PABRIK SEMEN MINI DI KUPANG DIRESMIKAN

PABRIK SEMEN MINI DI KUPANG DIRESMIKAN

 

Presiden Soeharto hari sabtu meresmikan pabrik semen mini PT. Semen Kupang di Desa Osmo (tujuh kilometer sebelah barat Kupang) dalam kesempatan ini sekaligus diresmikan berbagai proyek pembangunan di propinsi Nusa Tenggara Timur.

“Dalam rangka usaha untuk mempermudah dan memperlancar pembangunan daerah NTT itulah, maka di daerah ini didirikan pabrik semen,” kata Presiden.

Dikemukakan, walaupun pabrik semen ini bukan merupakan pabrik semen yang besar, namun penting bagi daerah ini. Dengan adanya pabrik semen tersebut, penyediaan semen untuk daerah NTT tentu akan lebih lancar.

Kelancaran penyediaan semen, kata Kepala Negara, penting bagi pelaksanaan pembangunan. Sebab, semen merupakan kebutuhan mutlak bagi pembangunan fisik.

Boleh dikatakan, hampir tidak ada satupun proyek pembangunan yang tidak memerlukan semen. Pembangunan daerah NTT masih akan terus berjalan di waktu­waktu yang akan datang. Ini berarti kebutuhan semen juga terus meningkat.

Presiden mengharapkan, dengan adanya pabrik semen di NTT ini maka pembangunan akan dapat dipercepat, karena pengadaan semen tidak lagi tergantung dari daerah lain dan dengan makin cepatnya gerak pembangunan di NTT daerah ini akan mengalami pertumbuhan ini akan makin cepat pula.

Diharapkan pula adanya pabrik semen tersebut akan menumbuhkan berbagai jenis industri kecil dan kegiatan ekonomi lainnya yang menyertai perkembangan pabrik semen ini. Dengan demikian, pembangunan industri akan makin cepat bergerak di daerah NTT.

“Untuk menyongsong tumbuhnya industri di daerah NTT, saya minta agar daerah ini juga dapat mulai menyiapkan tenaga-tenaga trampil, yang diperlukan dalam menjawab kemajuan industri dan meluasnya kegiatan ekonomi,” begitulah permintaan Kepala Negara.

Program Pemerataan

Pabrik semen Kupang adalah pabrik berskala mini mulai dibangun 1 Maret 1982 Berbeda dengan pabrik semen yang telah ada di Jawa, Sumatera dan Sulsel sekarang dengan sistem “tungku putar”, pabrik semen Kupang ini menggunakan sistem “tungku tegak”, teknologi yang pertama kali digunakan di tanah air dengan kapasitas 120 ribu ton/tahun.

Menteri Perindustrian Hartarto mengatakan dari segi tekno ekonomi pabrik mini ini adalah layak.

Departemen perindustrian sebelumnya mengadakan studi pemanfaatan di negara negara yang saat ini menggunakan teknologi tungku tegak. Antara lain Jerman Barat, Spanyol dan Brasil.

”Dengan demikian proyek ini merupakan langkah konkret untuk melaksanakan program pemerataan di bidang industri yang strategis.” tambahnya.

Pertimbangan pembangunan pabrik mini ini menurut menteri, antara lain bertolak dari kondisi pasaran yang terbatas.

Pertimbangan lainnya adalah pemanfaatan deposit bahan baku semen di daerah terpencil yang jumlahnya tidak besar, juga untuk mendorong pengembangan ekonomi di daerah-daerah terpencil, menambah lapangan kerja dan lebih memungkinkan pemerataan di bidang usaha dan mencegah urbanisasi.

Menurut Dirut PT. Semen Kupang Nono Lekatompessy di pabrik yang dibangun dengan biaya Rp 30,307 milyar ini terdapat 230 tenaga kerja dari berbagai daerah di NTT.

Dengan pertimbangan ini, kata Menteri Hartarto, atas petunjuk Presiden, kini PT Semen Gresik sedang melakukan studi kelayakan untuk kemungkinan membangun pabrik-pabrik mini di Ambon dan Irian Jaya. Pelaksanaannya akan diserahkan kepada pihak swasta.

Sementara ini, pabrik semen patungan PT Semen Gresik, Pemda NTT dan Bapindo (Bank Pembangunan Indonesia) menggunakan batu bara antrhasit sebagai bahan bakarnya. Ini dalam rangka diversifikasi sumber energi.

Namun kini sedang diteliti kemungkinan penggunaan arang lamtoro sebagai pengganti batu bara. Lamtoro gung akan dikembangkan segera secara koperatif di NTT.

Dengan demikian, pabrik ini dapat memberikan penghasilan tambahan buat rakyat setempat di kampung sebagai pelestari lingkungan alam dan dampak industri hulu lainnya. Antara lain penggalian tras dan pasir besi di Flores, perusahaan angkutan, bongkar muat di samping industri arang kayu itu.

Sejarah Baru

Menurut Gubernur NTT Ben Mboi, pembangunan pabrik ini merupakan pembuka sejarah baru kehidupan daerah yang minus dan miskin ini. Akibatnya, tidak mustahil bagian bumi Indonesia bagian Timur ini, sebagai bagian komponen mutlak struktur ekonomi di masa datang.

Dengan gagasan delapan jalur pemerataan, kata Ben Mboi setengah berpuisi, “Batu karang ini telah menjadi asset ekonomi. Putus asa menjadi harapan, cita-cita ditansformir menjadi kenyataan. Batu karang menjadi asset kesejahteraan rakyat, batu karang tidak lagi menakutkan melainkan menjadi daya tarik bagi ilmu dan kapital”.

Ben Mboi membacakan pula pernyataan terima kasih dari DPRD NTT atas pembangunan pabrik semen mini Kupang ini.

Menteri yang hadir adalah Mepteri Hartarto, Ali Wardhana, Achmad Affandi, Soeyono Sosrodarsono, Soedharmono dan LB. Moerdani. Hadir pula Pangkodperal Surabaya, Pangkowilhan Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Gubernur Tim-tim Carascallo.

Bantuan Presiden

Setelah menandatangani kantung semen hasil produksi pertama, Presiden Soeharto menyerahkan bantuan kepada Gubernur NTT dan Tim-tim, masing-masing 2.000 zak.

Gubernur NTT lalu meneruskannya kepada rakyat Desa Alak, Manulai II dan Namosain serta umat Katolik Paroki Naikoten masing-masing 500 zak untuk pembangunan sarana keagamaan dan lain-lain.

Sampai saat diresmikan Presiden Sabtu lalu, pabrik semen Kupang telah memproduksi terak (clinker) 2.436 ton dan semen Tipe I 2.435 ton. Rencana pembekalan tahun 1984 ini masing-masing NTT 78 ribu ton, Tim-tim 18 ribu ton, Maluku Tenggara empat ribu ton. Tahun ini hanya akan diproduksi 85 persen dari kapasitas pabrik yang 120 ribu ton itu.

Selain meresmikan pabrik semen mini ini, Presiden juga meresmikan penyelesaian pembangunan Kantor Gubernur NTT di Oebobo pembangunan jembatan Benanain di Belu dan perkampungan Sekolah Peternakan Menengah Atas di Lili Kupang.

Kantor baru Gubernur NTT setelah Provinsi ini berusia 26 tahun menelan biaya pembangunan Rp 2,8 milyar sejak tahun 1978, berlantai dua dengan luas 9.010 m.

Sedang jembatan Benanain yang panjangnya 175 meter menghubungkan daerah pertamian potensial di Belu Selatan dengan daerah konsumen di pulau Timor bagian tengah. (RA)

Kupang, Kompas

Sumber : KOMPAS (16/04/1984)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku VII (1983-1984), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 691-694.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.