MENPEN: MURAHNYA PRODUK RRC TIDAK TANGGUNG­TANGGUNG

MENPEN: MURAHNYA PRODUK RRC TIDAK TANGGUNG­TANGGUNG

 

 

Jakarta, Suara Karya

Indonesia tertarik mempelajari kemungkinan investasi patungan dengan Republik Rakyat Cina (RRC) memproduksi alat-alat komunikasi massa. Negara itu selain mampu menerapkan teknologi mutakhir, juga dapat menjual produknya dengan harga sangat murah.

Menpen Harmoko mengemukakan hal tersebut setelah melaporkan hasil kunjungannya ke RRC kepada Presiden Soeharto, Senin, di kediaman jalan Cendana.

Presiden setelah menerima laporan itu melihat kemungkinan kerjasama untuk memproduksi peralatan elektronik secara efisien perlu dijajaki.

Menurut Menpen , dari hasil kunjungannya ke RRC diketahui negara itu memproduksi peralatan elektronik seperti stasiun relay, proyektor film, pemancar transmisi, televisi dan radio dengan harga lebih murah dan kualitasnva cukup bagus. Lebih murahnya tidak tanggung-tanggung, sampai separuh atau sepertiga dari produksi negara lain. “Hal-hal demikian tentu akan dipelajari dalam kerja sama yang dilakukan. Apakah dikembangkan dengan carajoint seperti mendirikan pabrik di Indonesia dan hasilnya untuk ekspor. Ini tentu urusan Departemen Perdagangan dan Departemen Perindustrian,” katanya.

Menpen juga melaporkan bahwa kedua negara sepakat menggalakkan kerja sama di bidang penerangan. Bulan ini, RRC membuka kantor beritanya Hsin Hua di Jakarta dan LKBN Antara juga akan membuka kantorya di Beijing. “Mulai November. XinHua dengan satu wartawan akan beroperasi di sini. Sebaliknya, Antara juga membuka kantor perwakilan di Beijing dengan menempatkan satu korespondennya,” kata Menpen.

Kerja sama XinHua dan Antara itu penting untuk memperluas penyebaran informasi antara kedua pihak di dunia. KB Xin Hua selama ini luas jangkauannya ke masyarakat internasional, karena menyelenggarakan siarannya dalam enam bahasa yaitu Cina, Inggris, Prancis, Spanyol, Arab dan Rusia.

Saling membuka perwakilan kantor berita itu merupakan bagian penting dari hasil lawatan resmi Menpen Hannoko ke RRC bulan lalu. Materi kesepakatan itu dituangkan dalam Memorandum of understanding (MOU) yang akan ditandatangani saat Menteri Radio, Televisi dan Film RRC berkunjung ke sini dalam waktu dekat.

Penandatanganan MOU itu penting bagi peningkatan keija sama media massa antara kedua negara. Hal itu diyakini akan lebih memperkokoh hubungan kedua negara. Kedua pihak nantinya, kata Harmoko, juga akan melakukan pertukaran personil media elektronika dan pertukaran wartawan. Misalnya, akan digalakkan kerja sama antara RRI dan Radio Cina, sebab RRI juga melakukan siaran dalam bahasa Mandarin. Sebaliknya Radio Cina juga menyiarkan dengan bahasa Indonesia. “Saling kunjungan kewartawanan antara kedua negara tidak ada masalah,” Harmoko menegaskan.

Kepada Kepala Negara juga dilaporkan pengembangan operasionalisasi informasi khususny a di daerah pedesaan. Untuk itu pengembangan koran masuk desa (KMD) dilaporkan, sesuai dengan lingkat kualilas dan kuantitasnya sekarang sudah mencapai kepada pelipatgandaan yang dikaitkan dengan ekonomi pedesaan, dan ternyata masyarakat pedesaan mampu mengembangkan KMD.

Di samping itu, informasi pedesaan dikemas melalui siaran-siaran elektronika, khususnya RRI. Karena sifatnya sudah mencakup pendekatan budaya, pengembangan media tradisional baik yang mencakup media tradisional yang ada di Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya serta daerah lainnya akan menjadi porsi utama dalam mengembangkan operasionalisasi siaran pedesaan untuk mendukung setidaknya fungsi mendidik, mencerdaskan dan memberi hiburan yang sehat. Contohnya, sekarang stasiun RRI setiap malam Minggu harus menyiarkan secara hidup (live) pertunjukan tradisional, seperti wayang kulit di Jateng, juga Surabaya.

Bahkan di Semarang, di auditoriumnya untuk siaran hidup dilakukan enam kali sebulan dengan mengembangkan Wayang Orang “Ngesti Pandowo” Kemudian di Palembang, Banjarmasin atau Jawa Barat dan Bali juga ada wayang yang akan dikembangkan sebagai siaran hidup. Di samping itu juga tmtuk mengembangkan seniman-seniman tradisional dan regenerasi. Yang lebih positif di Jawa Timur karena untuk satu tahun (52 minggu) sudah antri untukmengemas produk-produk “live”

Dilaporkan kepada Kepala Negara bahwa hal itu harus ada keterpadu an dalam membina kesenian dan media tradisional itu. Untuk itu diharapkan adanya bapak angkat.

Sehubungan dengan itu, Presiden menggaris bawahi agar perusahaan-perusahaan yang mampu menjadi bapak angkat untuk permulaan pertunjukan dan media tradisional. Hal itu penting, untuk mengembangkan mutu budaya dan seni bangsa Indonesia, juga media yang mengemban pendidikan. Setelah itu agar dikembangkan secara mandiri.

 

 

Sumber : SUARA KARYA (05/11/1991)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIII (1991), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 646-647.

 

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.