MENJAMBUT HUT ABRI KE-23:
ABRI LAHIR DARI RAKJAT JANG BERDJUANG [1]
Oleh: A.M. CHANDRA
Djakarta, Sinar Harapan
Untuk ke-23 kalinja kita memperingati hari lahirnja Angkatan Bersendjata RI 5 Oktober 1968.
Ada baiknja dalam kita memperingati hari lahirnja ABRI kembali sedjarahnja dan kemudian kita soroti apa sebenarnja jg. dimaksud dengan Dwifungsi ABRI tsb. ABRI lahir bersamaan dengan lahirnja kemerdekaan bangsa dan tanah air.
Disaat2 bulan pertama kemerdekaan diproklamasikan, disaat2 itu pulalah lahir ABRI sebagai kebutuhan suatu negara jang memerlukan alat2 bersendjatanja.
Lahirnja ABRI dimulai dengan muntjulnja BKR (Badan Keamanan Rakjat) jang mempunjai tugas untuk menampung persoalan2 jang menjangkut HEIHO dan PETA.
Kemudian lahir TKR (Tentara Keamanan Rakjat), kemudian mendjadi meningkat Tentara Republik Indonesia dan achirnja sampai kepada bentuk serta nama TNI (Tentara Nasional Indonesia).
Kelahiran ABRI/TNI pada hakekatnja adalah dari rakjat jg. berdjuang, baik jang telah mendapat latihan kemiliteran maupun dari pedjuang2 jang dinamakan politikus2 pada waktu itu. Dan dengan demikian tersusunlah organisasi ketentaraan jang terdiri sebagai berikut:
Sebagai Kepala Staf Umum TKR: Urip Sumohardjo, sebagai Menteri Pertahanan ad interim Muhammad Surjohadikusumo dan sebagai Pemimpin Tertinggi TKR diangkat Suprijadi jang kemudian pada tanggal 18 Desember 1945 diganti oleh Djenderal Sudirman.
Ketjuali Pimpinan tsb. di atas diseluruh Indonesia telah pula dibentuk divisi2. Di Djawa terbentuk sebanjak 10 divisi, jaitu Divisi 1 jang meliputi Banten dan Bogor di bawah pimpinan Kolonel Kijuhi Semun, jang berkedudukan di Serang, Divisi IT jang meliputi daerah Djakarta Raya dan Tjirebon dibawah pimpinan Kolonel Sadikin jang berkedudukan di Linggardjati, Divisi III meliputi Priangan dibawah pimpinan Kolonel Arudji Kartawinata jang kemudian diganti oleh Kolonel A.H. Nasution, Divisi IV jang meliputi daerah Kedu dan Banjumas di bawah pimpinan Kolonel Sudirman berkedudukan di Purwokerto, kemudian diganti oleh Kolonel Sutirto, Divisi V meliputi daerah2 Pekalongan, Semarang dan Pati dipimpin oleh Kolonel Djatikusumo berkedudukan di Salatiga, Divisi VI (daerah Madiun dan Kediri) di bawah pimpinan Kolonel Sudiro berkedudukan di Kediri, Divisi VII meliputi daerah2 Bodjonegoro, Surabaja dan Madura dipimpin oleh Majdjen Jono Sewojo jang kemudian diganti oleh Kolonel Sungkono, berkedudukan di Modjokerto, Divisi VIII meliputi daerah2 Malang dan Besuki di bawah pimpinan Majdjen Sudjai berkedudukan di Malang, Divisi IX Istimewa untuk daerah Jogjakarta di bawah pimpinan Kolonel Sudarsono, Divisi X Istimewa untuk daerah Surakarta di bawah pimpinan Kolonel Sutarto.
Djuga untuk daerah Sumatra telah dibentuk divisi2 sedjumlah 6 buah dan bertindak sebagai Koordinator Dr. A.K. Gani, sebagai pimpinan Markas Besar Umum untuk daerah Sumatera Subardjo.
Keenam divisi tsb. Ialah daerah Sumatra Selatan bagian Selatan dan Barat dipimpin oleh Kolonel Simbolon jang kemudian diganti oleh Kolonel Bastian sebagai pimpinan Divisi I jang berkedudukan di Lahat, Divisi II untuk daerah Sumatera Selatan bagian Utara dan Timur serta Bangka/Belitung di bawah pimpinan Kolonel Hasan Kasim jang kemudian diganti oleh Kolonel Bambang Utojo berkedudukan di Palembang.
Divisi III meliputi daerah Sumatera Barat dan Riau dipimpin oleh Kolonel Dahlan Djambek berkedudukan di Bukit tinggi.
Divisi IV meliputi daerah Sumatera Timur dipimpin oleh Kolonel Achmad Tahir. jang kemudian diganti oleh Kolonel Hotman Sitompul berkedudukan di Medan & Pematangsiantar.
Divisi V untuk Atjeh dipimpin oleh Kolonel Sjamaun Gabaru jang kemudian diganti oleh Kolonel Husein Sjah. Divisi VI meliputi Tapanuli dan Nias dipimpin oleh Kolonel Muhanunaddin Gelar Sinartang jang berkedudukan di Sibolga.
Ketjuali di darat, djuga untuk laut tak ketinggalan telah dibentuk BKR Laut. BKR Laut Djawa Barat berkedudukan di Djakarta dipimpin oleh Adam, BKR Laut Djawa Tengah berkedudukan di Semarang dipimpin oleh Nazir.
BKR Laut Djawa Timur jang berbentuk kesatuan2 PAL, BKR Laut, MKR (Mariner dipimpin masing2 oleh Afandi, AR. Aris dan Atmadji, kesemuanja berkedudukan di Surabaja.
Pada tanggal 19 Djuli 1946 resmilah berdiri Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI).
Pada tanggal 9 April 1946 lahirlah dengan resmi pula Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI), jang sebelumnja bernama TRI bagian Perhubungan Udara di bawah pimpinan Kepala Stafnja S. Suryadarma Pada tanggal 5 Mei 1947 Tentara Republik Indonesia (TRI) resmi dirubah namanja mendjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Dengan demikian pula, maka TNI/AD, ALRI dan AURI berdiri dan diresmikan sebagai Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI), di mana pimpinannja dipertjajakan kepada Almarhum Djenderal Sudirman (panglima Besar TNI), mendjadi sekaligus Panglima Besar APRI.
Hari Angkatan Perang tgl. 5 Oktober 1945 adalah sebagai titik-tolak lahirnja ABRI, karena pada hari itu mulailah berdiri BKR jang kemudian mendjadi Tentara Keamanan Rakjat.
Sedjarah kelahiran ABRI adalah bersamaan dengan lahirnja kemerdekaan dan demokrasi. Pada inti dan pokoknja kelahiran ABRI sangat berlainan sekali dengan kelahiran kekuatan rniliter dari negara2 lain.
ABRI lahir dan dibesarkan dari dan oleh karena rakjatnja. Dan oleh karena itu pula tugas kaum militer di Indonesia sangat berlainan dengan kaum militer di negara2 lain. Ketjuali sebagai pengawal bangsa dan negara bersendjatakan bedil dan meriam.
ABRI djuga mempunjai sendjata mental dan ideologi, jaitu mental Pantjasila dan ideologi Pantjasila pula. Oleh karena itu pula ABRI mempunjai dwifungsi dan dwi-tugas. (DTS)
Sumber: SINAR HARAPAN (05/10/1968)
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku II (1968-1971), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 91-93.