MENPERIND KENAIKAN HARGA MINYAK PELUMAS
Jakarta, Antara
Menteri Perindustrian Hartarto menegaskan, kenaikan harga minyak pelumas tidak banyak mempengaruhi ongkos produksi barang-barang industri, sehingga kenaikan komponen pelumas dapat diserap oleh mekanisme harga yang berlaku sekarang.
“Biaya komponen pelumas dalam ongkos produksi industri sangat kecil, barangkali rata-rata hanya satu persen,” kata Menteri kepada Presiden Soeharto di kediaman Jalan Cendana, Jakarta.
Pertengahan Mei 1987 harga berbagai jenis minyak pelumas produksi Pertamina dinaikkan rata-rata 100 persen. Kenaikan itu mendesak karena sudah tiga tahun ini pelumas Pertamina bertahan harganya meskipun berbagai perkembangan terjadi, termasuk dua kali devaluasi Menteri perindustrian menekankan, perlunya dilakukan pengawasan lebih terpadu antar instansi bersangkutan “Tim pemberantasan penyelundupan harus diaktifkan lebih ketat,” Kepada Presiden, Hartarto melaporkan hasil penataan kembali (restrukturisasi) dan pengembangan lima jenis industri, yaitu semen, kaca lembaran, pulp dan kertas, ban dll Kapasitas terpasang industri semen dalam negeri tahun 1986 naik menjadi 17.175.000 ton/tahun dibanding 11,7 juta ton di tahun 1983.
“Ekspornya, kata Hartarto, tahun 1986 tercatat 1.741.000 ton bernilai 41,5 juta dolar AS atau meningkat rata-rata 156persen setahun dibanding keadaan tahun 1983 yang mencatat ekspor 203.000 ton senilai 7,3 juta dolar.”
Dalam tahun ini ekspor semen Indonesia diharapkan meningkat menjadi 2,1 juta ton atau senilai 50 juta dolar,kata Menteri.
Restrukturisasi pabrik-pabrik semen antara lain dilakukan dengan mengganti penggunaan bahan bakar minyak ke batubara. “Sekarang hanya dua pabrik yang masih menggunakan bahan bakar gas alam, yaitu PT Semen Cibinong dan PT Semen Cirebon,” kata Hartarto.
Kapasitas terpasang industri kaca lembaran, kata Menteri, tahun 1987 tercatat 398.120 ton/tahun dari tiga pabrik. Ini berarti meningkat dibanding tahun 1983 yang hanya 145.000 ton dari satu pabrik.
Ekspor kaca Indonesia tahun 1983 berjumlah 1.300 ton bernilai 499.000 dolar AS. Tahun 1986 meningkat menjadi 15.760 ton bernilai 4.070.000 dolar atau ratarata naik 238 persen setahun.
Perlindungan terhadap industri kaca lembaran diberikan berupa sistem tarif sebesar 60 persen, demikian Hartarto.
Kapasitas industri ban kendaraan bermotor roda empat dalam tahun 1986 menjadi 6,79 juta ban dengan produksi 4.935.000 ban setahun. lni berarti meningkat dibanding keadaan tahun 1983 yang mericatat 5.927.000 ban dengan produksi 3,67 juta ban.
Sedang untuk kendaraan bermotor roda dua kapasitas tahun 1986 tercatat 3,96 juta dengan produksi 4,93 juta ban, meningkat dibanding keadaan tahun 1983 yang hanya berkapasitas 2,89 juta ban Ekspomya tahun 1986 mencatat nilai 11,24 juta dolar AS dibanding 840 ribu dolar tahun 1983 atau rata-rata meningkat 412,7 persen setahun. “Tahun ini direncanakan ekspor senilai 25,7 juta dolar.”
Di bidang industri kertas, Menteri mengungkapkan, kapasitasnya meningkat dari 575.700 ton tahun 1983 menjadi 1.011.500 ton tahun 1986. Sedang nilai ekspomya meningkat dari 5.649.000 dolar AS menjadi 29.663.000 dolar atau meningkat rata rata 141,7 persen setahun. Ekspor urea tahun 1986 berjurnlah 1,5 juta ton dengan nilai 124 juta dolar, meningkat dibanding 317.000 ton bernilai 38,14 juta dolar tahun 1983. (LS)
Sumber: ANTARA (26/05/1987)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IX (1987), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 458-459.