MUTU ANGKATAN KERJA BELUM MEMADAI UNTUK TINGGAL LANDAS[1]
Denpasar, Antara
Pengamat ekonomi nasional yang juga anggota DPR RI dari PPP Sri Bintang Pamungkas berpendapat bahwa pada Pelita VI mendatang yang merupakan saat tinggal landas, kondisi dan mutu sumber daya manusia yang masuk dalam angkatan kerja masih belum memadai.
Sri Bintang dalam dialog dengan sedikitnya 50 generasi muda Islam di gedung Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bali di Denpasar, Jumat malam menegaskan bahwa sumber daya manusia di Indonesia yang masuk angkatan kerja sekarang ini mendekati angka 140 juta orang dan 80 persen hanya sampai sekolah dasar.
Komposisi lengkapnya adalah 42 juta tidak pernah sekolah, 45 juta tidak tamat SD, 20 juta tamat SD, 20 juta SLTP dan SLTA serta dua juta lebih tingkat akademi dan sarjana.
“Di sisi lain, usia sekolah antara 7-12 tahun jumlahnya di Indonesia sekitar 37 juta orang, dan hanya 25 juta yang masuk SD serta lima juta lebih tidak pernah sekolah, “kata Sri Bintang yang dalam kapasitasnya sebagai anggota DPR-RI dikenal cukup “vokal”dalam menanggapi persoalan ekonomi nasional.
Dikatakannya, dari angka 25 juta yang masuk SD itu temyata sekitar 45 persen tingkat “drop-out,” artinya setelah naik kelas dua kemudian berhenti sekolah.
“Dengan posisi tenaga kerja seperti ini, kecil kemungkinan untuk lepas landas pada Pelita VI,” kata Sri Bintang.
Terkait
Kondisi angkatan kerja ini, katanya, terkait pula dengan basil ekspor nonmigas Indonesia yang dikatakan terus meningkat setiap tahun.
Padahal sekitar 85 persen dari ekspor nonrnigas terdiri atas barang-barang yang tidak diolah atau kalaupun diolah tetapi dengan tingkat keterampilan rendah.
“Produksinya juga tidak menggunakan mesin, sementara 15persen lainnya adalah produk yang pakai mesin, ada keterampilan,” kata Sri Bintang.
Namun di sisi lain, impor Indonesia 75 persen diwamai produk luar negeri yang berasal dari mesin-mesin serta tenaga terampil dan 25 persen barang-barang tidak diolah.
“Jelasnya, Indonesia itu mengimpor barang-barang yang harganya tinggi, tetapi mengekspor barang dengan harga murah, dan ini erat kaitann ya dengan sumber daya manusia yang masuk angkatan kerja tadi,”kata Sri Bintang.
Presiden Soeharto, kata anggota DPR dari PPP yang pengamat ekonomi nasional ini, mengistilahkannya sebagai keadaan Utara dan Selatan yang tidak seimbang.
Dalam dialog itu, Sri Bintang ditanya tentang munculnya “widjojonomic” dan “habibienomic “serta timbulnya konglomerasi dalam perekonomian Indonesia. Perkembangan politik akhir-akhir ini juga mendapat perhatian dari forum kecil itu termasuk masalah demokrasi dan hak-hak asasi manusia. (u-dps-003/dps-001/EU03/17.10)
Sumber:ANTARA (18/07/1993)
_________________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XV (1993), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 498-499.