PABRIK SEMEN DI ACEH KELUHKAN SOAL PENANGGUHAN EKSPOR

PABRIK SEMEN DI ACEH KELUHKAN SOAL PENANGGUHAN EKSPOR[1]

Lhoknga, Aceh, Antara

Pimpinan pabrik semen di Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar mengharapkan perhatian pemerintah terutama Departemen Perdagangan untuk mengatasi keluhan serius pabrik tersebut yakni tentang penangguhan pemberian izin ekspor semen.

Direktur Utama PT. Semen Andalas Indonesia (SAl) Lhoknga, Martin R Wilkes dalam pertemuannya dengan wartawan di Lhoknga, Kamis mengemukakan, akibat penanguhan pemberian izin ekspor itu, pihaknya terpaksa menekan produksi sehingga bisa berpengaruh langsung pada ratusan karyawannya. Selain itu, penurunan produksi juga dapat mepengaruhi kelancaran pembayaran hutang perusahaan itu kepada bank, kata Wlkes yang didampingi Direktur Produksi Sulantoo, Manajer Umum, Sulchi Aziz dan Kepala Bagian Admnistrasi, HT Thamrin Thahir.

SAl yang memperkerjakan 700 karyawan lebih belum termasuk sekitar 110 pekerja harian dengan kapasitas produksi satu juta ton per tahun, sebelum terkena penangguhan izin ekspor telah memasarkan produk ke berbagai negara yaitu Singapura, Srilanka, Brunei, Bangladesh Malaysia, Mauritius, Maladewa, Thailand termasuk Guam.

Menurut Wilkes, pihaknya telah berupaya mencari altematif  daerah pemasaran lain di dalam negeri, tetapi fasilitas yang tersedia di pabrik terbatas hanya untuk pengiriman semen curah. Untuk pemasaran dalam negeri,masih terbatas yaitu Aceh, Sumatera Utara, Riau dan Batam yang disalurkan melalui distributor.

”Walaupun ada permintaan di Sumsel, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi yang perlu dipenuhi, namun tanpa tersedianya fasilitas kapal curah dan fasilitas pengepakan di daerah itu, SAl tidak dapat memenuhi permintaan pasar tersebut, “kata Wilkes.

Pabrik semen yang diresmikan oleh Presiden Soeharto tanggal 2 Agustus 1983 di Lhoknga sekitar 17 kilometer ke arab barat Banda Aceh itu, realisasi pemasarannya di dalam negeri tahun 1983 (sampai Nopember) 860.565 ton. Sementara, ekspornya pada periode yang sama mencapai 231.664 ton. Perusahaan itu, menurut Wilkes, mempunyai hutang pada bank sebesar 200 juta dolar AS (400 miliar rupiah lebih) tahun lalu. Sebelum penghentian ekspor sementara, mampu mencicil hutangnya sebesar 40 miliar rupiah.

Sebagai altematif untuk mengatasi penangguhan izin ekspor semen tersebut, pirnpinan SAl mengharapkan agar pemerintah dapat memberikan perluasan pasaran produknya di dalam negeri.(u-Bda.001/eu03 /14.00/RE2/22/01/9417:02)

Sumber: ANTARA (22/01/1994)

________________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVI (1994), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 197-198

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.