NU: TINDAKAN KONTROL EXTRA PARLEMENTER MUTLAK PERLU [1]
Djakarta, Angkatan Bersendjata
KAK: Apa maksud release ANSOR Djaya jang sementara ini dimuat pers ibukota?
Ansor: maksudnja ialah, kami setudju dengan KAK tetapi tempat, malah tirakatan itu kurang tepat, sebab Thamrin adalah mungkar, tidak sesuai untuk tirakatan.
KAK: Mangapa DPR membeku sadja NU tentunja termasuk dalam kategori ini.
NU: Dalam pembahasan APBN korupsi spektakuler ini dibahas habis2an. Akan tetapi tetatertib DPR sekarang praktis tidak dapat bersuara banjak dalam menindak korupsi materiil dan korupsi kekuasaan.
KAK: Apa DPR tidak pernah berusaha lebih konkrit?
NU: DPR sudah minta agar Ibnu Sutowo memberi keterangan pada DPR ttg.
Pertamina. Tapi Sutowo tidak datang, tidak ada waktu. Demikian pula Bulog. Sumitro bilang “Bulog is out my control” Inilah sebabnja tidak dapat dipetjahkan. Kami mengusulkan rapat2 DPR jang dapat dihadiri masjarakat. Tapi Djustru fraksi ABRI tidak setudju. Inilah kuntjinja.
KAK: Bagaimana korupsi di Dep. Agama? Menterinja dari NU.
Subchan: Korupsi meradjalela disemua departemen. Bukan hanja departemen Agama. Lagi pula itu bukan milik NU tapi semua jang berkepentingan dalam negara ini.
KAK: Apa hambatan utama pada pemerintah dalam pemberantasan korupsi? Bagaimana kira2 pendapat NU?
Subchan: Tanjakan Pemerintah. Saja tidak mau kira2. Bahannja kurang. Namun salah bila seorang pelapor harus membawa bukti. Bukti2 adalah tugas kepolisian dan djaksa.
Selandjutnja masih terdjadi dialog jang tjukup pandjang antara KAK dengan Subchan, antara lain mengenai kasus Srujo dan “kegagalan” Djagung. Mengenai Srujo ini Subchan hanja bitjara setjara prinsipil, jakni sistimnja jang berlaku. Dia tak akan menjebut suatu kasus apapun. Mengenai kegagalan Djagung itu adalah penilaian umum, dia ikut menilai bisa djadi subjektip.
Selandjutnja Subchan djuga mengatakan bahwa saat ini “pressi” perlu djustru untuk sarana pemberantasan korupsi dalam rangka stabilisasi politik. Achirnja Pimpinan NU ini mengingatkan lagi agar saran2 KAK tetap terarah. Djangan sampai mendjadi anti ABRI, anti Parpol, anti Ormas dsbnja. (DTS)
Sumber: ANGKATAN BERSENDJATA (30/7/1970)
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku II (1968-1971), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 483-484.