MENTAN PENGURANGAN SAWAH PELITA IV 38 900 HA
Jakarta, Antara
Pengurangan area sawah di Pulau Jawa dalam Repelita IV rata-rata mencapai 38.900 hektar pertahun akibat penggunaan tanah untuk industri dan pemukiman, kata Menteri Pertanian Achmad Affandi Senin.
Ia menjelaskan tingkat pengurangan area sawah dalam Repelita IV itu meningkat dibanding dasawarsa 1970-1980 yang berjumlah 141.000 hektar atau rata-rata 14.100 hektar per tahun terdiri atas sawah berpengairan teknis, semi teknis maupun berpengairan sederhana.
“Mengerikan ya”, kata Affandi kepada wartawan setelah melapor kepada Presiden Soeharto di Jalan Cendana Jakarta.
Namun Affandi tetap optimis produk si beras dalam tahun 1987 meningkat dibanding tahun lalu karena pengurangan area tersebut dapat diimbangi dengan peningkatan produktivitas per hektar.
Dalam tabel yang dibagikan kepada wartawan, tercantum bahwa luas panen di Indonesia dalam tahun 1987 diproyeksikan 9.859.000 hektar atau turun 0,12 persen dibanding realisasi tahun 1986.
Itu terdiri dari luas panen di Jawa 5.183.000 hektar (turun 1,6 persen) dan di luar Jawa 4.676.000 hektar (meningkat 1,56 persen dibanding realisasi tahun 1986).
Tingkat produktivitas rata-rata per hektar sawah dalam tahun 1987 diproyeksikan 27,74 kwintal beras atau meningkat 2,51 persen dibanding realisasi tahun 1986.
Produktivitas di Jawa saja diharapkan mencapai 32,35 kwintal/ha atau naik 2,7 persen, sedang di luar Jawa 22,63 kwintal/ha atau meningkat tiga persen.
Produksi beras di Indonesia dalam tahun 1987 diproyeksikan mencapai 27.348.000 ton, berarti meningkat 2,4 persen dibanding realisasi tahun 1986. Produksi di Jawa saja diproyeksikan 16.766.000 ton atau naik 1,05 persen, sedang di luar Jawa 10.582.000 ton atau naik 4,62 persen dibanding realisasi tahun 1986.
Keuntungan BUMN
Dalam kesempatan itu Affandi juga menjelaskan masalah keuntungan badanbadan usaha milik negara (BUMN) di lingkungan Departemen Pertanian. Secara keseluruhan, kata Menteri, diperoleh keuntungan Rp 152,79 miliar.
Keuntungan BUMN-BUMN itu terutama meningkat dalam tiga bulan terakhir tahun 1986, setelah pemerintah mendevaluasikan rupiah terhadap dolar AS.
”Tapi sampai sekarang masih ada BUMN yang rugi, misalnya yang bergerak ditanaman tembakau dan sebagian besar PIP gula yang terlibat dalam utang,” katanya.
Jumlah BUMN di lingkungan Deptan 23 buah, terdiri atas 14 yang berusaha dibidang perkebunan, dua dibidang tanaman pangan, enam di perikanan dan satu di peternakan.
Dari 17 PTP gula hanya tiga yang untung. PT Pertani dan Sang Hyang Seri yang selama ini rugi, sekarang sudah memperoleh keuntungan Rp 3,47 miliar, ungkap Affandi.
Sumber: ANTARA (12/01/1987)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IX (1987), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 811-812