MENPEN PADA SIDANG KABINET TERBATAS EKUIN

MENPEN PADA SIDANG KABINET TERBATAS EKUIN

 

 

 

Jakarta, Antara

Laju inflasi di Indonesia dalam periode Januari sampai Juni 1987 tercatat 3,78 persen, berarti meningkat jika dibanding periode sama tahun lalu yang mencatat 3,13 persen, kata Menpen. Dalam penjelasannya kepada wartawan tentang basil sidang kabinet terbatas bidang Ekuin yang dipimpin Presiden Soeharto di Bina Graha Jakarta. Harmoko mengungkapkan laju inflasi dalam bulan Juni 1987 tercatat 0,31 persen.

Laju inflasi bulan itu disebabkan oleh kenaikan indeks harga konsumen kelompok makanan 0,37 persen, perumahan 0,38 persen, kelompok sandang 0,29 persen serta kelompok aneka barang dan jasa 0,17 persen. Laju inflasi menurut tahun anggaran yaitu April sampai Juni tercatat 2,25 persen, berarti meningkat dibanding periode sama tahun lalu yaitu 1,60 persen.

Dalam sidang yang berlangsung hampir tiga jam itu dilaporkan pula jumlah uang beredar dalam Mei 1987 sebanyak Rp 12.190 milyar. Neraca perdagangan Indonesia dalam April 1987 dilaporkan mengalami surplus 135,6 juta dollar AS, berasal dari perbandingan nilai ekspor 1.089,4 juta dollar AS dan nilai impor 953,8 juta dollar AS dalam bulan tsb. Menteri Perindustrian Ir Hartarto dalam sidang itu melaporkan pengadaan barang-barang strategis seperti semen, besi baja, pupuk dan sebagainya yang pada umurnnya dalarn keadaan cukup.

Ia juga melaporkan ekspor perdana produk industri perkapalan Indonesia berupa sebuah produksi PT Kodja (persero milik negara) ke Malaysia berdasarkan kontrak bernilai 1,175 juta dollar AS.

Menteri Pertanian Achmad Affandi dalam sidang yang juga dihadiri Wapres Umar Wirahadikusumah itu melaporkan perkembangan terakhir Gerakan Operasi Khusus Jalur Pantura, upaya peningkatan produksi padi dengan cara intensiflkasi lebih ketat, yang sudah mencapai luas tanaman 192.375 hektar atau 83 persen dari rencana. Benih padi yang ditanam pada area jalur pantura umumnya (67 persen) jenis varietas Cisadane.

Serangan hama penyakit pada tanaman padi dewasa ini yaitu wereng coklat menyerang 408 hektar, berarti menurun dibanding serangan tahun lalu yang mencapai 1.437 hektar. Virus Tungro menyerang 343 hektar, menyusut dibanding serangan tahun lalu yang mencapai 690 hektar.

Serangan tikus meningkat menjadi 4.505 hektar dibanding 3.494 hektar. Peningkatan produksi gula nasional tahun ini dan tahun-tahun berikutnya dengan sasaran tingkat produksi gula mencapai 2,46 juta ton tahun 1988. Upaya tersebut selain dilakukan dengan jalan meningkatkan produktifitas tanaman tebu perhektar juga melalui rehabilitasi pabrik-pabrik gula.

Di bidang peternakan dilaporkan rencana ekspor ternak babi dari Pulau Bulan (Kepulauan Riau) mulai Agustus atau September mendatang dalam jumlah 200 sampai 250 ekor per minggu.

Tahun 1988 ekspor babi itu diharapkan meningkat dua kali lipat sehingga pada akhir tahun jumlahnya mencapai sekitar 70.000 ekor dan tahun-tahun selanjutnya terns akan ditingkatkan sehingga mencapai kapasitas ekspor setengah juta ekor babi setahun.

Menpen Harmoko mengungkapkan area tanaman padi yang terkena bencana banjir seluas 1.160 hektar dan tanaman palawija 355 hektar di berbagai daerah. Bencana kekeringan yang melanda sebagian NTB dan NTT menimpa 5.467 hektar tanaman padi dan 2.173 hektar palawija. (LS)

 

 

Sumber: ANTARA (01/07/1987)

 

 

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IX (1987), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 478-479.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.