MEREKA BAGAI TAK BERMASA DEPAN [1]
Jakarta, Media Indonesia
BERBICARA dengan Ny. Halimah Bambang Trihatmodjo yang ramah, tetapi selalu topoint ini sebenarnya gampang-gampang susah. Kenapa? Karena ia lebih suka berbicara tentang masalah-masalah yang menyangkut kegiatan sosial, daripada harus bicara ngalor-ngidul mengenai problem politik. Apalagi jika diajak bicara tentang kehidupan pribadinya. Bahkan ia pun selalu dengan bijak menolak, bila berbicara tentang orang lain.
“Saya ini Ibu rumah tangga murni, jadi yang saya tahu adalah soal kerumah tanggaan saya sendiri,” katanya. Satu saat ketika ia berkunjung ke kantor Media Indonesia untuk melihat sendiri bagaimana caranya koran itu digodok sampai hadir ke tengah-tengah masyarakat.
Meskipun ia selalu mengelak untuk berbicara tentang dirinya, namun sebagai Ketua Yayasan Tiara Putra, sebuah yayasan yang bergerak dibidang sosial, Ny. Halimah yang biasa dipanggil Baby tak urung menyediakan waktu untuk Media, sehingga terjadi tanya jawab seperti di bawah ini.
Tanya: Apa yang mendorong Anda sehingga melibatkan Tiara Putra dalam kegiatan Hari Anak Nasional, padahal kami tahu biaya untuk melaksanakan Gelar Nusantara Anak Indonesia (Gelantara 92) yang Anda ketahui tidaklah kecil?
Jawab: Wah, ceritanya bisa panjang. Yang jelas, setelah pemerintah melihat apa yang dilaksanakan Tiara Putra tahun lalu dalam rangka Hari Anak Nasional dinilai sukses, pada kami diharapkan lagi bisa menyemarakkan Hari Anak Nasional tahun ini. Ide dari berbagai teman-teman lantas mengilhami, untuk melaksanakan Gelantara 92.
Tanya: Gelantara 92 ini jelas kerja besar. Apalagi dari acara yang dapat kami baca diketahui, Anda mengundang ratusan anak-anak dari berbagai penjuru tanah air, bahkan diutamakan dari daerah terpencil, apakah untuk maksud tersebut Anda harus mengerahkan banyak tenaga dan biaya yang besar?
Jawab: Jika hanya melihat acara yang akan disuguhkan, memang bisa berasumsi demikian. Tetapi seperti kebiasaan yang dilakukan oleh Tiara Putra selama ini, pekerjaan melaksanakan Gelantara 92 ini, ya dikerjakan oleh ibu-ibu dibantu oleh beberapa orang bapak dengan sukarela, karena tujuan dari Gelantara 92 adalah untuk kepentingan anak-anak. Saya kira siapa pun yang mempunyai anak, pasti akan terkesan dan tertarik untuk ikut ambil bagian dalam menyukseskan Gelantara. Demikian juga dengan biayanya. Ya, Jika mau diukur dengan materi, jelas besar. Tetapi kami mendapat bantuan dan sumbangan sepenuhnya dari semua pihak, sehingga dalam melaksanakan acara anak-anak ke TMII, Kebun Raya, Taman Safari, Dunia Fantasi sampai pada acara puncak, kami yakin dapat terlaksana dengan baik karena adanya bantuan sukarela dan donatur.
Anak Cacat
Tanya: Apa saja Gelantara 92 itu, karena dari apa yang kami catat kegiatannya cukup padat, apalagi Anda juga mendatangkan anak-anak cacat dari berbagai daerah.
Jawab: Memang acaranya cukup padat dan sekitar 50 anak cacat diikutsertakan. Anak-anak tersebut datang ke Jakarta dengan didampingi oleh para pendamping masing-masing. Disini tersedia acara yang menarik untuk mereka, seperti darmawisata ke beberapa tempat yang selama ini hanya mereka kenai melalui televisi atau cerita cerita orang saja. Lebih dari itu anak-anak ini juga akan dipertemukan dengan beberapa tokoh negara, di antaranya Menteri Sosial, Menko Kesra, menghadiri Malam Anak Indonesia sebagai puncak Acara Anak Nasional dan lain-lain. Juga mereka bisa berdialog dengan berbagai tokoh berprofesi yang mungkin selama ini asing bagi mereka. misalnya profesi wartawan.
Tanya: Sebagai pertanyaan terakhir, apa yang mendorong Anda untuk terjun ke bidang sosial, terutama dalam pendidikan anak-anak ini?
Jawab: Saya sering berkeliling tanah air. Di berbagai daerah saya menemui, betapa anak-anak kita itu yang tidak tahu masa depannya. Sungguh memprihatinkan. Keadaan inilah yang menyentak benak saya, sehingga dengan mendatangkan mereka di Jakarta, setidak-tidaknya kelak mereka tahu, bahwa sebagai anak bangsa, masa depan mereka pun sama dengan anak-anak lainnya. Mudah-mudahan setelah kembali ke daerahnya masing-masing nanti, mereka dapat melihat masa depan mereka yang sebenarnya tidak suram sebagaimana selama ini mereka gambarkan. (Eel)
Sumber: MEDIA INDONESIA(l6 /07/1992)
________________________________________________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIV (1992), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 808-810.