P.P.I. PUNJA GEDUNG LAMBANG DEMOKRASI

P.P.I. PUNJA GEDUNG LAMBANG DEMOKRASI [1]

Djakarta, Warta Bhakti

Dengan dibukanja selubung inskriasi gedung Panitya Pemilihan IndoneĀ­sia sebagai “Gedung Lambang Demokrasi” oleh ketua PPI. S. Hadikusumo, maka peresmian gedung jang baru itu telah dimulai dengan suatu upatjara hari Sabtu pagi didjalan Matraman Raya No. 40, Djakarta.

Peresmian gedung “Lambang Demokrasi” didjalan Matraman Raya tsb, dihadiri oleh Menteri, tokoh2 politik diibukota serta golongan karya lainnja.

Gedung baru jang bertingkat empat itu memakan biaja seluruhnja Rp. 41 djuta, dan menurut Prof. Jr. R. Rooseno, ini adalah biaja jang sangat rendah serta merupakan gedung bangunan termurah dari Sabang sampai Merauke.

Sebagai kata pembukaan Ketua PPI. Hadikusumo antara lain telah membentangkan dengan pandjang lebar djerih-pajah Panitya Pemilihan Indonesia selama menghadapi pemilihan umum jl. dan selama belum mempunjai gedung jang permanen telah 4 kali berpindah kantor.

Dikatakannja, bahwa djumlah petugas pemilihan umum jang langsung dibawah koordinasi atas pimpinan PPI itu seluruhnja berdjumlah lebih dari 2 djuta orang sedangkan biaja pemilihan umum waktu itu jang harus dipertanggung-djawabkan tidak kurang dari Rp 600 djuta, termasuk belandja modal pegawai dan kertas2 untuk formulir pemilihan jang tak kurang dari 3000 ton.

Dikatakan oleh Hadikusumo, bahwa gedung tsb. dibangun atas kehendak rakjat dan untuk rakjat, dan dengan pembukaannja jang bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional gedung tsb dapat berdiri dengan teguh, kekal dan abadi, tidak sadja berfungsi sebagai wadah jg akan memantjarkan sinar terang dalam alam Manipol/Usdek, tetapi terutama sebagai Lambang Demokrasi.

Sebagai sambutan dari Pemerintah Menteri Penghubung DPR/MPR Ds Rumambi antara lain menjatakan bahwa didirikannja gedung PPI itu adalah untuk mewudjudkan tjita2 bangsa dan negara karena rakjat Indonesia tetap mendjundjung tinggi demokrasi.

Dikatakan djuga oleh Dr Rumambi bahwa Rentjana Undang2 DPR/MPR akan lekas terbentuk supaja kerdjasama antara rakjat dan Pemerintah bertambah baik.

Mr. Ali Sastroamidjojo selaku wakil dari MPRS dan sekaligus mewakili Partai Politik, dalam kata sambutannja mengatakan, bahwa ia sendiri jang ketika dilangsungkannja pemilihan umum turut mengambil bagian bukan sadja mengalami kesukaran2 tentang kekurangan kertas, tetapi djuga mengalami kekurangan kedjudjuran dari para petugas, karena terdjadi adanja korupsi.

Sebelum dilangsungkan pemilihan umum dunia luar merasa ragu2 mungkin Indonesia jang ekonominja masih terbelakang dapat menjelenggarakan peristiwa jg besar itu, tapi ternjata dunia tertjengang karena rakjat Indonesia datang kekotak suara dengan tertib dan teratur. Maka timbullah kejakinan padakita bahwa rakjat Indonesia dapat mengerdjakan sesuatu jg besar seolah2 rakjat Indonesia “menarik” Gunung Merapi.

Wakil DPR M.H. Lukman antara lain mengatakan bahwa pemilihan umum adalah salah satu essensial dalam demokrasi, djiwa demokratis bersembojan dari rakjat, oleh rakjat untuk rakjat.

Dalam peresmian gedung “Lambang Demokrasi” tsb djuga mengutjapkan kata sambutannja Achmad sjaichu dan golongan Agama, Njoto dan golongan Komunis, KH Muslich dari golongan karya dan Prof Ir. Roosseno dari pihak direksi. (DTS)

Sumber: WARTA BHAKTI (20/05/1967)

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku I (1965-1967), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 509-510.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.