Ny. Hj RA Siti Hartinah Soeharto: IBARAT SATU UNIVERSITY OF LIFE”[1]
Jakarta, Pelita
Perjalanan hidup Ny. Hj RA Siti Hartinah Soeharto sebagai Ibu Negara penuh dengan keteladanan dan keistimewaan. Berbagai keistimewaaan juga telah terpancar sejak masih dalam kandungan, masa kecil, masa remaja, masa dewasa, sampai masa menjadi Ibu Negara. Atas segala keteladanannya, Maria Lucia Guirnaraes, istri mantan Dubes Brazilia di Jakarta pernah berujar, “Ibu Negara ini adalah satu university of life”.
Demikian antara lain diungkapkan dr Abdul Gafur, selaku penulis biografi “Siti Hartinah Soeharto, Ibu Utama Indonesia”, ketika memberi sambutan pada peluncuran perdana buku tersebut di Jakarta, Rabu (23/12) malam.
Disaksikan sejurnlah pejabat dan mantan pejabat tinggi negara antara lain Ketua MA Purwoto Gandasoebrata SH, Menlu Ali Alatas, Menmud Keuangan Nasrudin Surnintapura, mantan Mendagri Amir Mahmud, Dirjen Pariwisata Joop Ave, Ny. Nelly Adam Malik, Ny. Rahmi Hatta, Dr. Ibnu Hartomo dan Ny. Harjanti Wisrnoyo (keduanya adik kandung Ibu Tien), sejumlah pengusaha dan undangan lainnya, pada kesempatan itu H. Soedwikatrnono, selaku sponsor utarna penulisan buku, menyerahkan biografi tersebut kepada Meneg UPW Ny. SulasikinA. Moerpratorno dalam versi Bahasa Indonesia dan Menlu Ali Alatas dalam versi Bahasa Inggris yang di translate Sekjen AIPO Johan Mararnis.
Buku yang sarna sebelumnya juga telah diserahterimakan kepada Presiden Soeharto dan Ibu oleh penulisnya, dr Abdul Gafur, dalam kerangka menyambut Hari Ibu ke-64 di Istana Negara, kemarin lalu.
Biografi susunan Pemimpin Umum Pelita itu terdiri atas 4 bab yang terbagi dalam 14 judul, 600 halaman, diterbitkan dalam edisi lux ukuran 24×15 cm oleh PT. Citra Lamtoro Gung Persada Jakarta. Buku tersebut dijual Rp. 45.000 per buah, kata Soedwikatrnono.
“Buku ini menarik untuk menjadi bacaan dan pegangan ibu-ibu Indonesia. Yang antara lain mengisahkan bagaimana keteladanan mendampingi suami, mulai sebagai istri militer sampai menjadi ibu negara, katanya. Penulisan buku mencapai waktu dua tahun, diawali dengan proses perijinan yang memakan waktu cukup lama, sekitar satu setengah tahun. “Berkat rayuan Pak Gafur dan dorongan Pak Harto, Bu Tien akhirnya bersedia memaparkan riwayat hidupnya dengan bantuan adik-adik kandung, keluarga dan kerabatnya, teman-teman dan tokoh-tokoh terlalu banyak untuk disebut satu persatu disini, tambah konglomerat ini.
Mengawali penjelasannya, Abdul Gafur mengatakan, buku itu ditulis setelah tanggal 19 September, ketika Ibu Tien memberikan izin dan restu sekaligus memberi waktu wawancara pertama. Izin dan restu itu saya tunggu hampir dua tahun setelah berkali-kali dimohon. Hal ini memperlihatkan bahwa Ibu Tien pada dasarnya enggan membukukan riwayat hidup beliau.
Bahan penulisan terdiri informasi primer hasil wawancara 12 kali selama 30 jam (sampai 29 Oktober 1992) dan informasi sekunder dari dokumentasi dan data yang diperoleh dari wawancara dengan sekitar 100 orang ibu-ibu dan bapak-bapak, kunjungan ke tempat-tempat bersejarah, kopi pidato Ibu Tien dan bahan perpustakaan di Solo, TMI, Perpustakaan Nasional, Pramuka, RSAB, RS.Harapan Kita, dan lain lain serta buku otobiografi Presiden Soeharto.
Bab I : Tumpah Darah dan Leluhur terdiri empat judul, Surakarta, Pendiri Mangkunegaran, Mangkunegoro III, Ayah dan Ibu. Bab ini dimaksudkan sebagai intro, yang menggambarkan Surakarta dari zaman ke zaman sampai Orde Baru, selain riwayat hidup silsilah keluarga dari Pangeran Sambernyowo (Mangkunegoro I) sampai anak cucu Presiden dan Ibu.
Bab II : Putri Pejuang terdiri empat judul, Masa kecil yang berpindah-pindah, Remaja di Wonogiri, Srikandi Solo dan Jumpa Jodoh. “Dalam bab ini pembaca akan menangkap beberapa pertanda “keistimewaan” seorang putri Indonesia yang bemama RA Siti Hartinah”, tegas Gafur.
Prinsip berumah tangga yang dipegang teguh Ibu Tien yakni prinsip membantu dan mensukseskan suami, tergambar pada bagian ketiga, bab Istri Prajurit yang terdiri dua judul, dari Yogyakarta hingga Jakarta dan Kudeta PKI.
Dan bagian terakhir, Bab IV Istri Presiden RI, terbagi empat judul. Masing-masing Ibu Utama Indonesia, Penggerak dan Pembangunan, Ide dan Gagasan serta Bila Telah Tiba Saatnya.
Dalam bab terakhir ini tergambar jelas peran Ibu Tien yang ikut mewarnai secara langsung atau tidak titian perjuangan Orde Baru, seperti diutarakan Prof. Dr. BJ Habibie dalam pembuka buku ini. Atau seperti dikemukakan Prof Haryati Soebadio dalam prakata buku ini, bahwa watak dan sifat-sifat terpuji seperti keibuan yang lembut, kemauan keras, cermat dan teliti sampai detail, terlihat dan dirasakan sangat menonjol telah mewamai perilaku halus Ibu Tien yang tampak selama ini, jelasAbdul Gafur, yang pada sebelumnya menulis otobiografi Presiden Soeharto ini. (ddi/dan)
Sumber: PELITA (25/12/1992)
__________________________________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIV (1992), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 722-723.