MENPORA: KUNJUNGAN KE RRC BERMANFAAT BAGI SDM OLAHRAGA[1]
Beijing, Antara
Menteri Negara Pemuda dan Olahraga, Hayono Isman, menyatakan, kunjungannya ke Republik Rakyat Cina (RRC) sangat bermanfaat bagi pencarian, pembinaan, dan pengembangan sumber daya manusia (SDM) di bidang olahraga di Menpora mengatakan hal ini di Beijing, Sabtu, sebelum meninggalk:an negara tirai bambu ini, mengulangi pernyataan malam sebelumnya, setelah mendengar dan berdiskusi dengan jajaran Kantor Menpora, KONI dan pimpinan cabang olahraga yang menyertainya.
Selama empat hari, rombongan Menpora ini melakukan kunjungan ke beberapa sekolah olahraga di kota Beijing sampai ke Universitas Pendidikan Jasmani Beijing, juga melihat latihan intensif pada anak-anak sekolah mulai dari yang berusia 3,5 hingga lima tahun sampai kepada yang telah menjadi atlet nasional.
Selain memperoleh keterangan dari Menteri Olahraga RRC, Wu Shaozu, Menpora dan rombongan juga mendapat berbagai masukan tentang pencarian bibit, pembinaan dan pengembangan atlet RRC mulai dari anak-anak (taman kanak-kanak ) di desa sampai ke tingkat distrik, propinsi, dan nasional. Hasil yang diperoleh selama kunjungan ini didiskusikan lebih mendalam agar bisa disusun suatu konsep kerjasama (MOU/nota persepahaman) bidang olahraga yang diharapkan dapat ditandatangani kedua menteri dengan disaksikan kepala negara masing-masing di Jakarta, pertengahan November 1994.
Amanat GBHN
Terhadap kekhawatiran sementara kalangan yang mempertanyakan “mengapa harus meninjau ke RRC”, Menpora mengatakan bahwa kunjungan ini tidak lepas dari amanat GBHN untuk mempertahankan tingkat prestasi yang telah dicapai.
Berdasarkan amanat GBHN itu maka Mandataris (Presiden Soeharto-Red.) mengatakan kepada Menpora untuk belajar metoda yang dipakai RRC dengan membina atlet sejak dini.
Hayono juga mengatakan, “Kita juga tahu dan sadar bahwa negara yang kita kunjungi adalah negara yang berpaham komunis .Tapi tentu saja, kita mempelajari metode mereka, dan membina atlet Indonesia dengan tidak meninggalkan nilai-nilai yang ada di negara kita”. Ada satu hal yang tak boleh dilupakan ialah mereka maju cukup pesat di bidang ekonomi, dan justru sudah keluar dari sistem ekonomi mereka sendiri, dan masuk ke sistem pasar.
Justru dengan ekonomi pasar, dan meninggalkan sistem ekonomi komunis, RRC menjadi maju .Dari kemajuan itu, mereka membina olahraga sampai mampu naik ke taraf dunia.
“Jadi apa yang dicapai RRC di Hirosima bukan karena komunis,”kata Menpora. Jika dilihat lebih jauh lagi, kata Hayono ternyata Indonesia mengalami kemajuan ekonomi yang cukup pesat. Sistem pembinaan olahraga antara lain dengan ada sembilan sekolah olahraga di Indonesia – dan konsep pencarian dan pengembangannya sudah dimiliki Indonesia.
“Pertanyaannya, mengapa kita dengan sistem konsep pencarian bibit, dan kerangka kerja yang lain di bidang olahraga tidak bisa maju?” kata Menteri. Untuk itu, Indonesia perlu mengoptimalkan dulu apa yang dimiliki, KONI bisa kerja dengan optimal, Kantor Menpora juga demikian, dan apa yang harus diperbuat Depdikbud sudah betul, tinggal meningkatkan koordinasi, kata Menteri. Terhadap kemungkinan pembinaan olahraga dalam satu tangan seperti di RRC, Menpora menegaskan, “tidak perlu “.
Semua yang ada sudah baik tinggal mengoptimalkan fungsi masing-masing dalam suatu koordinasi yang baik. “Saya bisa kerjasama dengan siapa saja,” demikian Menpora. (L.RU-01/PU-27 /0K-05/ 6/11/94 23:51/DN .01)
Sumber : ANTARA(06/ll/1994)
____________________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVI (1994), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 687-689.