MENPORA EKSPONEN 66 DIGILAS SEJARAH

MENPORA EKSPONEN 66 DIGILAS SEJARAH

Jakarta, Antara

Eksponen 66 yang tidak konsisten lagi dengan jiwa dan semangat 66, yaitu menegakkan Pancasila dan UUD ’45, pada akhimya akan “tergilas” oleh sejarah.

Dalam upaya menjamin konsistensi itulah para eksponen 66 sudah membentuk Badan Pelestarian Jiwa dan Semangat 66, demikian dikemukakan Menpora Abdul Gafur kepada wartawan selesai diterima Presiden Soeharto di Bina Graha hari Senin, ketika dimintai komentarnya selaku salah seorang eksponen 66 atas pesan Presiden pada puncak peringatan 22 tahun Tritura.

Kepala Negara dalam pidato tertulisnya pada puncak peringatan Tritura di Balai Sidang Senayan hari Minggu menekankan perlunya bagi eksponen 66 untuk waspada terhadap ancaman terbesar Pancasila, yang justeru datang dari diri masing-masing.

Menurut Presiden ancaman itu perlu ditekankan mengingat para pencetus Tritura kini banyak yang menduduki posisi penting di masyarakat, sementara masyarakat dan generasi muda dewasa ini dapat menilai secara kritis apakah perkataan dan perbuatan mereka tetap konsisten dengan yang diperjuangkan 22 tahun lalu.

Sebagai salah satu eksponen yang kini menjabat menteri, Gafur sendiri mengingatkan kepada eksponen 66 lainnya yang kini memiliki kesempatan di dalam pengabdian, baik secara formal maupun nonformal, untuk tetap konsisten dan konsekuen pada perjuangan Orde Baru.

“Karena, baik perjuangan Orde Baru maupun perjuangan Eksponen 66 itu jiwa dan semangatnya sama, yaitu melaksanakan Pancasila dan UUD ’45 secara murni dan konsekuen,” katanya.

Menurut Gafur, amanat tertulis Presiden Soeharto yang disampaikan dalam acara puncak Peringatan Tritura Ke-22 di Balai Sidang Senayan, Minggu, juga jelas menyiratkan bahwa apabila nanti ada diantara Eksponen 66 yang justru tidak konsekuen dengan Pancasila dan UUD ’45, akan digilas oleh sejarah.

Ketika dimintai komentar tentang adanya suara-suara di lingkungan eksponen 66 yang tidak setuju dengan pelembagaan semangat 66, Gafur menyatakan bahwa itu hanya pendapat satu dua orang yang terjadi akibat kurang informasi dan salah paham.

Buku Pak Harto

Selain lapor tentang selesainya peringatan 22 tahun Tritura, Gafur diterima Presiden juga untuk mendampingi para pengurus KNPI dan melaporkan mengenai selesainya penulisan buku “Pak Harto, Pandangan dan Harapannya”.

Buku tersebut merupakan karya Abdul Gafur yang ditulis selama setahun dan bahannya dikumpulkan selama kurun waktu 10 tahun. Buku setebal 561 halaman itu dibagi atas tiga bagian, dan untuk tahap pertama dicetak sejumlah 7000 eksemplar.

Referensi utama adalah bahan pidato Presiden seperti kenegaraan sejak tahun 1967, pidato di depan pemuda, seperti di perguruan tinggi, Pramuka serta organisasi kepemudaan.

Selain itu bahan referensi juga diperoleh melalui guntingan pers, wawancara dengan keluarga maupun orang terdekat Pak Harto. Buku juga dilengkapi dengan 116 foto yang diperoleh dari berbagai sumber serta koleksi pribadi.

Jakarta, ANTARA

Sumber : ANTARA (11/01/1988)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku X (1988), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 8-9.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.