MENLU RI ALATAS: RENCANA AS TUTUP KANTOR PLO

MENLU RI ALATAS: RENCANA AS TUTUP KANTOR PLO

Jakarta, Antara

Indonesia menganggap rencana Amerika Serikat untuk menutup kantor perwakilan PLO di PBB New York sebagai “tindakan keliru”

Indonesia mengharapkan agar negara adikuasa itu mentaati perjanjian internasional yang memuat ketentuan memberi kebebasan kepada seluruh anggota PBB mendirikan kantor perwakilan di New York.

Menteri Luar Negeri Ali Alatas SH dalam konferensi pers pertamanya di Jakarta Kamis dengan tegas mengatakan Indonesia bersama masyarakat internasional lainnya, kecuali Israel, sepenuhnya menghargai perjanjian internasional menyangkut etika sebagai tuan rumah markas besar PBB itu.

Perjanjian internasional dimanapun harus diakui memiliki kekuatan lebih dari ketentuan nasional, katanya, kecuali di Amerika Serikat, dimana ketentuan nasional dapat “menerabas” ketentuan internasional.

Inilah salah satu sebab yang menimbulkan adanya rencana penutupan tersebut, yang dengan kata lain, kepentingan nasional lebih utama dari sekedar ketentuan­ketentuan internasional.

Namun, dalam hal ini, Ali Alatas juga dapat mengerti bagaimana rikuhnya pemerintah AS sebagai lembaga eksekutif yang harus menjalankan keputusan Kongres sebagai lembaga legislative yang memutuskan untuk menutup kantor perwakilan PLO itu.

“Saya tahu” kata Ali yang baru mengakhiri jabatannya sebagai Kepala Perwakilan Tetap RI untuk PBB di New York ini, bahwa “kalangan eksekutif Amerika Serikat tidak senang dengan rencana penutupan kantor PLO itu” karena mereka sadar bahwa kalau rencana itu direalisasi berarti AS melawan ketentuan internasional.

Inilah yang menjadi dilemma pemerintah AS saat ini. Di satu pihak pemerintah tidak senang dengan keputusan Kongres tentang rencana itu, sementara di lain pihak sebagai eksekutif ia harus melaksanakan keputusan Kongres, demikian Ali Alatas, yang dalam jumpa pers itu didampingi mantan Menlu Prof. DR. Mochtar Kusumaatmadja SH.

Dalam jumpa pers itu, Ali Alatas banyak mengungkapkan hasil perundingan segitiga antara dia, utusan Portugal dan Sekjen PBB terutama menyangkut pemulangan orang Timtim dari Portugal ke Indonesia dan sebaliknya.

Banyak yang sudah dipulangkan ke Timtim, terutama dari kelompok Apodeti, kelompok kecil di Timtim yang dianggap Portugal sebagai pemberontak ketika Timtim masih dalam penjajahan negara itu.

Sebaliknya, banyak juga pegawai negeri Portugal di Timtim yang sudah dipulangkan ke Portugal dan mereka adalah orang-orang yang dipilih oleh Portugal, bukan dipilih oleh Indonesia, kata Ali Alatas.

Pembahasan mengenai masalah ini, katanya, hampir tuntas. Ketika Timtim masih dijajah Portugal, banyak orang Apoditi yang ditahan, dipenjarakan dan dibuang ke daerah lain di wilayah kekuasaan Portugal dan setelah Timtim berintegrasi dengan Indonesia tahun 1976, “mereka merasa telah merdeka dan ingin pulang ke tanah airnya, Indonesia,” kata diplomat ulung itu.

Ali Alatas, mendapat sambutan hangat dari berbagai kalangan, terutama dari jajaran Deplu, atas pengangkatannya sebagai Menteri Luar Negeri karena merupakan “orang dalam” sendiri.

Pengangkatan Ali sebagai Menlu dianggap oleh kalangan Deplu sebagai penghargaan dan kehormatan khusus yang diberikan oleh Presiden Soeharto kepada Deplu.

Jakarta, ANTARA

Sumber : ANTARA (24/03/1988)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku X (1988), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 88-89.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.