MENKES SERUKAN DOKTER TURUT MANFAATKAN DOPB
Jakarta, Antara
Menteri Kesehatan dr. Suwardjono Suryaningrat Rabu mengakui, harga obat dewasa ini bergerak naik, karena itu ia menyerukan para dokter dan apotik turut aktif memanfaatkan Daftar Obat Program Bersama (DOPB ) untuk membantu masyarakat tidak mampu dalam berobat.
“Yang perlu dimotivasi tentang program obat murah ini adalah para dokter, supaya mereka mau memberikan resep obat murah kepada pasiennya,” kata menteri kepada wartawan setelah ia melapor kepada Presiden Soeharto di Cendana Jakarta, Rabu.
Ia menekankan, seharusnya setiap dokter bersedia memberikan resep obat murah, bukan mendahulukan obat yang ditawarkan detailman.
Kalangan apotik, menurut Menkes, juga perlu ditertibkan agar mau secara aktif menjual obat-obat murah (DOPB) kepada masyarakat. Namun atas pertanyaan pers ia mengatakan sampai sejauh ini belum ada apotik yang ditutup atau ditindak karena melanggar ketentuan rnenyangkut DOPB.
“Biasanya kalau sudah ditegur, mereka langsung memperbaiki diri. Cuma kalau sudah lama, mereka lupa lagi akan kewajibannya,” ujar Menkes.
Kepada masyarakat kesehatan ia mengingatkan bahwa pembangunan di bidang kesehatan mengandung banyak aspek sosial, di samping aspek ekonomi.
Dalam kaitan itu ia mengatakan, pemerintah bertekad dalam Repelita V nanti kaidah-kaidah hukum kedokteran benar-benar dimantapkan, sehingga setiap orang akan tahu hak dan kewajibannya di bidang kesehatan.
Anti-Kampanye
Kepada Presiden, Menkes melaporkan langkah-langkah Ianjut dari kampanye tentang rendahnya kadar kolesterol pada minyak kelapa sawit untuk menangkis kampanye perhimpunan penanam kedele di Amerika Serikat.
“Berdasarkan penelitian, minyak goreng dari kelapa sawit maupun kelapa biasa sama sekali tidak mengandung kolesterol tinggi,” tegasnya. Ia mengingatkan pula, kolesterol bukan satu-satunya penyebab penyakit jantung.
Menkes menilai, kampanye di AS itu semata-mata bermotif persaingan dagang antara minyak kedele dengan minyak nabati lain termasuk minyak kelapa. Menurut keterangan yang diperoleh Depkes, minyak kedele hanya berperan delapan persen dan minyak sawit/kelapa mencapai 63 persen dari total pemasaran minyak makan di AS.
Persaingan dagang serupa pemah pula terjadi antara rokok putih dengan rokok kretek yang mulai dikenal masyarakat AS. Begitu ada seorang pecandu rokok krete meninggal, langsung dikampanyekan sebagai akibat mengisap rokok kretek.
“Belakangan ini isyu kesehatan sering ditunggangi untuk kepentingan dagang. Karena itu kita harus waspada,” demikian Menkes.
Ia mengungkapkan, anti-kampanye tentang minyak sawit itu akan dilakukan Indonesia bersama Malaysia dan Filipina yang juga merupakan produsen besar minyak kelapa.
Di dalam negeri, upaya penyebarluasan informasi tentang amannya minyak sawit itu akan dilakukan instansi pemerintah bersama swasta produsen.
Sumber: ANTARA (22/07/1987)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IX (1987), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 707-708