari Mapenget setelah Pd Presiden dan rombongan beristirahat adalah menjaksikan patjuan kuda, ditepian kota Menado.
  3. Rupanja rakjat jang mengetahui kesenangan Pak Harto tidak merasapuas kalau Pak Harto tidak mengundjungi dan menjaksikan patjuan kuda di Sultara, jang djuga merupakan salah satu hobby dari pada rakjat Sultara, dibidang olahraga. Beberapa matjam dan djenis kuda diikut sertakan dalam perlombaan.
  4. Melihat patjuan kuda itu memang tjukup mengerikan, bila kita melihat djoki2anja jang ketjil duduk diatas kuda2 besar dan duduk tanpa pelana. Selesai atjara patjuan kuda ini, rakjat Sultara menghadiahkan pada Pak Harto seekor kuda betina bernama “Putri Sulawesi Utara”
  5. Dari tempat Patjuan kuda, Pak Harto menerima massa Sultara dalamsebuah rapat umum, Pak Harto menerangkan segala sesuatu dari pada tugas2 jang harus dihadapi Kabinet Ampera dan djuga “penghormatanjang diberikan oleh Sdr2 kepada rakjat Indonesia lainnja, melalui kep. Negaranja”.

Malamnja Pak Harto memberikan briefing di DPR-GR dan sekaligus mendengarkan rentjana2 pembangunan di Sultara.

  1. Dalam kundjungan pada hari kedua di Sultara, Pak Harto mengundjungi Tomohon, Tondano dan Pelabuhan Bitung.

Dikota peladjan Tomohon, Pak Harto disambut meriah oleh seluruh masjarakat disini, termasuk banjak sekali pendeta Protestan dan Imam Katolik.

Djuga disediakan waktu utk. meletakkan karangan kembang diatas makam, pendeta Wenas jang banjak djasanja dalam bidang kerohanian.

  1. Dalam perdjalanan antara Tomohon dan Tondano selain terdapatspandoek2 “Pak Harto Penjelamat Pantjasila”, djuga terdapat spandoek jang berbunji ”Terima kasih jang sebesar2nja kepada Gubernur Brigdjen H. V. Worang atas usaha2nja melaksanakan program pembangunan di Sultara”. Poster atau spandoek sematjam ini, tentu sadja dapat dianggap kurang bidjaksana bahkan mengherankan, karena bagaimana mungkin Worang jang baru memegang djabatan Gubernur selama enam bulan, telah dapat membuktikan hasil kerdjaannja setjara positif. Rasanja sulit untukmasuk akal.
  2. Tugu Pahlawan Nasional di Tondano diresmikan pembukaannja oleh Kepala Negara.Setelah berbitjara didepan massa rakjat, Pak Harto mengenalkan menteri2-nja pada rakjat, jang diachiri dengan “achirnja Saja ingin memperkenalkan pembantu saja jang paling setia, jang mendapingi saja siang dan malam, isteri saja, Bu Harto.
  3. Dari Tondano setelah beristirahat dan makan siang dirumah Kep. Daerah di melandjutkan perdjalanan ke Bitung melalui Sawangan Tenggari-Airmadidi.Diluar dari atjara jang telah ditentukan, maka ketika sampai di Airmadidi, pengawal dari pada rombongan Kepala Negara. dibikin tak berdaja Oleh rakjat, jang “mentjegat dan mengepung” mobil jang ditumpangi Pak Harto.

Setelah puas dengn memberikan kalung kembang pada Pak Harto, maka rombongan dilepaskan oleh massa rakjat di Airmadidi.

Dan disetiap ketjamatan jang dilalui dalam perdjalanan ke Bitung itu, maka Pak Harto pasti akan disambut dengan upatjara adat. Tapi Perang “Tjakalele” tidak pemah ketinggalan.

  1. Di Bitung Pak Harto mendengarkan keterangan2 jg disampaikan olehOverste (L) Warow, sekitar pembangunan pelabuhan Bitung.

Djuga ditindjau tempat penangkapan ikan di Aertembaga, jang merupakah salah satu sumber daripada penghasilan rakjat ini.

  1. Pada hari terachir di Sultara. Pak Harto mengundjungi Gorontalo, dimana dia ditunggu dIm suatu rapat umum.

Bebarapa poster gelap jang berbunji “Bubarkan PNI” ketika dilihat para petugas segera diperintahkan untuk digulung kembali.

Apa sebab kami katakan poster gelap, karena bunji dari pada poster itu tidak mendapatkan idjin dari jang berwadjib dan hanja dipasang dengan tiba2, ketika Pak Harto akan berbitjara dalam rapat umum itu.

Dengan kundjungan ke Gorontalo itu, maka selesailah atjara kundjungan Pd Presiden ke Sulawesi.

  1. Apakah perdjalanan Pak Harto ini bisa dikatakan sukses? Hal itu tentuakan terpatung pada Follow-up, dari pada kundjungan Pak Harto. (DTS)

Sumber: KOMPAS (28/11/1967)

 

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku I (1965-1967), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 684-686.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.